Kasus DBD di Indonesia: Kewaspadaan Tinggi Diperlukan di Tengah Peningkatan Jumlah dan Kematian
Masyarakat diimbau untuk semakin waspada akan penularan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti tersebut
Penulis: Iklan Bangkapos | Editor: Ardhina Trisila Sakti
BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Sejak awal tahun ini hingga 11 Maret lalu, terdapat 27.852 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia.
Dari data Kementerian Kesehatan itu, tercatat sebanyak 250 korban di antaranya meninggal dunia.
Jumlah itu meningkat jika dibandingkan dengan data tahun lalu pada periode yang sama (year-on-year). Awal 2023 hingga 9 Maret 2023, terdapat 12.090 kasus demam berdarah dengan korban meninggal berjumlah 84 jiwa.
Salah satu daerah di DKI Jakarta dengan kasus DBD tinggi adalah Jakarta Barat. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan DKI Jakarta Lies Dwi Oktavia membenarkan sedang terjadi lonjakan jumlah kasus DBD di wilayahnya.
Menurut data Dinkes DKI per 18 Maret 2024, tercatat 1.052 kasus DBD. Namun data itu hanya mencatat pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit, dan berbeda dengan Kemenkes.

Kasus demam dengue pada awal tahun ini menunjukkan peningkatan jumlah dan kematian.
Masyarakat diimbau untuk semakin waspada akan penularan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti tersebut.
Sistem kewaspadaan dini dan kesiapsiagaan dari fasilitas kesehatan pun diperlukan untuk mencegah peningkatan kasus serta adanya kejadian luar biasa.
Kasus DBD paling tinggi dilaporkan di Kota Kendari (Sulawesi Tenggara), Kabupaten Bone Bolango (Gorontalo), Kabupaten Hulu Sungai Selatan (Kalimantan Selatan), Kota Banjarbaru (Kalimantan Selatan), dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah (Kalimantan Selatan).
Sementara kasus kematian dilaporkan paling tinggi terjadi di Kota Salatiga (Jawa Tengah), Kabupaten Kendal (Jawa Tengah), Kota Pariaman (Sumatera Barat), Kabupaten Pesisir Barat (Lampung), dan Kabupaten Blora (Jawa Tengah).

Kelompok usia paling berisiko adalah anak usia 5-18 tahun. Untuk itu, perlu kewaspadaan tinggi terhadap anak-anak usia sekolah.
Dihimbau agar pasien tidak terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan. Para pasien harus segera mendapat perawatan intensif dan diberi infus untuk memenuhi kebutuhan cairan.
"Jadi prinsipnya, kalau DBD itu, kita tidak boleh sampai terlambat dalam memenuhi kebutuhan cairan sebenarnya. Jadi DBD itu biasanya dia demam tinggi, yang tiba-tiba nanti pada hari sekitar hari kelima.
Demamnya kesannya akan turun, tapi di situ biasanya justru saat orang bisa mengalami kondisi syok karena cairan yang tidak tercukup," jelas Pemerhati Kesehatan, Dokter Keluarga di Intan Medika, dr. Hendry Jan
Pencegahan DBD penting untuk dilakukan agar Anda terhindar dari risiko tersebut.
Kasus DBD di Bangka Capai 291, Satu Orang Meninggal Dunia |
![]() |
---|
Kasus DBD Meningkat, Dinkes Bangka Tengah Minta Warga Giat PHBS |
![]() |
---|
Kasus DBD di Bangka Tengah Tahun 2025 Meningkat Signifikan, Hampir Sentuh Angka 100 Persen |
![]() |
---|
Antisipasi DBD, Dinkes Basel Ingatkan Masyarakat Tak Hanya Mengandalkan Fogging |
![]() |
---|
Pemkab Basel Ingatkan Masyarakat Waspada Serangan Nyamuk Aedes Aegypti, DBD Sudah 129 Kasus |
![]() |
---|