Terungkap Alasan Kenapa Muhammadiyah, NU dan Pemerintah Berbeda Tetapkan Tanggal Idul Adha 2023
Terdapat perbedaan dalam penetapan tanggal Idul Adha antara pemerintah dan beberapa organisasi Islam, seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah
Penulis: M Zulkodri CC | Editor: M Zulkodri
BANGKAPOS.COM--Hari Raya Idul Adha merupakan salah satu perayaan agama Islam yang sangat penting. Setiap tahun, umat Muslim di seluruh dunia merayakan peristiwa ini dengan mengikuti serangkaian ibadah dan ritual yang bermakna mendalam.
Namun, di Indonesia, terdapat perbedaan dalam penetapan tanggal Idul Adha antara pemerintah dan beberapa organisasi Islam, seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Pemerintah Indonesia menggunakan kalender yang telah ditetapkan secara resmi untuk menentukan tanggal perayaan agama, termasuk Idul Adha.
Pada tahun ini, pemerintah telah menetapkan tanggal 29 Juni 2023 sebagai Hari Raya Idul Adha.
Namun, NU dan beberapa organisasi Islam lainnya masih menunggu hasil sidang isbat yang akan digelar pada tanggal 18 Juni 2023 untuk menentukan secara resmi tanggal perayaan Idul Adha.
Sidang isbat merupakan forum yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama Indonesia untuk mengumpulkan informasi dari berbagai daerah terkait dengan hasil rukyatul hilal atau pengamatan bulan sabit awal bulan Zulhijah.
Hasil dari rukyatul hilal ini menjadi acuan penting dalam penetapan tanggal perayaan Idul Adha.
Kementerian Agama akan menggelar rukyatul hilal di 99 titik di seluruh Indonesia untuk mendapatkan informasi yang akurat.
Sementara itu, Pusat Astronomi Internasional (IAC) telah menetapkan tanggal 28 Juni 2023 sebagai Idul Adha berdasarkan perhitungan astronomi yang dilakukan di Arab Saudi.
Arab Saudi, sebagai tempat berlangsungnya ibadah haji, memiliki peran penting dalam penetapan tanggal perayaan ini.
Karena itu, tanggal yang ditetapkan oleh IAC juga memiliki pengaruh dalam penentuan tanggal Idul Adha di beberapa negara, termasuk Indonesia.
Perbedaan penetapan tanggal Idul Adha antara pemerintah Indonesia, NU, dan IAC sering kali menjadi perhatian dan seringkali memunculkan pertanyaan di kalangan umat Muslim.
Namun, perbedaan ini sebenarnya merupakan hal yang wajar dalam konteks keragaman interpretasi dan metode perhitungan kalender Islam.
Meskipun terdapat perbedaan dalam penetapan tanggal, penting untuk diingat bahwa esensi dan makna dari perayaan Idul Adha tetap sama bagi seluruh umat Muslim.
Idul Adha adalah momen untuk merenungkan nilai-nilai seperti pengorbanan, kesetiaan, dan kepedulian terhadap sesama.
Perayaan ini juga menjadi kesempatan bagi umat Muslim untuk memperkuat tali persaudaraan dan solidaritas sosial melalui pembagian daging kurban kepada mereka yang membutuhkan.
Dalam keragaman ini, penting bagi umat Muslim untuk saling menghormati perbedaan dan menjunjung tinggi semangat persatuan dalam perbedaan.
Perayaan Idul Adha menjadi momentum untuk memperkuat nilai-nilai keagamaan dan sosial dalam masyarakat Indonesia.
Ini Alasan kenapa berbeda
Muhammadiyah dan NU adalah dua organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Meskipun keduanya menganut ajaran Islam yang sama, namun mereka memiliki pandangan yang berbeda dalam menentukan tanggal pelaksanaan Idul Adha.
Perbedaan ini berakar pada interpretasi metode perhitungan kalender Islam yang digunakan oleh masing-masing organisasi.
Muhammadiyah menggunakan metode hisab, yaitu perhitungan matematika dan astronomi, dalam menentukan tanggal pelaksanaan Idul Adha.
Metode ini mempertimbangkan peredaran bulan dan siklus bulan baru untuk menentukan hari raya.
Dalam metode hisab, Muhammadiyah cenderung mengikuti perhitungan astronomi dan menggunakan teknologi modern, seperti pengamatan langsung dan perhitungan matematis, untuk menentukan tanggal Idul Adha.
Sementara itu, NU menggunakan metode rukyatul hilal, yaitu pengamatan langsung hilal atau bulan sabit sebagai penanda awal bulan baru dalam kalender Islam.
NU memandang bahwa metode ini lebih sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan pengamatan bulan secara visual.
Oleh karena itu, NU akan mengumumkan tanggal pelaksanaan Idul Adha berdasarkan hasil pengamatan langsung hilal oleh ahli rukyat atau yang disebut ru'yah.
Akibat perbedaan metode perhitungan ini, sering terjadi situasi di mana Muhammadiyah dan NU merayakan Idul Adha pada tanggal yang berbeda.
Meskipun terdapat perbedaan dalam penetapan tanggal, penting untuk diingat bahwa esensi dan makna dari perayaan Idul Adha tetap sama bagi seluruh umat Muslim.
Idul Adha adalah momen untuk merenungkan nilai-nilai seperti pengorbanan, kesetiaan, dan kepedulian terhadap sesama.
Perayaan ini juga menjadi kesempatan bagi umat Muslim untuk memperkuat tali persaudaraan dan solidaritas sosial melalui pembagian daging kurban kepada mereka yang membutuhkan.
Dalam keragaman ini, penting bagi umat Muslim untuk saling menghormati perbedaan dan menjunjung tinggi semangat persatuan dalam perbedaan.
Perayaan Idul Adha menjadi momentum untuk memperkuat nilai-nilai keagamaan dan sosial dalam masyarakat Indonesia.
Sejarah Idul Adha
Namun tahukah kenapa Hari raya idul Adha juga dikenal sebagai hari raya haji?
Berikut penjelasannya.
Hari Raya Idul Adha, yang juga dikenal sebagai Hari Raya Haji, merupakan salah satu perayaan yang paling suci dan bersejarah dalam agama Islam.
Diperingati setiap tahun pada tanggal 10 Dzulhijjah, Idul Adha tidak hanya memiliki makna religius yang mendalam, tetapi juga merujuk pada peristiwa sejarah penting yang terjadi ribuan tahun yang lalu.
Hari Raya Idul Adha menandai momen ketika jutaan jamaah Muslim dari berbagai belahan dunia berkumpul di Kota Makkah, Saudi Arabia, untuk menjalankan ibadah haji.
Haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang mampu secara finansial dan fisik.
Ibadah haji dilaksanakan selama beberapa hari dengan mengikuti serangkaian ritus yang meliputi tawaf di sekitar Ka'bah, berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah, serta melempar jumrah.
Momen puncak dari ibadah haji adalah penyembelihan hewan kurban, yang mencerminkan peristiwa yang terjadi pada zaman Nabi Ibrahim.
Dalam kisah tersebut, Nabi Ibrahim siap untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail, atas perintah Allah sebagai bentuk kesetiaan dan pengabdian yang absolut.
Namun, Allah kemudian menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba yang disembelih sebagai pengganti.
Perayaan Idul Adha menjadi simbol penghormatan dan penghambaan kepada Allah, serta mengajarkan umat Muslim tentang arti sejati dari pengorbanan dan kesetiaan.
Selain itu, Idul Adha juga mengingatkan umat Muslim akan pentingnya sikap rendah hati, kesederhanaan, dan kepedulian terhadap sesama.
Bagi mereka yang tidak berangkat ke Makkah untuk melaksanakan ibadah haji, Hari Raya Idul Adha diisi dengan salat Idul Adha, yang dilakukan di masjid atau lapangan terbuka bersama komunitas Muslim.
Setelah salat, umat Muslim menyembelih hewan kurban sesuai dengan syariat Islam.
Daging kurban kemudian dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan mereka yang membutuhkan, termasuk fakir miskin dan orang-orang yang kurang mampu.
Hari Raya Idul Adha bukan hanya tentang keagamaan semata, tetapi juga tentang nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
Perayaan ini mengajarkan umat Muslim untuk berbagi, memberikan, dan menjaga persatuan serta keharmonisan dalam masyarakat.
Selain itu, Idul Adha juga menjadi momen refleksi tentang pengorbanan dan kesediaan untuk mengorbankan yang terbaik bagi kebaikan orang lain.
Dalam konteks global, Idul Adha mengilhami pemahaman dan toleransi antaragama.
Perayaan ini mengingatkan kita tentang keberagaman dan keunikan yang ada dalam masyarakat, serta pentingnya saling menghormati.
(Bangkapos.com/Zulkodri)
| SD Muhammadiyah Pangkalpinang Membentuk Generasi Muslim Yang Berkarakter |
|
|---|
| SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo Tolak Program Makan Bergizi Gratis: Kantin Sehat Lebih Teruji |
|
|---|
| Mulai 18 Februari Puasa Ramadan 2026 Lengkap 30 Hari Versi Muhammadiyah |
|
|---|
| 1 Ramadan 2026 Versi Muhammadiyah Rabu 18 Februari, Idul Fitri 1447 H Jumat 20 Maret |
|
|---|
| Semua Terasa Enak, Siswa SD Muhammadiyah Pangkalpinang Gembira Nikmati Program Makan Bergizi Gratis |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.