Bangka Pos Hari Ini

Warga Blokir Akses Masuk PT Foresta, Masyarakat Diimbau Jangan Anarkis

Kondisi ini menyebabkan jalan menuju perusahaan tidak bisa dilewati truk. Hanya sepeda motor dan mobil kecil yang dapat masuk

Editor: Iwan Satriawan
Posbelitung.co/Adelina Nurmalitasari
Penutupan akses di pintu masuk pos jaga PT Foresta Lestari Dwikarya di Kecamatan Membalong, Rabu (12/7/2023). 

BANGKAPOS.COM, BANGKA- - Warga enam desa di Kecamatan Membalong, Kabupaten Belitung melakukan aksi menutup akses atau jalan menuju ke area
perkebunan sawit PT Foresta Lestari Dwikarya.

Penutupan akses sejak, Selasa (9/7), buntut belum terpenuhinya tuntutan massa saat aksi unjuk rasa di Kantor Bupati dan DPRD Belitung, Senin (10/7) lalu.

Massa dalam aksinya menuntut 20 persen kebun plasma untuk masyarakat di dalam lahan Hak Guna Usaha (HGU) PT Foresta Lestari Dwikarya.

Namun hingga, Rabu (12/7) pihak perusahaan belum mengabulkan tuntutan tersebut.

Pantauan Pos Belitung, Rabu (12/7) saat melewati jalan ke Desa Kembiri, terdapat tiga pintu masuk ke PT Foresta Lestari Dwikarya yang aksesnya diblokir warga.

Pintu masuk ke perkebunan sawit ditutup warga menggunakan gundukan tanah puru setinggi lebih dari satu meter, yang berasal dari galian menggunakan alat berat.

Kondisi ini menyebabkan jalan menuju perusahaan tidak bisa dilewati truk. Hanya sepeda motor dan mobil kecil yang dapat masuk ke area perkebunan
Portal dekat pos jaga juga tertutup.

Selebihnya, tak banyak aktivitas yang tampak dari pintu masuk.

Tidak Main-main
Rencananya penutupan akses oleh warga dari Desa Kembiri, Membalong, Perpat, Simpang Rusa, Lassar, dan Cerucuk, selama tiga hari atau berakhir hari ini, Kamis (13/7).

Martoni, koordinator lapangan saat unjuk rasa kemarin, mengatakan penutupan akses selama tiga hari sembari menunggu jawaban dari perusahaan, terkait tuntutan warga yang meminta 20 persen kebun plasma di dalam lahan HGU.

“Penutupan akses yang kami lakukan agar supaya mobil mereka seperti truk tidak bisa masuk, karena akses mereka mengangkut buah menggunakan truk,” kata Martoni kepada Pos Belitung, Rabu (12/7).

Martoni menambahkan, meski tidak bisa dilalui truk, akses jalan masih bisa dilewati motor atau mobil kecil, bahkan mobil ambulans perusahaan, maupun mobil jemputan
anak sekolah tetap bisa lewat.

“Kami melakukan aksi tetap ada pandangan terhadap karyawan di dalam agar tidak merugikan anakanak yang sekolah, karyawan, maupun karyawan yang sakit. Kami tidak seperti itu,” ucapnya.

“Teguran kami ke perusahaan agar mereka tahu bahwa kami tidak main-main, kami bergerak dari enam desa, benar-benar kompak,” sambungnya.

Lanjut Martoni penutupan akses merupakan langkah awal agar tidak ada akses menuju pabrik.

Sumber: bangkapos.com
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved