Berita Belitung

Kisah Aulia Pernah Ingin Akhiri Hidup Karena Dibully di Sekolah, Ini yang Jadi Penyemangatnya

Hingga puncaknya kelas 2 SMP dia berpikir ingin mengakhiri hidupnya. Karena sudah tidak tahan dengan perlakuan para temannya

Penulis: Bryan Bimantoro | Editor: Iwan Satriawan
istimewa
Sosok Aulia saat ini 

BANGKAPOS.COM, BELITUNG - Perjuangan hidup Aulia, bocah berusia 13 tahun di bangku SMP asal Manggar, Belitung Timur sangat tidak mudah.

Dia tumbuh di antara orang tua yang sudah cerai sehingga harus tinggal bersama neneknya. Di sekolah pun menjadi korban bully teman-teman satu angkatan.

Kepahitan hidup itu diceritakan Aulia saat ditemui posbelitung.co, Rabu (11/10/2023).

Dia bercerita saat masuk SMP memang dia mengakui fisiknya tidak seperti kebanyakan teman wanitanya yang lain; cantik standar orang Indonesia: putih, tinggi, kurus, hidung mancung, kulit mulus, dan lainnya.

Karena itulah dia menjadi sasaran bully saat masuk SMP.

Awalnya dia biasa saja, bisa menahan semuanya walaupun masih terasa sesak di dada karena hampir semua orang tidak mau berteman dengannya saat itu.

Hingga puncaknya kelas 2 SMP dia berpikir ingin mengakhiri hidupnya. Karena sudah tidak tahan dengan perlakuan para temannya yang makin hari makin tidak berperikemanusiaan.

"Mungkin kalau aku tidak ada mereka bisa lebih senang. Terus kalau aku meninggal, apakah mereka mau ke kuburanku? Aku pernah sampai di tingkatan itu pikirannya akibat bully teman-temanku di SMP," kata Aulia yang saat ini sudah berusia 17 tahun dan duduk di kelas 3 SMA.

Tak cuma itu, Aulia juga mengaku sering menangis sambil menyayat-nyayat tangannya sendiri dikala dia sedang stres menghadapi teman-temannya.

Dia melakukan itu sebagai pelampiasan emosi karena tidak ada teman cerita dan kondisi keluarga yang tidak mendukungnya sama sekali.

Di sekolah pun, guru-gurunya tidak berpengaruh besar. Mereka tidak bisa berbuat banyak karena saking banyaknya siswa yang membully Aulia.

Bahkan, kata Aulia, guru-guru di sekolahnya juga membully dan menyalahkan Aulia.

"Pertama memang pernah pendekatan dengan aku bertanya kenapa. Tapi mungkin karena sudah sering jadinya dibiarkan. Bahkan malah kesal, 'kenapa sih kamu nangis terus?', 'kamu nangis kenapa lagi, udah jangan nangis'. Belakangan aku tau kalau ternyata yang membully itu murid kesayangan guru-guru di sekolah. Jadi terkesan dibiarkan saja," kata Aulia.

Dalam satu angkatan di sekolahnya, dia hanya berteman dengan empat orang. Itu pun keempatnya adalah sesama korban bully sehingga tidak bisa saling melindungi.

Aulia saat itu berpikir bagaimana caranya agar dia tidak terus-terusan berpikir negatif. Dia akhirnya menemukan teman virtual dari dunia maya. 

Sumber: bangkapos.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved