Polemik Kiasan Motito Pajo Kue, Me Hoa Sebut Ditujukan untuk Pendidikan Politik
Me Hoa beberkan makna, tujuan dan ungkapan kiasan Motito dan Pajo Kue ditujukan tentang pendidikan politik dan pemerintahan
Penulis: Rizki Irianda Pahlevy | Editor: Ardhina Trisila Sakti
BANGKAPOS.COM, BANGKA - Anggota DPRD Provinsi Bangka Belitung, Me Hoa beberkan makna, tujuan dan ungkapan kiasan Motito dan Pajo Kue ditujukan tentang pendidikan politik dan pemerintahan, Selasa (3/12/2024)
Hal ini pun diungkapkannya, usai adanya polemik yang membuat adanya perdebatan terkait makna Thongin Motito dan Pajo Kue.
"Itu bukan tentang, menang kalahnya dalam Pilkada. Kita tahu bahwa pendidikan politik itu penting bagi semua orang, supaya mengurangi politik uang, sembako dan golput tapi memilih dengan kesadaran diri," ujar Me Hoa.
Me Hoa tak segan meminta maaf kepada seluruh pihak, dikarenakan ungkapan tersebut menjadi bahan perdebatan.
"Me Hoa ini etnis Tionghoa, pejuang etnis, Impossible mustahil ingin jahat sama etnis atau keluarga sendiri. Walaupun akan ada tanggapan komentar baru tapi setidaknya saya sudah jujur dan meminta maaf," jelasnya.
Lebih lanjut Me Hoa menghimbau untuk tidak tabu membicarakan tentang politik dan pemerintahan, dikarenakan dengan banyak tahu tentang politik dan pemerintahan akan mengurangi angka golput, money politik dan serangan fajar.
"Sekali lagi saya minta maaf dan yakin suatu hari, semua akan menyadari makna ungkapan kiasan itu tentang keprihatinan terhadap partisipasi pemilih ke TPS dan motivasi tanggapan pemilih memberikan hak suaranya. Awam di sini, tidak ditujukan ke semua kalangan, jadi jangan salah paham dan terikut. Untuk yang tidak merasa awam, tidak perlu merasa," jelasnya.
Feri pemuda Tionghoa asal Kabupaten Bangka Tengah mengatakan dirinya tidak tersinggung, dikarenakan bahasa tersebut biasa digunakan sehari-hari.
"Bahasa ini banyak versi, tergantung user dan konteks kalimat. Itu bahasa ibu, bahasa orang tua kuno, bahasa lokal, bukan bahasa untuk menghakimi. Di sini kita hanya mau meluruskan, supaya jangan di adu domba dengan bahasa lokal kita sehari-hari. saya secara pribadi meminta kita harus kompak, jangan mau di adu domba," ucap Feri.
Senada, tokoh tionghoa di Kota Pangkalpinang Loting membeberkan ungkapan tersebut tergantung konteks kalimat dan subtansi tema perbincangan.
"Motito itu artinya tidak tahu banyak, atau awm bisa awam tentang politik atau awam tentang pemerintahan. Tidak semua bahasa lokal khek itu kasar dan negatif, tidak juga berdiri sendiri, tergantung konteks di mana digunakan. Biasanya, orang tua kepada anaknya yang nakal. Pajo kue itu, makan kue, tapi di konten itu bukan tentang kue mungkin sembako dan lain-lain," ungkap Loting.
(Bangkapos.com/Rizky Irianda Pahlevy)
Masyarakat Desak Pencabutan Izin HTI, DLHK Babel: Masih Ada 223 Ribu Hektar di 8 Perusahaan |
![]() |
---|
Dengar Aspirasi Masyarakat, DPRD Babel Desak Pencabutan Izin HTI PT. Hutan Lestari Raya |
![]() |
---|
DPRD Babel Siap Bawa Aspirasi Penolakan HTI ke Pemerintah Pusat |
![]() |
---|
Rancangan Perda Perubahan APBD 2025, Eddy Iskandar Sampaikan Dua Poin Ini |
![]() |
---|
Profil Menanda Putra Duta Keturunan Tionghoa Pertama Peraih Adhi Makayasa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.