Wawancara Ekslusif
Cadangan Terbesar Dunia Tapi BUkan Produsen
Kita harus bijak, ketika kita mengeksploitasi secara besar-besaran, data dukung lingkungannya seperti apa. Hari ini kenapa dampak ...
INDONESIA masih menjadi negara yang memiliki cadangan timah terbesar di dunia. Sayangnya Indonesia bukan negara produsen seperti China. Dampaknya, Indonesia belum bisa memaksimalkan nilai ekonomi timah sehingga menguntungkan.
Direktur Utama PT Timah Tbk, Ahmad Dani Virsal optimistis timah bisa menjadi masa depan Babel sebagai daerah penghasil, dan Indonesia sebagai negara.
Bagaimana Dani Virsal melihat posisi timah Indonesia di panggung dunia?
Berikut petikan wawancara eksklusif Bangka Pos dengan Ahmad Dani Virsal, Dirut PT Timah Tbk yang dipandu Editor In Chief Bangka Pos, Ade Mayasanto di Studio Bangka Pospada Sabtu (2/ 3) malam:
Bagaimana idealnya timah supaya berkelanjutan?
Ini dimulai dengan kolaborasi dan perencanaan pemanfaatan alam. Lingkungan ini perlu berkesinambungan dan perlu berbagai sektor yang tidak perlu dipertentangkan. Jangan melihat masalah itu seolah-olah masalah, padahal dibalik masalah itu ada peluang.
Jadi sebenarnya kalau kita menyiapkan pemanfaatan lahan ke sektor yang lain, misalnya lahan setelah tambang, kita siapkan juga tumpang sari yang lainnya. Memang harus ada orang yang berpikir tentang pemanfaatan potensi-potensi sumber daya alam yang hanya tidak dari satu sisi. Siklus pemanfaatan secara ekosistem itu harus berkesinambungan agar memberi nilai ekonomi yang
optimal, dan ini yang perlu kolaborasi.
Di PT Timah sendiri apakah sudah mempunyai roadmap atau guidance nya?
Kita juga melihat dari sisi lingkungan hidup, dari sisi sosial, dari sisi pembangunan. Pemerintah memberikan rule atau izin mengeksploitasi timah ini dengan baik.
Kita harus bijak, ketika kita mengeksploitasi secara besar-besaran, data dukung lingkungannya seperti apa. Hari ini kenapa dampak lingkungannya besar, karena me-recovery lingkungan itu tidak secepat eksploitasinya. Me-recovery lingkungan tidak segampang mengeksploitasinya, nah ini yang enggak berimbang.
Baca juga: Dani Virsal Blak-blakan Tantangan Berat 4 bulan Terakhir
Baca juga: Polisi Bongkar Praktik Prostitusi di Kontrakan, Muncikari Dapat Jatah Rp100 Ribu Sekali Kencan
Kalau dulu kita di Timah punya roadmap jangka panjang, namanya Rencana Jangka Panjang Pemanfaatan Eksploitasi Timah.
Makanya kita rencana jangka panjang, cadangan jangka panjang dan kita juga bisa mendesain teknologi yang lebih murah. Nah hari ini agak terganggu, karena bebera pa cadangan kita juga bersinggungan dengan sektor yang lain, yang juga berkembang, baik itu
perkebunan dan juga pengalokasian zonasi di beberapa wilayah.
Kalau zonasi itu kan kita bisa geser, kawasan perkebunan bisa digeser, kawasan perhutanan bisa digeser, tapi endapan (timah) ini tidak bisa digeser.
Tapi kalau kawasan hutan, bisa digeser, atau pemanfaatan kebun kita bisa geser. Bahkan sungai pun hari ini kita bisa geser, tapi endapan timah tidak bisa.
Secara dunia, dari data terakhir, cadangan timah kita 17 persen dari dunia. China aja yang besar itu cuma 12 persen.
Ke depan itu paling tidak kita harus memetakan secara bijaksana bagaimana kita mengkapitalisasi atau mengeksploitasi kekayaan sumber daya alam ini, karena kita juga harus mempertimbangkan sektor lain. Pemanfaatan sumber daya alam ini tidak bisa hanya
sendiri saja, terus setelah itu apa. Nah kesinambungan lingkungan ini yang mesti kita pikirkan. Jadi kalau kita mereklamasi atau mengembalikan fungsi lahan itu, kita harus ada lagi langkah selanjutnya, atau sektor lain memanfaatkan lahan itu tadi. Ini yang harus kita dorong, jangan sampai nanti kita reklamasi terus hanya jadi hutan dan tidak dimanfaatkan lagi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.