Idul Adha 2023
Jangan Sampai Salah, Ini Perbedaan Puasa Arafah, dan Puasa Tarwiyah Jelang Idul Adha 2023
Sebelum Hari Raya Idul Adha, terdapat dua hari yang memiliki keistimewaan tersendiri, yaitu Puasa Tarwiyah dan Puasa Arafah.
Penulis: M Zulkodri CC | Editor: M Zulkodri
BANGKAPOS.COM--Perbedaan Puasa Tarwiyah dan Arafah saat Idul Adha
Idul Adha merupakan salah satu hari raya besar dalam agama Islam yang dirayakan setiap tahun oleh umat Muslim di seluruh dunia.
Pada Idul Adha, umat Muslim melaksanakan ibadah kurban sebagai bagian dari rangkaian perayaan tersebut.
Sebelum Hari Raya Idul Adha, terdapat dua hari yang memiliki keistimewaan tersendiri, yaitu Puasa Tarwiyah dan Puasa Arafah.
Meskipun keduanya dilakukan pada tanggal yang berdekatan, terdapat perbedaan penting antara keduanya.
Puasa Tarwiyah dilaksanakan pada tanggal 8 Dzulhijjah, satu hari sebelum hari penyembelihan hewan kurban.
Puasa ini merupakan sunnah muakkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan oleh umat Muslim.
Nama "Tarwiyah" sendiri berasal dari kata Arab yang berarti "persiapan".
Hal ini merujuk pada persiapan fisik dan mental yang dilakukan oleh umat Muslim sebelum melaksanakan ibadah kurban pada hari berikutnya.
Puasa Tarwiyah tidak memiliki kekhususan tertentu dalam tata cara melaksanakannya.
Umat Muslim dapat menjalankan puasa ini seperti puasa sunnah pada umumnya, yaitu mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
Namun, ada beberapa riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah Muhammad saw. biasanya tidak berpuasa pada hari Tarwiyah, sehingga puasa ini bersifat mustahabb (disunnahkan) dan bukan wajib.
Berikut niat Puasa Tarwiyah:
نويت صوم التروية سنة لله تعالى
Nawaitu shauma al tarwiyata sunnatan lillahi ta’ala
Artinya: "Saya niat berpuasa sunnah tarwiyah karena Allah ta’ala."
2. Puasa Arafah
Puasa Arafah dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, yang merupakan hari terpenting dalam ibadah haji.
Puasa ini juga merupakan sunnah muakkadah dan memiliki keutamaan yang sangat besar.
Rasulullah Muhammad saw. bersabda, "Puasa Arafah menghapuskan dosa tahun yang telah lalu dan tahun yang akan datang" (HR. Muslim).
Puasa Arafah dianjurkan bagi semua umat Muslim, baik yang sedang berhaji maupun yang tidak berhaji.
Pada hari ini, jamaah haji yang berada di Padang Arafah menjalankan ibadah wukuf, yaitu berdiri di Padang Arafah sejak tergelincir matahari hingga terbenamnya.
Bagi umat Muslim di luar wilayah Mekah, puasa Arafah dilaksanakan mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
Puasa Arafah memiliki keutamaan yang luar biasa, termasuk penghapus dosa dan pahala yang besar.
Oleh karena itu, sangat dianjurkan bagi umat Muslim untuk menjalankan puasa ini, baik yang berhaji maupun tidak.
Berikut niat Puasa Arafah:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnati Arafah lillahi ta‘ala.
Artinya: “Aku berniat puasa sunnah Arafah esok hari karena Allah SWT."
Puasa Arafah adalah puasa yang dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah di saat para jamaah haji sedang melaksanakan wukuf di Padang Arafah.
"(dengan) berpuasa pada hari Arafah aku mengharap Allah dapat menghapus dosa-dosa pada tahun lalu dan dosa-dosa pada tahun yang akan datang" (HR. Muslim)
Hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah bahwa Rasulullah bersabda:
"Tidak ada hari di dalam setahun yang lebih aku sukai untuk berpuasa pada hari itu, daripada puasa hari Arafah (hadits Hasan yang diriwayatkan Thabari di dalam Tahdzib Al-Atsar)".
Puasa ini sangat dianjurkan bagi umat muslim yang tidak pergi haji, sebagaimana terdapat dalam riwayat dari Rasulullah tentang puasa Arafah:
“Dari Abu Qatadah Al-Anshariy (ia berkata),” Sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah di tanya tentang (keutamaan) puasa pada hari Arafah?” Maka dia menjawab, “ Menghapuskan (kesalahan) tahun yang lalu dan yang sesudahnya.” (HR. Muslim no.1162 dalam hadits yang panjang).
Gandengan puasa Arafah adalah Puasa Tarwiyah, 8 Dzulhijjah. Puasa Tarwiyah termasuk anjuran nabi.
Karena sebenarnya umat Islam dianjurkan melaksanakan ibadah puasa sunah mulai tanggal 1 hingga 9 Dzulhijjah.
Namun Menurut Ustadz Abdul Somad, antara tanggal 1 - 9 Dzulhijjah itu yang paling afdol adalah tanggal 9 Dzulhijjah.
Anjuran puasa tanggal 1 - 9 Dzulhijjah, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak ada amal yang dilakukan pada hari-hari lain yang lebih baik daripada yang dilakukan pada sepuluh hari ini para sahabat bertanya, "tidak pula jihad?", beliau menjawab "tidak pula jihad, kecuali seorang laki-laki yang keluar dengan jiwa dan hartanya kemudian ia kembali dengan tidak membawa apapun. (HR. Bukhari).
(Bangkapos.com/Zulkodri)
Inilah Penyebab Jemaah Haji Indonesia Terlantar di Muzdalifah, Alissa Wahid Ungkap Kondisi Terkini |
![]() |
---|
Apa Boleh Daging Kurban Dibagikan Kepada Non Muslim, Ini Penjelasan Ustaz Adi Hidayat dan Buya Yahya |
![]() |
---|
Kapan Hari Tasyrik Idul Adha 2023? Tiga Hari Tak Boleh Tidak Makan dan Minum |
![]() |
---|
Apa Hukum Ziarah Kubur Saat Hari Raya Idul Adha, Berikut Penjelasan Gus Baha, UAS dan Buya Yahya |
![]() |
---|
Kumpulan 20 Ucapan Selamat Hari Raya Idul Adha 2023 atau 1444 Hijriah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.