Profil Butet Kartaredjasa, Seniman yang Kritik Pedas Pemerintahan Jokowi, Sebut Muak karena Memihak

Kiritikan itu dilontarkan oleh Butet Kartaredjasa lewat pantun yang ia bacakan pada Hajatan Rakyat Yogyakarta untuk Ganjar-Mahfud di alun-alun Wates,

Penulis: Fitri Wahyuni | Editor: M Zulkodri
Kompas.com
Profil Butet Kartaredjasa, Seniman yang Kritik Pedas Pemerintahan Jokowi, Sebut Muak karena Memihak 

Sejak tahun 2010, Butet Kartaredjasa bersama Slamet Rahardjo dan Cak Lontong bermain dalam program Sentilan-Sentilun yang tayang di Metro TV.

Ia juga membintangi berbagai judul film layar lebar.

Bersama Agus Noor dan Djaduk Ferianto, ia menggagas Indonesia Kita pada 2011.

Kecewa Putusan MK, Butet Kartaredjasa Surati Jokowi

Seniman Butet Kartaredjasa mengirimkan surat secara pribadi kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Tanpa bermaksud menggurui, dalam suratnya, Butet yang mengaku sedih hanya ingin mengingatkan Presiden Jokowi selagi masih ada kesempatan.

Seniman asal Yogyakarta ini mengawali surat tersebut dengan keresahannya setelah Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan sebagian gugatan uji materi soal usia calon presiden dan calon presiden,

hal tersebut membuat Gibran Rakabuming Raka berpotensi maju dalam Pilpres 2024.

Menurut Butet, jika Gibran melenggang menjadi calon wakil presiden dan berpasangan dengan Prabowo Subianto, disebutnya sebagai awal mula bencana moral.

"Rakyat Indonesia bukan orang bodoh yang tak bisa membaca peristiwa."

"Rakyat punya kecerdasan 'membaca' yang tersembunyi di balik semua itu," kata Butet dalam surat pribadi untuk Presiden Jokowi, yang sudah dizinkan untuk dikutip Kompas.com pada Sabtu (21/10/2023).

Putra dari seniman kenamaan Bagong Kussudiardjo ini kemudian mengatakan, ia tidak ingin warisan (legacy) yang dibawa Presiden Jokowi akan rontok karena adanya fenomena ini.

Melalui surat tersebut, Butet juga terus mengungkapkan harapannya akan sosok pemimpin ideal yang dinilai hampir dipenuhi oleh Jokowi.

Apalagi, ia mengatakan, bersama kawan-kawan telah berjuang sejak tahun 1998 untuk melahirkan seorang presiden yang pantas dijadikan tauladan yang baik di Indonesia, yang bisa dimiliki bangsa Indonesia sepanjang sejarah.

"Saya sungguh tidak ingin legacy njenengan sebagai 'role model' pemimpin yang baik akan rontok."

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved