Sosok Istri Panglima Jilah Pemimpin Pasukan Merah Suku Dayak Disorot Lagi, Intip Foto Cantiknya

Inilah sosok istri Panglima Jilah sang pemimpin pasukan merah suku Dayak yang disorot lagi setelah sang suami berseteru dengan Panglima Pajaji.

Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: khamelia
via Sripoku
Sosok Istri Panglima Jilah Pemimpin Pasukan Merah Suku Dayak (paling kiri) 

BANGKAPOS.COM - Inilah sosok istri Panglima Jilah sang pemimpin pasukan merah suku Dayak yang disorot lagi setelah sang suami berseteru dengan Panglima Pajaji.

 Seperti diketahui, Panglima Jilah dan Panglima Pajaji, keduanya merupakan tokoh dayak asal Kalimantan Barat, tengah berseteru soal IKN dan Rocky Gerung.

Perseteruan bermula saat Panglima Jilah mengultimatum Rocky Gerung karena yang bersangkutan mengkritik pembangunan IKN.

Panglima Jilah yang membela Jokowi dari kritikan Rocky Gerung mengenai IKN pun jadi perhatian.

Kehidupannya sebagai pimpinan pasukan elit suku Dayak pun ikut disorot.

Termasuk sosok istri Panglima Jilah yang misterius.

Dikutip dari Tribun Trend, Panglima Jilah atau Pangalangok Jilah memiliki nama lengkap Agustinus Jilah.

Putra asli Suku Dayak ini dikenal sebagai tokoh adat di Kalimantan.

Lahir pada 19 Agustus 1980 di Desa Sambora, Toho, Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat.

Panglima Jilah diketahui sudah menikah dan memiliki anak.

Namun informasi terkait keluarga Panglima Jilah cukup sulit untuk ditemukan.

Tak banyak informasi yang menjelaskan tentang seluk-beluk keluarga Panglima Jilah.

Begitu pun tentang istri dan anak Panglima Jilah yang saat ini banyak dicari tahu.

Walaupun begitu, keberadaan istri Pangeran Jilah sempat beredar di media sosial.

Melansir dari YouTube Pojok Terang terungkap istri Pangeran Jilah pernah terekam kamera.

Ia bersama Panglima Jilah hadir dalam pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono.

Panglima Jilah mengajak sang istri berfoto dengan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono.

Tak lupa di samping istri Panglima Jilah terlihat Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan sang istri.

Mengenakan setelan baju khas Dayak, istri Panglima Jilah menunjukkan pesonanya.

Ia tampil sebagai cerminan dari perempuan Suku Dayak di hadapan ribuan tamu undangan.

Tak hanya itu, beredar juga kebersamaan Panglima Jilah dan sang istri ketika foto dengan Jokowi.

20230821 Sosok Istri Panglima Jilah Pemimpin Pasukan Merah Suku Dayak 2
Sosok Istri Panglima Jilah Pemimpin Pasukan Merah Suku Dayak

Kendati begitu, informasi terkait istri Panglima Jilah belum diketahui secara jelas.

Mengenakan baju Dayak berwarna merah delima, penampilan istri Panglima Jilah kerap disorot.

Ia tidak pernah melepas identitasnya sebagai perempuan Dayak terkhusus istri dari seorang panglima.

Sebagai informasi, kehadiran istri Panglima Jilah tidak terlepas dari isu yang tengah viral saat ini.

Ya, terjadinya perseteruan antara Panglima Jilah dan Panglima Pajaji menjadi perbincangan hangat.

Kedua tokoh Suku Dayak ini mengalami perseteruan karena perbedaan prinsip.

Panglima Jilah disebut mendukung pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.

Sementara Panglima Pajaji menentang sikap pro Panglima Jilah terhadap program kerja Presiden Jokowi.

Menurut Panglima Pajaji, adanya IKN akan merusak hutan adat di Kalimantan.

Sehingga kelestarian alam dan budaya akan mudah untuk tercemari.

Baca juga: Sosok Mantan Istri Panglima Pajaji Muncul Bela Panglima Jilah Soal IKN, Borok Eks Suami Dibongkar

Profil Panglima Jilah

Panglima Jilah atau Pangalangok Jilah, nama aslinya adalah Agustinus Jilah.

Ia lahir pada 19 Agustus 1980 di Toho, tepatnya Desa Sambora, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat (Kalbar), Indonesia.

Seperti dilansir dari TribunPontianak.co.id dalam artikel 'Siapa Panglima Jilah? Anak Dayak yang Sakti dan Rendah Hati Pimpinan Pasukan Merah, Masa Kecil Miris',  Panglima Jilah adalah cucu dari seorang panglima yang sangat terpandang pada jaman kerajaan.

Maka tidak heran Panglima Jilah sangat disegani sekaligus dikagumi khususnya di Pulau Kalimantan.

Ia berdiri di barisan terdepan untuk memperjuangkan hak masyarakat yang terancam dirampas pihak lain.

Hingga Panglima Jilah pun dijadikan simbol perjuangan masyarakat dalam mencari keadilan di tanah leluhurnya.

Ia menguasai seni beladiri tradisional Dayak dan memiliki kesaktian ilmu kebal.

Tubuhnya dibalut dengan tato khas Dayak hingga penampilan Panglima Jilah selalu menarik perhatian.

Namun dibalik itu semua, Panglima Jilah melalui masa lalu yang penuh liku dan bisa dikatakan sangat miris.

Pada masa kecilnya, Panglima Jilah memiliki kelainan dari teman-temannya kala itu.

Konon katanya lidahnya sering keluar, perut buncit dan keterbatasan dalam bicara alias gagap.

Namun dengan kegigihan yang dimiliki seperti halnya spirit para leluhur, perlahan Panglima Jilah mampu mengatasi semuanya hingga normal.

Kini Ia pun sangat dikagumi khususnya suku Dayak.

Ia tampak sangat tangguh dan menjadi orator ulung untuk membakar semangat Pasukan Merah.

Bersama sekitar 44 ribuan Pasukan Merah, Panglima Jilah menjadi orang terdepan untuk memperjuangkan keadilan dan bertanggung jawab penuh atas adat budaya Dayak.

Sejumlah persoalan yang merugikan masyarakat telah dituntaskan hanya bermodal keberanian dan kemampuannya beradu pendapat.

Walau demikian, Panglima Jilah sangat menyadari semua itu adalah titipan. Ia tidak sombong, tidak pula semena-mena.

Sebaliknya, Panglima Jilah adalah sosok rendah hati dan selalu mengutamakan kedamaian satu sama lain.

Ia sangat ramah, murah senyum, peduli dengan masyarakat dan lingkungannya.

Bersama Pasukan Merah yang dipimpinnya, Panglima Jilah terus menghidupkan tradisi dan adat istiadat yang mulai tergerus jaman.

Ia merangkul kaum muda untuk bersama-sama menghidupkan adat budaya serta melestarikan hutan Kalimantan.

Lalu siapakah yang layak menjadi Pasukan Merah?

Ternyata menjadi Pasukan Merah tidak semudah yang dibayangkan. Ada tahapan seleksi dan harus memenuhi sejumlah persyaratan baru bisa menjadi Pasukan Merah.

Selain seleksi kemampuan fisik, Pasukan Merah harus rendah hati, tidak radikalis, membela yang benar, dan menjadi garda terdepan untuk keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI.

Jika melanggar satu saja syarat-syarat tersebut, maka dipastikan si pelanggar dikeluarkan dari Pasukan Merah. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved