Kisah dr Aulia Risma Lestari PPDS Anestesi Undip Meninggal Diduga Akibat Bully Dokter Senior

Inilah kisah dr Aulia Risma Lestari, dokter PPDS Anestesi Undip asal Tegal yang meninggal diduga akibat bully dokter senior.

Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Dedy Qurniawan
Kolase Istimewa
Kisah dr Aulia Risma Lestari PPDS Anestesi Undip Meninggal Diduga Akibat Bully Dokter Senior 

BANGKAPOS.COM - Inilah kisah dr Aulia Risma Lestari, dokter PPDS Anestesi Undip asal Tegal yang meninggal diduga akibat bully dokter senior.

dr Aulia Risma Lestari merupakan dokter yang ikut Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.

dr Aulia Risma Lestari berasal dari Tegal dan merupakan dokter ASN di sana.

Ia merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Islam Sultan Agung tahun 2014.

Saat kejadian, dr Aulia tengah ikut PPDS Anestesi Undip Semarang semester akhir.

Wanita kelahiran 1994 itu mendapat biaya dinas S2 anestesi di Undip.

Informasi yang diperoleh, tewasnya Aulia diketahui pertama kali oleh pemilik kos dan temannya. 

Salah satu rekan yang pernah mengenal dr Aulia Rima Lestari semasa hidup mengatakan almarhumah sosok cerdas.

Adapun disebutkan Indeks prestasi kumulatif (IPK) terakhir mencapai 3.9 dengan status cumlaude.

"Mba risma selama kuliah cerdas sekali orgnya, ipk nya selalu cumlaude dan mmg terkenal cerdas di angkatan."

"Terakhir ipknya 3,8 atau 3,9 waktu itu. Kasian sekali," tulis akun X @mecobalamiiin.

Sejumlah rekan lainnya pernah juga mengenal korban menyebut sempet bekerja sama dalam kegiatan kemenkes.

Seperti cuitan yang dimuat oleh akun X @dr_koko28 setelah mendengar kabar duka soal Dr Aulia Risma Lestari.

"Innalillahi wa inna ilaihi raajiiuun. Dengar kabar ada dokter PPDS yang meninggal."
"Ternyata tahun lalu, beliau sempat mengisi survei Kemenkes soal depresi."

"Sebuah kehilangan berharga. Apapun penyebab kematian beliau, harusnya itu jadi kasus yang pertama dan terakhir."

"Bagaimana kita memandang dan memperlakukan dokter junior dan PPDS ini jelas perlu bentuk pendekatan baru yang lebih memanusiakan mereka. Resiprokal," tulisnya.

Kronologi dr Aulia Risma Lestari Meninggal

dr Aulia Risma Lestari meninggal dunia pada Rabu, Senin (12/8/2024).

Beredar kabar bahwa dr Aulia Risma meninggal dunia karena bunuh diri dengan cara menyuntikan obat anestesi di lengannya.

Namun kabar dr Aulia Risma meninggal dunia karena bunuh diri dibantah oleh pihak kepolisian.

Kasus kematian Aulia Risma Lestari saat ini ditangani Polsek Gajah Mungkur.

Kapolsek Gajahmungkur Kompol Agus Hartono mengatakan pihaknya menerima kabar tewasnya dokter PPDS tersebut pada pukul 23.00 Senin (12/8/2024).

Menurutnya, memang ada narasi yang beredar jika kematian dokter muda itu karena bunuh diri.

Namun ia menepis jika kematian dokter muda itu karena bunuh diri.

"Kematiannya bukan karena bunuh diri," tuturnya kepada tribunjateng.com, Rabu (14/8/2024).

Agus menerangkan Aulia merupakan dokter ASN di Tegal.

Wanita kelahiran 1994 itu mendapat biaya Dinas S2 anastesi.

"Dia (Aulia) sudah satu tahun ngekos tepatnya di samping kantor kelurahan," tuturnya.

Menurutnya, penyebab kematian dr Aulia Risma diduga karena merasa berat mengikuti pelajaran maupun menghadapi seniornya.

Hal itu pun berdasarkan cerita dari ibunya maupun isi buku hariannya.

"Nah dia sempat nggak kuat begitu istilahnya otaknya sudah ambyar urusan pelajarannya berat, urusan sama seniornya berat," jelasnya.

Menurut dia, dokter asal Tegal itu diduga menenangkan diri menggunakan obat anestesi.

Obat itu disuntikan sedikit ke lengannya.

"Kemarin dicek masih ada sisa campuran obat. Informasi dokter obat itu seharusnya lewat infus. Tapi ini disuntikan sedikit di lengannya agar bisa tidur."

" Jadi bukan bunuh diri, tidak ada indikasi bunuh diri," ujarnya.

Meninggalnya Aulia diketahui pertama kali oleh pemilik kos dan temannya. 

Saat itu pacar Aulia menelpon sekitar pukul 07.00-08.00 WIB namun tidak mendapat respons.

Hingga akhirnya kekasih Aulia meminta teman sekosnya untuk menengok ke kamarnya.

Hingga akhirnya teman kos Aulia ke Lempongsari dan meminta pemilik kos mengecek kamarnya.

Kamar itu terkunci hingga akhirnya dibuka menggunakan kunci serep.

Namun upaya tersebut tidak berhasil, hingga kemudian dipanggil tukang kunci untuk membuka pintu kamar dr Aulia.

Saat dibuka, dr Aulia ditemukan sudah meninggal, dalam posisi miring seperti orang tidur.

Proses evakuasi baru bisa dilakukan pukul 03.00 WIB menunggu ibu Aulia datang ke kos itu.

Ibunya menyadari anaknya sudah meminta resign karena tak kuat.

Aulia telah bercerita dengan ibunya.

Hingga akhirnya ibunya menyadari meminta membawa Aulia ke Kariadi namun tidak diotopsi.

Jenazah Aulia dibawa ke Tegal.

Kondisi jasad Aulia muka dan pahanya biru-biru, seperti orang tidur.

Beban Kerja Mahasiswi PPDS Undip

Mengutip Tribun Bengkulu, menariknya, baru-baru ini beredar beban kerja mahasiswi PPDS Undip yang dinilai terlalu berat. 

"Di samping urusan bullying, saya cukup sering dapat masukan bahwa beban kerja PPDS anestesi terlalu berat, sebagai berikut: 
 
1. Jam kerja " normal " tanpa giliran jaga adalah: 18 jam/hari. Masuk jam 6 pagi, pulang jam 12 malam. Kalau bisa pulang jam 11 malam artinya pulang cepat. Tidak jarang harus pulang jam 2 atau 3 pagi. Hari berikutnya sudah harus standby lagi jam 6 pagi di RS. Ini berlangsung terus menerus selama masa studi-5 tahun. 

2. Jika dapat giliran jaga, maka jaga minimal 24 jam dan dapat prolonged hingga 5-6 hari tidak bisa pulang dari RS. Dikarenakan sering kali PPDS harus melanjutkan operasi yg terus sambung menyambung melebihi giliran jaganya. 

3. Jumlah operasi di RS Kariadi sangat tinggi, bisa 120 pasien/hari. Sedangkan, semua beban kerja bius pasien dilakukan oleh PPDS. DPJP sbg penanggung jawab hanya menerima laporan.

4. Lamanya jam kerja yg terus menerus ini tidak pernah dianggap tidak wajar selam ini.

 5. Jumlah operasi di RS Kariadi sangat tinggi, bisa 120 pasien/hari. Sedangkan, semua beban kerja bius pasien dilakukan oleh PPDS. DPJP sbg penanggung jawab hanya menerima laporan.

6. Lamanya jam kerja yg terus menerus ini tidak pernah dianggap tidak wajar, selama ini bahkan dianggap sebagai" keunggulan "NDIP dibandingkan univ lainnya, di mana residen dianggap bisa dapat kesempatan praktik lebih luas.

"Mohon izin memberi masukan & memohon arahan Bapak agar bisa dilakukan: 

a. audit menyeluruh, utk mencegah terjadinya korban PPDS lainnya; 

b. menambah jumlah dokter anestesi dan memastikan mereka benar2 turun tangan menangani pasien, agar beban kerja bius pasien tidak hanya ditanggung PPDS dan menjaga keselamatan pasien juga,"  tulis akun @MurtadhaOne1, dikutip TribunBengkulu.com, Kamis (15/8/24).

Kemenkes Hentikan Program Studi Anestasi Undip

Beredar surat Kementerian Kesehatan terkait kasus meninggalnya Dr Aulia Risma Lestari terkait kasus perundungan berujung bunuh diri.

Adapun Kemenkes meminta program studi anestasi di RSUP Dr Kariadi dihentikan sampai dilakukan investigasi dan langkah cepat yang dapat dipertanggung jawabkan oleh jajaran Direksi Rumah Sakit dan FK Undip.

Dalam surat yang dikeluarkan Kemenkes bernomor TK.02.02/D/44137/2024 pada 14 Agustus 2024 dan ditandatangani Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes, dr Azhar Jaya berisikan tentang penghentian Program Anestesi Undip di RSUP dr Kariadi Semarang.

Surat tersebut lantas ditandan tangai oleh Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Dr Azhar Jaya SH SKM Mars

Pernyataan resmi itulah yang kemudian membuat sejumlah pihak bereaksi termasuk Kementerian Kesehatan.

Berikut isi surat resmi Dirjen Layanan Kesehatan Kemenkes yang dikirimkan ke Direktur Utama RSUP dr Kariadi Semarang.

Sehubungan dengan dugaan terjadinya perundungan di Program Studi Anestesi Universitas Diponegoro yang ada di RSUP dr Kariadi, yang menyebabkan terjadinya bunuh diri pada salah satu peserta didik Prodi Anestesi Universitas Diponegoro. 

Maka disampaikan kepada Saudara untuk menghentikan sementara Program Studi Anestesi di RSUP dr Kariadi sampai dengan dilakukannya investigasi dan langkah- langkah yang dapat dipertanggungjawabkan oleh jajaran Direksi Rumah Sakit Kariadi dan FK Undip

Penghentian program studi sementara tersebut terhitung mulai tanggal surat ini dikeluarkan.

Ikasma Tegal Kecam Aksi Perundungan

Terpisah, Ketua Umum Ikasma Tegal, dr Tafakurrozak pun mengecam kasus perundungan PPDS Undip dan RSUP dr Kariadi Semarang tersebut.

Bahkan pihaknya secara terang- terangan menyebut jika yang dialami dr Aulia Risma Lestari bukannya kasus yang pertama, sebelumnya juga pernah terjadi.

Bahkan korban sebelumnya juga merupakan alumni SMA Negeri 1 Tegal.

Atas kondisi inilah, Ikatan Alumni SMA Negeri 1 (Ikasma) Tegal mengecam perundungan yang diduga mengakibatkan dokter PPDS Anestesi Fakultas Kedokteran Undip Semarang, ARL (30) mengakhiri hidupnya, pada Senin (12/8/2024).

ARL diketahui merupakan warga Kota Tegal dan seorang dokter di RSUD Kardinah Kota Tegal. 

Almarhumah juga merupakan alumni SMA Negeri 1 Tegal angkatan 2011.

dr Tafakurrozak prihatin terhadap kasus perundungan di dunia pendidikan kedokteran.

Seperti yang baru dialami ARL, dokter muda yang merupakan alumni SMA Negeri 1 Tegal yang sedang mengikuti PPDS Anestesi di Undip dan RSUP dr Kariadi Semarang. 

Pada April 2024, ada juga alumni SMA Negeri 1 Tegal yang mengalami perundungan saat sedang menjalani PPDS Gizi Klinis di Undip dan RSUP dr Kariadi Semarang. 

Dia menilai, perundungan itu sudah tidak zamannya, justru seperti mewariskan sifat kerja rodi, feodal atau kolonialosme.

"Ini zaman sudah berubah, pendidikan sudah harus mengutamakan sisi kemanusiaan."

"Tidak dengan bullying atau perundungan yang dilakukan senior atau konsulen," katanya kepada Tribunjateng.com, Rabu (14/8/2024).

Tafakurrozak mengatakan, pihaknya mengapresiasi langkah Kemenkes RI yang memberhentikan sementara PPDS Anestesi Undip di RSUP dr Kariadi Semarang. 

Dia mendorong Kemenkes untuk menindaklanjutinya dengan investigasi. 

Ikasma Tegal juga siap mendampingi keluarga korban untuk melaporkan ke pihak berwajib dengan mencarikan pengacara.

Pihaknya melalui jaringan alumni juga siap melaporkan kasus tersebut ke Kapolri RI.

"Kami mengharapkan keluarga untuk melaporkannya secara hukum, ini karena kehilangan nyawa."

"Laporkan kepada aparat berwenang dan Ikasma Tegal akan mendampingi dan mencarikan lawyer," jelasnya. 

DISCLAIMER: 

Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri.

Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.

Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan bunuh diri.

Warga Semarang dan Jawa Tengah bisa menghubungi RSJ Amino Gondohutomo Semarang telp (024) 6722565 atau RSJ Prof Dr Soerojo Magelang telp (0293) 363601.

(Bangkapos.com/Tribunnews.com/Tribun-Medan.com/Posbelitung.co/ Tribun Bengkulu)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved