Pasutri Diterkam Buaya di Sebagin

Kerap Telan Korban Jiwa, Buaya di Desa Sebagin Sukar Ditangkap, Mitos Siluman Menyeruak

Rata-rata terdapat satu sampai dua orang sertiap tahunnya diserang buaya di Desa Sebagin. Korbannya sendiri ada yang mengalami

Penulis: Cepi Marlianto | Editor: Iwan Satriawan
Ist/Kapolsek Simpang Rimba
Sejumlah masyarakat saat ketika menenangkan korban selamat dari rekaman buaya saat mencari ikan di Desa Sebagin, Kecamatan Simpang Rimba, Jumat (23/6/2023). 

BANGKAPOS.COM, BANGKA – Kisah mistis perihal buaya masih melekat erat bagi masyarakat Desa Sebagin, Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung.

Konon, dari banyaknya kasus buaya menyerang manusia di daerah itu tak lepas dari kisah buaya ‘siluman’.

Seperti yang diketahui baru-baru ini sepasang suami istri diserang buaya saat sedang mencari ikan di Pantai Tumpun, Jumat (23/6/2023) sekitar pukul 07.00 WIB.

Kedua orang itu yakni Lahi (50) dan Rosmina (49). Mereka mengalami nasib sial tatkala sedang memasang jaring ikan.

Keduanya langsung disambar buaya air asin usai berjalan beberapa meter dari bibir pantai. Nahas, nyawa Rosmina tak dapat ditolong usai sekujur tubuhnya mengalami luka.

Sejumlah masyarakat saat melakukan proses evakuasi terhadap warga Desa Sebagin, Kecamatan Simpang Rimba usai tewas diterkam buaya, Jumat (23/6/2023). Korban sendiri bernama Rosmina yang tewas disambar buaya saat mencari ikan.
Sejumlah masyarakat saat melakukan proses evakuasi terhadap warga Desa Sebagin, Kecamatan Simpang Rimba usai tewas diterkam buaya, Jumat (23/6/2023). Korban sendiri bernama Rosmina yang tewas disambar buaya saat mencari ikan. (Dok/Kapolsek Simpang Rimba)

Kepala Desa Sebagin, Echeng Darno memaparkan, kejadian penyerangan buaya terhadap manusia memang kerap terjadi di wilayahnya.

Bahkan kejadian yang dialami Lahi dan Rosmina merupakan kasus yang kesekian kalinya sejak tahun 2003 silam.

Tak hanya itu, kejadian manusia diserang buaya juga hampir terus terjadi setiap tahunnya.

Rata-rata terdapat satu sampai dua orang sertiap tahunnya diserang buaya di Desa Sebagin. Korbannya sendiri ada yang mengalami luka parah, sampai meninggal dunia.

“Tiga periode saya menjadi kepala desa, setiap tahun pasti ada kejadian masyarakat diterkam buaya,” kata dia kepada Bangkapos.com, Jumat (23/6/2023).

Darno mengungkapkan, pihak desa sendiri sudah berulang kali melakukan upaya untuk menangkap buaya yang sering menyerang warga. Baik yang ada di sepanjang pantai Desa Sebagin, maupun buaya yang ada di sungai di daerah itu. Dengan memasang jaring, perangkap bahkan menggunakan ‘orang pintar’ alias pawang buaya.

Akan tetapi semua cara yang dilakukan itu tak pernah mujur. Alih-alih umpan dimakan, justru tak pernah ada satupun ekor buaya yang masuk perangkap tersebut.

Di mana menurut kepercayaan masyarakat sekitar, buaya yang kerap menyerang manusia itu adalah buaya ‘siluman’.

“Menurut kepercayaan masyarakat Sebagin buaya itu siluman, bukan buaya biasa. Pakai pawang juga tidak bisa muncul, mitos di sini masih kuat soal seperti ini,” papar Darno.

Lebih jauh lanjut dia, pihaknya sendiri pernah berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah XVII Sumatera Selatan.

Namun sampai saat ini belum ada upaya lanjut yang dilakukan. Hanya saja masyarakat dari tiga desa, yakni Desa Sebagin, Desa Rajik dan Desa Permis pernah untuk menangkap buaya itu. Namun sejauh ini upaya tersebut tak pernah membuahkan hasil.

“Pernah kami lapor ke BKSDA, tetapi tidak pernah ada upaya selanjutnya. Mungkin karena buaya air asin jadi sulit ditangkap, apalagi laut sebagin luas,” ujarnya.

Berkaca dari hal ini Darno mengimbau warganya untuk tetap waspada terhadap serangan buaya. Warga sediri tidak mungkin tidak diperbolehkan untuk pergi melaut guna mencari ikan. Sebab, hampir mayoritas mencari ikan menjadi pekerjaan masyarakat setempat.

“Kami meminta masyarakat untuk berhati-hati, karena buaya ini bisa menyerang kapan saja,” kata Darno.

Sebelumnya, sepasang suami istri di Desa Sebagin, Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung diserang buaya saat sedang mencari ikan, Jumat (23/6/2023) pagi. Kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 07.00 WIB di Pantai Tumpun.

Kedua orang itu yakni Lahi (50) dan Rosmina (49). Keduanya mengalami nasib sial ketika sedang mencari ikan. Tatkala sedang memasang jaring ikan keduanya langsung disambar buaya air asin. Nahas, nyawa Rosmina tak dapat ditolong usai sekujur tubuhnya mengalami luka.

Kepala Desa Sebagin, Echeng Darno mengatakan, kejadian penyerangan buaya terhadap manusia memang kerap terjadi di wilayahnya.

Bahkan kejadian yang dialami Lahi dan Rosmina merupakan kasus yang kesekian kalinya. Peristiwa itu bermula saat keduanya mencari ikan dengan cara mukat atau pukat.

Saat keduanya telah berada di tepi pantai dan hendak membentangkan jaring, tiba-tiba dalam waktu sekejap Rosmina langsung disambar buaya dari arah kanan. Lahi yang mengetahui istrinya diterkam buaya lalu langsung bergegas menyelamatkan.

Bahkan Lahi sempat bergelut dengan buaya selama beberapa menit dengan alat seadanya.

Hingga akhirnya sang istri dilepaskan dari gigitan buaya. Sayangnya, nyawa Rosmina sendiri tidak dapat diselamatkan karena mengalami luka di sekujur tubuhnya.

“Berhasil diselamatkan tetapi dalam kondisi sudah meninggal dunia. Paha, tangan kanan sampai patah, begitu juga leher. Banyak cacat lukanya, tidak sampai putus tapi hanya patah,” ujar Darno kepada Bangkapos.com, Jumat (23/6/2023).

Berdasarkan keterangan korban kata Darno, ukuran buaya tersebut cukup besar.

Bahkan panjangnya diperkirakan lima sampai enam meter. Tak hanya itu menurutnya, jenis buaya air asin merupakan predator yang agresif.

Dengan ukurannya yang besar mereka tidak segan untuk memangsa binatang lain yang memiliki ukuran besar juga. Bahkan, buaya air asin juga bisa menyerang manusia.

“Menurut keterangan suami korban buaya itu ukurannya besar. Ukuran lima sampai enam meter,” paparnya.

Lebih jauh ungkapnya, jumlah buaya yang ada di Perairan Desa Sebagin diperkirakan tak hanya satu. Selain itu masih ada satu buaya hitam yang memiliki bobot dan panjang hingga mencapai delapan meter.

Walaupun begitu ia sendiri belum dapat menyimpulkan dari mana asal buaya ini. Ia juga tak dapat memastikan berapa banyak. Namun dipastikannya, tak begitu banyak.

“Perairan Desa Sebagin cukup luas, bahkan berbatasan langsung dengan Sumatera Selatan. Ini juga menjadi catatan kita,” ucapnya.

Kendati begitu kata dia, saat ini korban sendiri sudah dilakukan pemakaman di tempat pemakaman umum (TPU) Desa Sebagin. Sementara suami korban sendiri sudah dilakukan pengobatan di Puskesmas terdekat. Lahi juga saat ini tengah mengalami syok berat.

“Sudah dimakamkan, untuk suami juga mengalami luka di lengannya,” pungkas Darno.  (Bangkapos.com/Cepi Marlianto)

 

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved