Berita Viral
Detik-detik Tangan Arjo Warga Delas Basel Putus Saat Duel Vs Buaya : Saya Gigit Balik Lehernya
Arjo, warga Desa Delas, Kabupaten Bangka Selatan (Basel), Bangka Belitung, mengungkap detik-detik mengerikan saat tangannya putus usai duel vs buaya.
Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: fitriadi
Dengan kehilangan tangan kanannya dan menjalani masa pemulihan pasca operasi perekonomian Arjo terancam lumpuh.
Maka dari itu Pemerintah Desa juga segera melakukan pembahasan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Bagaimana desa bisa membantu kebutuhan Arjo dalam menjalani masa pemulihan dan pasca sembuh.
Di mana pemerintah desa berinisiatif untuk memberikan Arjo tangan palsu untuk membantu kesehariannya.
“Pemerintah Desa Delas juga akan membahas permasalahan ini, bagaimana desa bisa membantu kebutuhan Arjo ini. Nantinya bagaimana apakah tangannya akan menggunakan tangan palsu, ini akan kita bahas,” jelas Tan Jaya.
Dalam penggalangan dana itu dibuka langsung oleh keluarga Arjo. Bantuan dapat disalurkan ke nomor rekening Bank BCA 041-086-1119. Sementara Pengiriman bantuan dapat dikonfirmasikan ke Aidil di nomor handphone 0819-9566-8666 dan Rudi Alwi 0813-1717-2873.
Interaksi Negatif Buaya Tertinggi di Indonesia
MANAGER of Alobi Foundation, Endi Riadi mengungkapkan keprihatinannya atas peristiwa yang menimpa Arjo (32), warga Desa Delas, Kecamatan Airgegas, Kabupaten Bangka Selatan, yang diterkam buaya beberapa hari lalu.
“Kami sangat prihatin kepada korban karena memang saat itu sedang mencari ikan,” ucap Endi, Minggu (7/1/2024).
Kata Endi, pihaknya sendiri belum pernah secara langsung mengunjungi Sungai Nyire yang berada di Kecamatan Air Gegas itu.
“Kami belum tahu kondisinya gimana, apakah sungai disitu (Sungai Nyire) memang habitat buaya, apakah sebelumnya buaya di situ sudah pernah ada apa belum. Kami juga tidak tau apakah ada aktivitas lain di sungai itu, misalnya seperti pertambangan ilegal,” katanya.
Kendati demikian, dia menyebutkan bahwa seluruh aliran sungai yang ada di Bangka Belitung berpotensi menjadi
ada buayanya dan menjadi habitat buaya.
“Misalnya di sungai yang sering digunakan masyarakat, satwa liar itu kan bisa menghindar (menjauhi manusia).
Dan ketika mendiami suatu wilayah, dia (satwa liar) bakal ada disitu terus. Tapi ketika rusak karena ada aktivitas lain seperti pertambangan ilegal, mereka akan lari ke sungai lain, makanya kadang-kadang ada sungai yang sebelumnya enggak ada buaya tiba-tiba jadi ada buayanya,” jelasnya.
Kata dia, jika di suatu sungai terjadi pertambangan ilegal yang menyebabkan kerusakan habitat buaya, maka menjadi salah satu pemicu serangan buaya kepada manusia.
Endi mengungkapkan bahwa berdasarkan data terbaru, Provinsi Bangka Belitung adalah salah satu daerah dengan kasus interaksi negatif buaya dengan manusia yang tertinggi di Indonesia, bahkan mungkin di dunia.
“Dan rata-rata itu karena akibat dari penyempitan habitat atau kerusakan habitat (buaya) yang ada di Bangka
Belitung sehingga memicu potensi interaksi negatif (konflik) dengan manusia,” terangnya.
Menurutnya, dari kasus yang terjadi selama ini, interaksi negatif itu terjadi karena adanya pertambangan ilegal yang menyebabkan rusaknya habitat buaya tersebut.
Lebih lanjut, Endi menjelaskan bahwa jenis buaya yang sering dijumpai di Bangka Belitung adalah jenis Crocodylus
Pororus atau disebut juga buaya muara.
“Buaya muara itu adalah jenis yang paling agresif di dunia. Jadi memang pola, tingkah lakunya lebih agresif dari jenis buaya lainnya,” jelasnya.
Kemudian, selain terkenal agresif, buaya muara juga terkenal dengan ukurannya yang lebih besar dibanding jenis buaya lainnya.
“Sepengetahuan kami, buaya muara yang pernah diukur sejarah manusia itu adalah sebesar 7 meter, dan itu di luar Indonesia,” sambungnya.
Endi berujar, di Bangka Belitung, buaya bisa dikatakan sebagai puncak predator yang selalu mempunyai insting liar.
“Sifat alaminya itu agresif, karena memang puncak predator. Apalagi di Babel, kita kan enggak ada harimau, jadi
bisa dikatakan puncak predatornya itu buaya,” tambahnya.
Lebih lanjut, pada saat musim kawin, jenis buaya muara juga akan lebih ganas lagi.
Kata Endi, periode musim kawin buaya dimulai sehabis bulan Agustus sampai dengan Januari atau Februari.
Oleh karena itu, pada periode tersebut, cenderung buaya akan lebih agresif. Apalagi di malam hari, karena pada
dasarnya buaya adalah hewan nokturnal (aktif di malam hari).
“Jadi pada kesempatan ini, kami mengimbau kepada masyarakat ketika ada suatu sungai yang diketahui ada buayanya, lebih baik menghindar atau mengurangi aktivitas di sana,” imbuhnya. (bangkapos.com/v1/ Cepi Marlianto/ Dedy Qurniawan)
buaya
Arjo
Desa Delas
Bangka Selatan
Bangka Belitung
Berita Bangka Selatan
berita bangka pos hari ini
Dedy Qurniawan
15 Hari Buron, Bripda Alvian Pembunuh Putri Apriyani Ditangkap di NTB, Ini Jejak Pelariannya |
![]() |
---|
Siapa Oknum Jaksa yang Disebut Peras Annar Sampetoding Rp5 M Agar Bisa Bebas, Dibantah Kejati Sulsel |
![]() |
---|
Siapa Salsa Erwina, Juara Debat se-Asia Pasifik Tantang Ahmad Sahroni Bicara Soal Tunjangan Gaji DPR |
![]() |
---|
Siswandi Pelaku Kekerasan Terhadap Syahpri Dokter RSUD Sekayu Ditangkap saat Bersama Anak Kecil |
![]() |
---|
Sosok Ustaz Evie Effendi Pendakwah Terkenal di Bandung Diduga KDRT ke Anak, Pernah Dipenjara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.