Tiket Konser Coldplay Seharga Rp11 juta Habis Cuma Hitungan Menit, Pengamat: Berusaha Terlihat Eksis
Tiket Konser Coldplay Seharga Rp11 juta Habis Cuma Hitungan Menit, Pengamat: Berusaha Terlihat Eksis
Terkait hal tersebut, Pengamat Sosial Universitas Indonesia Devie Rahmawati mengungkapkan berbagai faktor yang membuat seseorang rela melakukan hal apa pun demi mendapatkan tiket konser Coldplay.
"Pertama kita perlu sadar bahwa di era digital ini ada berbagai tipologi karakter sosial masyarakat, yang disebut salah satunya adalah experience economy dan attention economy, ungkap Devie ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (17/5/2023).
"Apa maksudnya? Jadi generasi digital yang dimulai dengan generasi Y, Z, bahkan yang sekarang Alfa itu adalah generasi yang lebih mengedepankan pengalaman daripada kepemilikan. Makanya berbagai pengalaman itu akan dikejar oleh mereka," sambungnya.
Menurut Devie, pengalaman menjadi hal penting karena faktor digital merupakan etalase atau sesuatu untuk memamerkan diri seseorang.
Pada era yang disebut attention economy, Devie menyebut semua orang berusaha mendapatkan perhatian atau terlihat eksis.
Jika hanya dengan kepemilikan, kata Devie, itu tidak akan mampu membuat seseorang menjadi autentik dan mendapatkan perhatian sebagai upaya untuk mencapai eksistensi.
"Tapi dengan pengalaman sesuatu yang tidak bisa didapatkan dengan orang lain, kemudian dia akan tampilkan, itu menjadi sesuatu. Mata uang yang sangat penting di era attention economy ini," lanjutnya.
Devie menyampaikan bahwa seseorang harus mampu menunjukkan sesuatu yang autentik atau langka agar mendapatkan perhatian.
"Konser ini menjadi sesuatu experience (pengalaman) yang sangat langka, kapan lagi Coldplay ke sini? Ini didorong dengan virus FOMO (rasa takut merasa tertinggal karena tidak mengikuti aktivitas tertentu) yang memang menjangkiti masyarakat digital," ujarnya.
Lebih lanjut, Devie menyebut bahwa musik menjadi bagian yang tak terpisahkan dari anak-anak muda, apalagi manusia digital.
Sebab, makhluk-makhluk digital, katanya, adalah makhluk-makhluk yang paling stres.
Karena itu, salah satu rekreasi untuk menghilangkan stres adalah lewat musik.
"Jadi, faktor kenapa kemudian perang tiket ini terjadi merupakan bersatunya berbagai faktor tadi, faktor ecperience economy, attention economy, fomo, lalu katarsis untuk melepaskan stres," jelasnya.
"Orang rela melakukan apa pun karena attention economy yang magnetnya begitu luar biasa, ditambah fasilitas untuk bisa melakukan pinjaman yang dipermudah sekali, baik yang legal maupun ilegal. Nah ini yang kemudian mempertemukan berbagai fenomena tadi dengan kondisi kebutuhan hari ini," pungkasnya.
(*/Kompas.com/Bangkapos.com/Nur Ramadhaningtyas)
Mulyono Teman Kuliah Jokowi Bantah Pernah jadi Calo Tiket di Terminal: Saya Kerja Bidang Kehutanan |
![]() |
---|
Mau Harga Tiket Pesawat Murah, Gunakan Kartu Kredit Mandiri, Cashback hingga Rp2,5 Juta di SOTF 2025 |
![]() |
---|
Profil Kristin Cabot Terekam dengan Andy Byron di Konser Coldplay, Suami Pengacara dan Bercerai 2022 |
![]() |
---|
Konser Coldplay Bongkar Perselingkugan CEO Astronomer Andy Byron, Chris Martin Kaget di Panggung |
![]() |
---|
Tiket QRIS Run 5K BI Babel Ludes dalam 4 Jam, Antusiasme Warga Babel Meledak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.