Berita Bangka Barat

Enam Gerbang Api Tradisi Tujuh Likur Hiasi Malam Lailatul Qadar di Desa Mancung Bangka Barat

Enam gerbang api tujuh likur yang berbentuk banguna Masjid dan kaligrafi menghiasi sepanjang Jalan Raya Kayu Arang, Desa Mancung.

|
Penulis: Yuranda | Editor: nurhayati
Dok/Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bangka Barat
Gerbang api tujuh likur yang mendapat juara satu, di perlombaan tujuh likur di Desa Mancung, Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat, Senin (17/4/2023) malam. 

BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Enam gerbang api tujuh likur yang berbentuk banguna Masjid dan kaligrafi menghiasi sepanjang Jalan Raya Kayu Arang, Desa Mancung, Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat, Senin (17/4/2023) malam.

Pembuatan gerbang api tujuh likur ini sudah menjadi tradisi turun temurun, untuk menyalakan kegembiraan menyambut malam Lailatul Qadar di pertengahan bulan Ramdan dan hari raya Idul Fitri 1444 Hijriah.

Baca juga: Mengenal Tradisi Gerbang Api dan Menghayutkan Telur di Desa Mancung Sambut Ramadhan Dan Idul Fitri

Baca juga: Tradisi Unik di Bangka Belitung Menyambut Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri

Api yang menyala berasal dari sumbu ratusan botol minuman dengan bahan bakar minyak tanah.

Botol itu desain sehingga membentuk sebuah bangunan masjid dan kaligrafi oleh warga tampak indah di pandang.

Gerbang api yang didesain ini juga lombakan antar RT di desa setempat, sehingga menambah antusiasme warga Desa Mancung, untuk membantu kreasi lebih indah dari yang lainnya.

Kemeriahan kegiatan tersebut berhasil menarik kunjungan dari warga desa sekitarnya.

Para pengunjung mengabadikannya dengan selfie maupun swafoto.

Selain api yang menyala dari gerbang tujuh likur, setiap halaman rumah juga dipasangi api lampu minyak secara berjejer.

Kepala Desa (Kades) Mancung, Kecamatan Kelapa, Herlizon mengatakan, selain tradisi turun temurun kegiatan ini merupakan agenda tahunan.

Hal ini dilakukan tiap tahun agar tidak hilang ditelan zaman.

"Tujuannya api likur ini karena sudah tradisi leluhur terdahulu dan sudah menjadi agenda tahunan. Agar tidak hilang ditelan zaman, kami memiliki ide untuk membuat lomba yang di buat dari kreasi api likur ini," jelas Herlizon, saat dihubungi Bangkapos.com, Selasa (18/4/2023) dini hari.

Selain melestarikan tradisi leluhur, kata Herlizon, api likur ini juga menyambut malam Lailatul Qadar dan semarak menyambut hari kemenangan yakni Hari Raya Idulfitri yang akan datang.

Gerbang api yang dilombakan oleh Pemerintah Desa Mancung ini, sedikitnya enam gerbang yang terdiri dari enam Rukun Tetangga (RT) di desa setempat.

Sedangkan untuk tema perlombaan itu dibebaskan.

"Gerbang api tujuh likur ini kami lombakan, ada 6 gerbang api dari 6 RT. Temanya bebas, tahun sebelumnya temanya kami undi, tapi untuk tahun ini bebas mau bentuk apa," ungkapnya.

Baca juga: Mari Simak Keutamaan Zakat Fitrah, dari Ustadz Aidil Putra Bagian I

Baca juga: Sholat Lailatul Qadar Berapa Rakaat? Ini Penjelasan hingga Bacaan Niatnya

Menariknya, setiap gerbang api tujuh likur yang dibuat warga, diberi penilaian oleh Dinas Pariwisata Kebudayaan Bangka Belitung dan Bangka Barat.

Hasil karya terbaik mendapatkan penghargaan dan hadiah dari pemerintahan desa. Adapun penilaian gerbang api tujuh likur ini, Juara pertama RT 1, kedua RT 3, ketiga RT 6, Keempat RT 4, kelima RT 5 dan keenam RT 2.

Minyak Tanah 2 Ton lebih

Menurut Herlizon, Bahan Bakar Minyak (BBM) api tujuh likur, berupa minyak tanah yang dianggap oleh Pemerintah Desa Mancung sebanyak 2.200 liter.

Minyak yang dikeluarkan ini tak hanya digunakan untuk gerbang api tujuh likur saja. Minyak ini juga digunakan untuk api obor dan lampu pelita yang ada di sepanjang Jalan Raya Kayu Arang Desa Mancung.

"Jadi satu gerbang itu kami bagi 150 liter minimal dan untuk warga kami berikan dua liter setiap rumah untuk digunakan menyalakan api tujuh likur di depan rumah guna menambah semaraknya," ucapnya. (Bangkapos.com/Yuranda)

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved