Angkat Kearifan Lokal, Siswa SMAN 1 Tanjungpandan Menangi Lomba Video DPD RI Award 2025

KEBINGUNGAN mencari ide justru menjadi awal dari prestasi besar enam pelajar SMAN 1 Tanjungpandan, Kabupaten Belitung. Di tengah padatnya kegiatan belajar dan ujian sekolah, Tim Yaserasa Production berhasil meraih juara satu lomba video tematik DPD RI Award 2025, melalui karya yang menonjolkan kekayaan budaya Belitung lewat Festival Muang Jong.

Reval, salah satu anggota tim, mengingat bagaimana mereka sempat kesulitan menentukan konsep yang menarik perhatian penonton.

“Kami sempat bingung mau buat konsep apa, sampai akhirnya tahu ada Festival Muang Jong yang sedang dilaksanakan. Dari situ kami ambil footage utamanya karena terlihat banget kearifan lokal Belitungnya,” ujar Reval, Jumat (31/10).

Proses produksi video itu pun tidak mudah. Jadwal sekolah dan ulangan membuat sebagian anggota sulit bergabung di lapangan.

Reval bersama kameramen berangkat lebih dulu ke Tanjung Kelayang untuk mengambil gambar festival, sementara anggota lain menyusul kemudian.

Cuaca juga sempat menjadi tantangan, hujan deras memaksa mereka berteduh di warung lokal di Tanjung Tinggi hampir dua jam sebelum kembali melanjutkan pengambilan gambar. 

Meski diwarnai kendala, video berdurasi 2 menit 9 detik itu berhasil menyampaikan pesan kuat, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia atau DPD RI dan rakyat berjalan beriringan membangun Indonesia melalui dukungan terhadap kegiatan lokal. 

Ide sederhana yang berpadu dengan semangat muda itulah yang mengantarkan mereka ke podium tertinggi. 

Prestasi ini bukan yang pertama bagi Yaserasa Production, namun menjadi yang paling berkesan. Mereka mengaku kaget sekaligus bangga bisa menjadi pemenang termuda dalam ajang nasional tersebut.

“Kami tidak menyangka jadi juara 1 dan bisa membawa nama sekolah dan Kepulauan Bangka Belitung. Ini jadi motivasi kami untuk terus berkarya,” kata Reval.

Di balik kemenangan itu, tersimpan pesan tentang ketekunan dan kebanggaan pada budaya sendiri.

Di tangan para pelajar muda Belitung, tradisi lokal tak hanya direkam, tetapi dihidupkan kembali dalam bingkai visual yang menyatukan warisan dan masa depan. (*)