Mahasiswa Pangkalpinang Korban Mutilasi

Sosok Redho Tri Agustian, Mahasiswa UMY Diduga Korban Mutilasi di Turi Sleman, Keluarga Minta Ini

Redho Tri Agustian adalah mahasiswa Fakultas Hukum UMY angkatan 2021 asal Pangkalpinang, Bangka Belitung. Keluarga ingin Redho segera dipulangkan.

Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Hendra
Istimewa/dokumentasi Rini Trihastuti
Kenangan Redho Tri Agustian (kanan) bersama gurunya saat duduk di SMAN 4 Pangkalpinang. Keluarga ingin Redho segera dipulangkan jika hasil DNA menyatakan benar bahwa ia adalah korban mutilasi di Turi, Sleman, Jogja 

BANGKAPOS.COM  - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Redho Tri Agustian diduga menjadi korban mutilasi di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Redho Tri Agustian adalah mahasiswa Fakultas Hukum UMY angkatan 2021 asal Pangkalpinang, Bangka Belitung.

Redho adalah alumni SMA N 4 Pangkalpinang.

Ia dikenal ramah, periang, aktif berorganisasi, berprestasi.

Redho diduga jadi korban mutliasi di Kecamatan Turi, Sleman Jogja karena dilaporkan hilang pada sejak 11 Juli 2023.

Unggahan Terakhir Redho Tri Agustian Mahasiswa Asal Pangkalpinang Diduga Korban Mutilasi, Banjir Doa
Unggahan Terakhir Redho Tri Agustian Mahasiswa Asal Pangkalpinang Diduga Korban Mutilasi, Banjir Doa (Instagram/ Redho Tri Agustian)

Di momen yang sama, publik dihebohkan dengan penemuan potongan tubuh manusia korban mutilasi di Sleman, Jogjakarta.

Lantas seperti apa sosok Redho Tri Agustian di mata gurunya dan teman-temannya?

Redho Sosok yang Disayangi

Bagi Rini Trihastuti, guru SMA N 4 Pangkalpinang, Redho Tri Agustian adalah sosok yang disayangi.

Bukan hanya berprestasi, murid itu juga berperilaku sopan dan santun kepada siapapun.

Rini pernah membimbing Redho saat mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu masih berseragam putih abu-abu.

Redho meninggalkan SMAN 4 Pangkalpinang pada tahun 2021.

"Dia (Redho) siswa saya sewaktu masih duduk di SMA, dia saya kenal baik, sopan, rajin, aktif di organisasi dan berprestasi dibidang akademik," kata Rini Trihastuti kepada Bangkapos.com, Minggu (16/7/2023).

"Redho dulu zaman SMA, sering ikut lomba mewakili sekolah dan itu pun saya yang melatih serta membimbing dia hingga sampai lulus SMA," tambahnya.

Rini sangat sedih saat mendapat kabar Redho hilang pada Selasa (11/07/2023) lalu di Yogyakarta.

Kabar itu diterima Rini dari teman-teman alumni SMA Redho.

"Mereka bilang Redho hilang dan belum ditemukan sampai saat ini," ungkap Rini.

Rini ingat masih ada janji yang diucapkan Redho pada saat komunikasi terakhir mereka.

Komunikasi itu terjadi sebelum Redho dikabarkan hilang.

Kala itu, Rini mengabarkan kepada Redho kalau ada satu film yang akan ditayangkan di bioskop dan Redho ingin menonton juga.

Akan tetapi, Redho belum sempat menonton atau menyaksikan film di bioskop dia dikabarkan hilang dan belum ditemukan oleh keluarga maupun teman-teman di Yogyakarta.

"Kemarin dia (Redho) janji dengan saya, pengen menonton film di bioskop dan itu janji dia sebelum dikabarkan beberapa hari lalu," tambahnya.

Ia juga berharap supaya Redho cepat ditemukan, agar bisa berkumpul dengan keluarga hingga teman-teman karena sudah menghilang beberapa hari lalu di Yogyakarta.

"Saya sangat sedih sekali dapat kabar seperti ini, saya mohon doa kita semua. Semoga dia cepat ditemukan dalam kondisi sehat, biar bisa berkumpul dengan kami lagi," harapnya.

Pada Maret 2023, Rini mengaku sempat dihubungi Redho yang meminta doa serta bimbingannya.

Doa dan bimbingan itu sebelum Redho mengikuti lomba Duta Generasi Berencana (GenRe) yang akan diikutinya di Yogyakarta.

Dalam lomba tersebut, Redho pun mengabarkan bahwa dia meraih juara Harapan 1.

"Walaupun dia sudah kuliah, tetap menjalin komunikasi terus dengan saya sampai sekarang dan dia saya anggap anak sendiri," ucapnya.

Lebih lanjut Rini menyebutkan, sewaktu SMA dulu Redho pernah juga mengikuti lomba GenRe untuk mewakili SMAN 4 Kota Pangkalpinang.

Sehingga, Redho memang dikenal sebagai anak yang aktif dan memiliki prestasi selama ini.

Baik disekolah, diluar sekolah hingga sampai sekarang dimasa menjadi mahasiswa Redho pun masih terkenal anak yang aktif dan berprestasi.

"Pernah SMA dulu ikut genre juga, itu dia minta arahan dan bimbingan dari saya. Bagaimana cara komunikasi yang baik dengan orang lain, tata cara berperilaku dan itu semua dia selalu berkomunikasi dengan saya," sebut Rini.

Redho Punya Tempat di Hati Teman-temannya

Sosok Redho Tri Agustian pun ternyata memiliki tempat tersendiri di hati teman-teman sekolahnya dulu.

Ini karena Redho memiliki sifat yang banyak disukai orang. 

Sepertinya hal yang diungkapkan Lidya teman sekolah Redho di SMPN 2 Pangkalpinang yang mengatakan Redho merupakan orang yang aktif dalam berbagai bidang. 

"Orangnya aktif ikut kegiatan di sekolah maupun di kampus, baik, ramah kepada siapa saja. Mudah berbaur juga, dia juga mudah disenangi orang," ungkap Lidya, Senin (17/7/2023). 

Hal senada pun diutarakan Vina yang merupakan rekan di SMAN 4 Pangkalpinang.

Dia mengatakan, Redho adalah orang yang baik dan selalu berbagi pengetahuan kepada rekan-rekannya.

"Redho mempunyai pribadi yang sangat baik, sangat ramah, anak yang tulus, dan selalu berbagi ilmunya kepada teman-temannya. Anak yang tidak sombong dan murah senyum, orang yang belum dekat sama dia juga merasa menjadi dekat karena dia orang yang sangat baik," ucap Vina. 

Vina juga mengatakan Redho Tri Agustian diketahui banyak mengikuti sejumlah organisasi di sekolah, hingga memiliki banyak teman yang dekat dengannya.

"Ngikuti banyak organisasi dari SMP , SMA sampai kuliah anak yang berprestasi dan anak yang Soleh, itu adalah kepribadian seorang Redho yang sangat baik dengan semua orang. Sampai namanya waktu meninggalkan kami, menyisakan kenangan yang sangat baik dan namanya juga baik karena disayang banyak orang," ungkapnya.

Sosok Redho di Mata Civitas UMY 

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta UMY gelar doa bersama, Redho Tri Agustian korban mutilasi dikenal ceria dan suportif.
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta UMY gelar doa bersama, Redho Tri Agustian korban mutilasi dikenal ceria dan suportif. (TribunJogja.com/Taufiq Syarifudin)

Redho Tri Agustian adalah mahasiswa Fakultas Hukum UMY angkatan 2021.

Ia dikenal dengan nama panggilan Tomi oleh teman-teman dekat satu fakultasnya.

Selain mahasiswa, perwakilan dosen Fakultas Hukum, Iwan Satriawan hadir memberikan ucapan belasungkawa yang mendalam.

Di sana Iwan menyebut sebagian masih ragu-ragu menyatakan bahwa mahasiswanya adalah korban mutilasi.

Ini yang kemudian membuat pihak fakultas belum merilis ucapan belasungkawa dan melakukan salat gaib.

"Sebagian masih ragu untuk salat gaib, tapi tadi sudah ada yang melakukannya. Kami lakukan setelah mendapat keterangan dari penyidik kepolisian," kata Iwan.

Iwan mengatakan kepada Tribun Jogja bahwa pihaknya telah meyakini jika korban mutilasi di Sleman adalah Redho Tri Agustian

Setiyantoro Wahyu Aditama (19), teman satu fakultas Tomi atau Redho Tri Agustian datang ke agenda doa bersama dengan perasaan setengah tidak percaya temannya dihabisi dengan cara sadis.

Pria yang dipanggil Tian itu masih punya harapan kecil bahwa korban Mutilasi bukan Tomi yang sudah dia kenal setahun lalu.

"Saya berharap kalau itu bukan Kak Tomi. Tapi kepolisian baru saja memberikan beberapa bukti, dan mengarahkan ke sana. Entah, hanya perasaan saya ingin tidak percaya itu," kata Tian saat bercerita kepada Tribun Jogja.

Tian mengaku hubungannya dengan Tomi cukup dekat. Mereka kenal ketika masa orientasi kampus.

Tomi adalah senior satu tingkat di atasnya yang bertindak sebagai pembimbing kelompok Tian dan teman-temannya.

"Kak Tomi biasanya sering kasih kabar, karena biasanya kami sering mabar (main bareng) gim Mobile Legends. Terakhir kami kontakan tanggal 5 Juli, yang saya tahu dia lagi ada kesibukan waktu itu," jelas dia.

Waktu berbincang dengan Tribun Jogja, Tian duduk di samping foto Tomi dan lilin yang menyala serta bunga yang ditaburkan mahasiswa-mahasiswa.

Ia bergeming, padahal banyak yang sudah beranjak selepas doa bersama usai.

Ia mengabadikan momen itu dengan berfoto di samping foto Tomi.

Tian bilang kalau cara itu jadi pengingat untuknya suatu saat nanti, kalau Tomi adalah salah satu temannya yang berarti.

"Saya sudah dianggap seperti adiknya Kak Tomi. Teman-teman yang lain sering bilang 'tuh kakakmu'," katanya sambil mengenang.

Selain main Mobile Legends, Tian dan Tomi sama-sama menyukai dance, entah tarian tradisional atau modern.

Dua hal ini membuat hubungan keduanya semakin erat.

Tian mengaku sering menjemput Tomi di kosnya yang hanya sepelemparan batu dari kampus UMY.

"Biasanya buat nongkrong, main mobile legends," ujarnya.

Di beberapa malam terakhir, Tian merasa merinding setiap kali mengingat bahwa temannya dibunuh lalu dimutilasi.

Ia tidak bisa membayangkan bagaimana saat-saat terakhir Tomi sebelum kehilangan nyawa.

"Saya membayangkannya sangat ngeri. Ada orang sebengis itu menghabisi nyawa orang lain, lalu dimutilasi. Saya sangat kesal, marah, benci karena itu," ucap dia.

Di mata Tian, Tomi adalah orang sangat ceria, peka terhadap lingkungan, dan sangat suportif.

Motif dan Penyebab Redho Tri Agustian Mahasiswa UMY Dimutilasi

Polda DIY menggelar konfrensi pers terkait motif dan perkembangan kasus mutilasi di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Selasa (18/7/2023). Korban pada kasus mutilasi ini diduga adalah Redho Tri Agustian, mahasiswa UMY asal Pangkalpinang, Bangka Belitung.
Polda DIY menggelar konfrensi pers terkait motif dan perkembangan kasus mutilasi di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Selasa (18/7/2023). Korban pada kasus mutilasi ini diduga adalah Redho Tri Agustian, mahasiswa UMY asal Pangkalpinang, Bangka Belitung. (Tribun Jogja)

Redho diduga jadi korban mutilasi di Turi, Sleman, Jiga.

Dua pelaku, W (29) dan RD (38) telah ditangkap

Polisi telah mengungkap motif pelaku mutilasi di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman terhadap diduga mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Redho Tri Agustian tersebut.

Ternyata penyebab atau motif mutilasi di Sleman terhadap diduga mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Redho Tri Agustian ini adalah terkait aktivitas tak wajar.

Demikian disampaikan Polda Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (18/7/2023),

Kedua pelaku W (29) dan RD (38) yang diketahui warga Magelang dan Jakarta tersebut nekat memutilasi tubuh korbannya untuk menghilangkan jejak.

Keduanya melakukan tindakan sadis tersebut karena panik setelah korban diduga Redho Tri Agustian meninggal dunia.

R meninggal dunia  di kamar kos milik W di Triharjo, Kabupaten Sleman pada Selasa (11/7/2023) malam.

Setelah memotong-motong sejumlah bagian tubuh R, kedua pelaku kemudian membuangnya di sejumlah tempat di wilayah Sleman dan sekitarnya.

Kemudian para pelaku melarikan diri ke Bogor untuk menghilangkan jejak.

Namun pelarian kedua pelaku akhirnya berakhir setelah polisi meringkus keduanya.

Motif kedua pelaku memutilasi tubuh R itu terungkap setelah polisi melakukan pendalaman terhadap kedua tersangka.

Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda DIY Kombes Pol FX Endriadi, saat jumpa pers, Selasa (18/7/2023) mengatakan antara pelaku dan korban saling mengenal.

Mereka berkenalan melalui media sosial dan sama-sama aktif disebuah grup komunitas media sosial.

"Kemudian salah satu pelaku yang di Jogja mengundang pelaku yang dari luar Jogja untuk datang menemui korban," kata Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda DIY Kombes Pol FX Endriadi, saat jumpa pers, Selasa (18/7/2023) dikutip dari Tribun Jogja.

Setelah pelaku RD tiba di Yogyakarta, pelaku W lantas menjemput RD dan mengajaknya berkumpul di kos pelaku W.

Endriadi menegaskan, ketiganya tergabung dalam komunitas yang mempunyai aktivitas menyimpang atau tidak wajar.

Aktivitas tak wajar yang dilakukan para pelaku inilah yang mengakibatkan korban R meninggal dunia.

"Mereka tergabung di sebuah komunitas yang mempunyai aktivitas gak wajar. Mereka melakukan kegiatan berupa kekerasan satu sama lain. Ini terjadi berlebihan sehingga mengakibatkan korban meninggal," terang dia.

Endriadi enggan menjelaskan lebih detail terkait aktifitas tak wajar yang dilakukan pelaku dengan korban.

Namun setelah korban meninggal dunia, para pelaku panik hingga akhirnya melakukan tindakan mutilasi.

"Setelah korban meninggal para pelaku kemudian panik kemudian berniat menghilangkan jejak peristiwa tersebut. Setelah panik mereka melakukan upaya pemotongan atau mutilasi," jelasnya.

"Itu dilakukan dengan cara memotong kepala korban, pergelangan tangan, kaki kemudian bagian tubuh, hingga menguliti tubuh korban," sambungnya.

Terkait waktu kejadian, ditegaskan Endri, aktivitas tak wajar berujung mutilasi itu dilakukan di kos pelaku W yakni di Triharjo, Kabupaten Sleman pada Selasa (11/7/2023) malam.

Saat ini polisi terus melakukan upaya penyidikan terhadap kasus pembunuhan ini.

Guna memastikan identitas korban, pihak kepolisian masih menunggu hasil tes DNA korban dengan orang tuanya.

Diberitakan sebelumnya, Polisi meringkus dua pelaku pembunuhan dengan cara memutilasi korbannya, Sabtu (15/7/2023) malam.

Kedua pelaku yakni W warga Magelang dan RD asal DKI Jakarta.

Mulanya polisi menindaklanjuti laporan berupa potongan tubuh terduga korban inisial R.

"Pendalaman berdasarkan digital forensik olah TKP dan informasi lapangan kami tim kepolisian mengerurut terduga pelaku. Pelaku ada di wilayah jabar. Tim obsnal beserta perangkat kami berhasil mengamankan terduga pelaku di Jawa Barat," kata Dirreskrimum Polda DIY Kombes Pol FX Endriadi saat jumpa pers di Mapolda DIY, Minggu (16/7/2023).

Pelaku saat ini masih ditahan di Mapolda DIY untuk keperluan penyidikan lebih lanjut.

Sejumlah barang bukti berupa pisau, palu, serta kompor dan panci turut diamankan kopolisian.

Dari hasil olah TKP kepolisian, korban dimutilasi oleh pelaku di sebuah kamar kos di Triharjo, Kapanewon Sleman, Kabupaten Sleman. 

Jika Benar, Keluarga Ingin Redho Segera Dipulangkan

Rumah orangtua Redho di Pangkalbalam Pangkalpinang, Bangka Belitung, Senin (17/7/2023).
Rumah orangtua Redho di Pangkalbalam Pangkalpinang, Bangka Belitung, Senin (17/7/2023). (KOMPAS.com/HERU DAHNUR)

Sementara itu, tim Inafis Polda Bangka Belitung melakukan tes DNA terhadap keluarga Redho Tri Agustian, Selasa (18/7/2023).

Perwakilan pihak keluarga atau paman Redho, Majid menyatakan pengambilan sampel DNA ini adalah terkait kasus yang diduga menimpa keponakannya tersebut.

"Sekitar pukul 11.00 wib tadi ada tim dvi Polda Bangka Belitung, paling 15 menit ngambil sampel tes DNA orang tua ibu dan bapaknya aja yang diambil," ujar Majid.

Keluarga menyerahkan sepenuhnya kasus ini kepada pihak aparat kepolisian guna dapat membongkar identitas korban sekaligus motif kasus mutilasi yang kini ditangani oleh Polda DIY.

"Ya harus sesuai dengan sop mereka (Polisi), tapi kami minta kalau itu benar identitas keluarga kami ya ingin segera dipulangkan kesini," ucapnya.

(Bangkapos.com/Tribun Jogja)

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved