Silsilah Keluarga Abah Guru Sekumpul KH Muhammad Zaini Abdul Ghani, Ulama Tersohor di Kalimantan

Pada tahun ini, Haul Abah Guru Sekumpul kembali digelar pada Minggu (05/01/2025) di Masjid Musala Ar-Raudhah, Sekumpul, Martapura, Kalimantan Selatan

Penulis: Agis Priyani | Editor: M Zulkodri
Kolase Bangkapos.com/Tribunnews.com
Silsilah Keluarga Abah Guru Sekumpul KH Muhammad Zaini Abdul Ghani, Ulama Tersohor di Kalimantan 

Sehingga, Abah Guru Sekumpul sudah ditanamkan perasaan cinta kasih dan hormat kepada para ulama sejak kecil.

Selain nenek dan ayahnya, Abah Guru Sekumpul juga mendapat didikan dari pamannya, Syekh Seman Mulia. 

Guru Seman juga yang mengajak Abah Guru Sekumpul mendatangi tokoh Islam terkenal di bidangnya baik di Kalimantan Selatan maupun di Jawa. 

Contohnya, Guru Seman mengajak Abah Guru Sekumpul belajar kepada al-Alim al-Allamah Syaikh Anang Sya’rani, yang terkenal dalam bidang hadis dan tafsir. 

Mengenai pendidikannya, Abah Guru Sekumpul mengikuti pendidikan formal di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, Martapura pada tahun 1949, saat berusia 7 tahun.

Pada tahun 1955 pada usia 13 tahun, ia melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Darussalam, Martapura. 

Pada masa tersebut, ia sudah belajar dengan guru-guru besar yang spesialis dalam bidang ilmu Agama.

Setelah melanglang buana belajar agama dan pendidikan lainnya, Abah Guru Sekumpul mendapat mandat mengajar di Pondok Pesantren Darussalam Martapura.

Abah Guru Sekumpul pun mengajar di pondok pesantren tersebut, atas rekomendasi dari K.H. Abdul Qadir Hasan, K.H. Sya’rani Arif, dan K.H. Salim Ma’ruf.

Lima tahun berselang, Abah Guru Sekumpul berhenti dan memilih melakukan kegiatan dakwah.

Pada waktu itu, ia memilih membuka pengajian di rumahnya di Keraton Martapura.

Awalnya, pengajian diadakan hanya untuk menunjang pelajaran para santri di Pondok Pesantren Darussalam Martapura, dengan diisi pengulangan kitab-kitab Ilmu Alat, seperti Nahwu dan Saraf.

Seiring berjalannya waktu, jemaah yang menghadiri pengajiannya cukup beragam, bukan hanya dari kalangan santri, tetapi juga masyarakat umum.

Pengajian pun mulai berkembang dengan kitab yang lebih bervariasi, mulai dari kitab-kitab fikih, tasawuf, tafsir, dan hadis.

Pada kesempatan itu, Abah Guru Sekumpul mulai menyiarkan Maulid al-Habsyi atau Simthud Durar karangan al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi. 

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved