Berita Pangkalpinang
Tahun 2023 Ada 89 Perempuan dan Anak Alami Kekerasan, DP3AKB Pangkalpinang Yakin Banyak Tak Melapor
Terdata hanya 89 kasus tapi, diyakini kasus kekerasan kepada perempuan dan anak lebih banyak lagi karena ada yang tidak melapor
Penulis: Andini Dwi Hasanah | Editor: Hendra
BANGKAPOS.COM, BANGKA - Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Pangkalpinang mencatat selama tahun 2023, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kota Pangkalpinang terjadi sebanyak 89 kasus.
Dari jumlah kasus tersebut rinciannya 51 kasus kekerasan kepada perempuan dan 38 kasus kekerasan kepada anak.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Pangkalpinang Agustu Afendi menjelaskan dari data laporan yang masuk, jenis kasus kekerasan yang terjadi paling dominan adalah kasus kekerasan fisik yang jumlahnya sebanyak 30 kasus.
Kemudian kekerasan psikis sebanyak 14 kasus, KDRT 19 kasus, seksual 24 kasus, dan penelantaran ada 2 kasus.
"Banyak faktor yang menjadi penyebab kasus kekerasan ini, termasuk faktor ekonomi hingga faktor kecemburuan untuk kasus yang sudah menikah atau berumah tangga," sebut Agustu kepada Bangkapos.com, Selasa (23/4/2024).
Kata Agustu, ia meyakini sebetulnya kasus kekerasan kepada perempuan dan anak lebih banyak lagi jumlah tersebut tercatat sebab ada yang tidak melaporkan.
"Tidak semua korban kekerasan tersebut mau atau mampu menyatakan keluhannya kepada orang lain. Apalagi melapor kepada pihak yang berwajib. Karena itu, sebagian besar kasus justru tidak dilaporkan atau sedikit yang menyatakannya secara sukarela, jumlah yang kami catat hanya yang melapor saja," pungkasnya.
Menurutnya, tindak kekerasan tidak hanya terjadi di dalam rumah tangga. Kekerasan perempuan juga ditemukan di fasilitas umum, tempat bekerja, sekolah, dan sebagainya.
Upaya edukasi, lanjutnya, terus-menerus diperlukan untuk meminimalisasi terjadi kekerasan, terutama pada perempuan dan anak.
"Penyebabnya banyak, mulai dari perselingkuhan, kecemburuan, rendahnya kesadaran hukum, budaya patriarki menempatkan posisi laki-laki dianggap lebih tinggi dari perempuan. Kemudian kemiskinan atau faktor ekonomi biasanya sering sekali memicu kekerasan ini," paparnya.
Agustu mengaku, jumlah kasus kekerasan kepada perempuan dan anak ini memang terus meningkat setiap tahunnya.
"Tahun 2022 kemarin kita ada 70an kasus kekerasan kepada perempuan dan anak tahun 2023 jadi 89, nah tahun 2024 dari Januari-Maret ini saja sudah tercatat sebanyak 19 kasus. Ini semua tak terlepas dari kecanggihan teknologi kita, banyak yang ditiru banyak yang ditonton akibatnya demikian," bebernya.
(Bangkapos.com/Andini Dwi Hasanah)
Hidayat Arsani Hadiri Pertemuan Regional KAHMI se-Sumatera di Batam untuk Kembangkan Jejaring |
![]() |
---|
Dua Mantan Karyawan Transmart Pangkalpinang Nekat Curi Kabel |
![]() |
---|
Didit Srigusjaya Raih Dukungan Penuh Duduki Kursi Ketua DPD PDI Perjuangan Bangka Belitung |
![]() |
---|
Hujan Tak Halangi Antusiasme Warga dan Pemkot Pangkalpinang di World Cleanup Day 2025 |
![]() |
---|
Atasi Overkapasitas, 60 Warga Binaan Narkotika & Risiko Tinggi dari Babel Dikirim ke Nusakambangan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.