Tribunners
Pentingnya Aspek Non-teknis dalam Membentuk Tim Sepak Bola yang Berprestasi
Nama besar, kinerja, dan taktik yang baik saja tidak cukup untuk membentuk tim sepak bola yang superior.
Oleh: Rizky Anugrah Perdana, S.H. - Wakil Ketua Komite Hukum Asosiasi PSSI Kabupaten Belitung Periode 2023-2027
PEMECATAN Shin Tae-yong dari kursi pelatih timnas Indonesia beberapa waktu lalu, tepatnya Senin, 6 Januari 2025, menjadi salah satu momen sangat kontroversial dalam sejarah sepak bola nasional. Keputusan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) memecat Shin Tae-yong kemudian ramai diperbincangkan dan menuai polemik di masyarakat pencinta sepak bola tanah air. Keputusan ini tidak hanya mengguncang dunia sepak bola tanah air, tetapi juga memicu berbagai reaksi dari pemain, penggemar, dan pengamat olahraga. Banyak yang mempertanyakan alasan di balik pemecatan ini, terutama menjelang lanjutan pertandingan di ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang kian dekat.
Shin Tae-yong, yang dikenal sebagai pelatih berpengalaman dengan rekam jejak yang mengesankan, telah membawa perubahan signifikan dalam tim nasional (timnas) Indonesia. Di bawah kepemimpinannya, timnas menunjukkan peningkatan dalam disiplin, taktik, dan mental bertanding. Tercatat, sejak diperkenalkan pada 28 Desember 2019 lalu, runner up Piala AFF 2020, medali perunggu SEA Games 2021, runner up Piala AFF U23 2023, fase grup Piala Asia U20 2023, babak 16 besar Piala Asia 2023, peringkat keempat Piala Asia U23 2024, lolos Piala Asia 2027.
Tak hanya mendapatkan prestasi, beberapa partisipasi timnas Indonesia dalam kejuaraan-kejuaraan tersebut didapatkan dengan memecahkan rekor bersama Shin Tae-yong. Salah satunya timnas senior menempati ranking FIFA tertinggi dicapai timnas pada 28 November 2024 dengan peringkat 125. Sebelumnya, timnas belum pernah meraih ranking setinggi itu pada abad ke-21. Namun, di masa lalu, ranking timnas tercatat sempat berada di ranking ke-76 pada September 1998.
Selain itu, Indonesia menjadi negara Asia Tenggara tersukses di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia 2026. Pencapaian ini didapat usai Indonesia menduduki peringkat kedua Grup F Kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan raihan 10 poin. Mengungguli Vietnam dan Thailand di kualifikasi sebelumnya.
Pemecatan Shin Tae-yong dari posisi pelatih timnas Indonesia dipicu oleh sejumlah faktor yang berkaitan dengan kinerja tim dan dinamika internal. Salah satu alasan utama adalah masalah komunikasi yang kurang efektif antara pelatih dan pemain. Hal ini menyebabkan ketidakpuasan di kalangan pemain yang berkarier di Eropa dan mengharapkan pendekatan yang lebih modern dan terbuka.
Apakah dengan modal kinerja positif yang diperoleh tidak cukup untuk membangun sebuah tim sepak bola yang superior? Lantas, seberapa pentingkah faktor non-teknis dalam membangun sebuah tim sepak bola?
Menguasai ruang ganti adalah kunci
Dalam konferensi pers di Jakarta, Senin, 6 Januari 2025, Ketua Umum PSSI Erick Thohir menekankan pentingnya pelatih yang mampu menerapkan strategi sesuai kebutuhan pemain dan memiliki komunikasi yang efektif. Kemudian muncul pertanyaan, apakah pelatih sekaliber Shin Tae-yong tidak mampu menguasai ruang ganti?
Bahkan, anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Arya Sinulingga, angkat bicara mengenai keputusan Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengganti pelatih timnas Indonesia. Menurutnya, keputusan Ketum PSSI sudah berdasarkan evaluasi menyeluruh untuk kebaikan sepak bola Indonesia. Dia mengatakan bahwa penguasaan locker room atau ruang ganti itu sangat penting dalam keberhasilan sebuah tim sepak bola. Ketidakmampuan seorang pelatih atau pengelola tim untuk menguasai locker room akan menjadi faktor utama kegagalan meskipun pelatih tersebut memiliki track record yang baik.
Misalnya yang terjadi pada Carlo Ancelotti pada saat menukangi Bayern Muenchen. Kegagalannya menguasai ruang ganti menyebabkan ia dipecat untuk pertama kalinya sepanjang kariernya pada saat musim baru mulai setengah jalan.
Hal serupa juga terjadi pada Jose Mourinho. Siapa yang tidak mengenalnya, pelatih yang selalu memenangkan gelar di mana pun ia berada. Namun, dengan karakternya yang keras dan tak pandang bulu malah jadi bumerang baginya. Dia secara terang-terangan mengkritik pemain sekaliber Cristiano Ronaldo dan Karim Benzema saat menukangi Real Madrid. Bahkan saat pindah menangani Chelsea, ia kehilangan respek dari para pemain akibat dari kegagalannya menguasai ruang ganti.
Dari contoh kasus yang terjadi pada pelatih-pelatih besar tersebut menunjukkan bahwa nama besar, kinerja, dan taktik yang baik saja tidak cukup untuk membentuk tim sepak bola yang superior. Karakter pelatih yang keras kepala dan sulit menerima masukan dari pemain menjadi faktor yang paling sering membuat keretakan hubungan dalam sebuah tim sepak bola sehingga memengaruhi performa tim di lapangan.
Pengalaman bukan faktor utama kesuksesan seorang pelatih
Patrick Kluivert, mantan bintang sepak bola asal Belanda, telah resmi ditunjuk sebagai pelatih baru timnas Indonesia untuk menggantikan Shin Tae-yong. Meskipun memiliki reputasi yang cemerlang sebagai pemain, Kluivert menghadapi skeptisisme terkait pengalamannya di dunia kepelatihan.
Penolakan terhadap Kluivert bahkan muncul sebelum ia menginjakkan kakinya di Indonesia, banyak pihak menilai bahwa ia minim pengalaman. Kritikan ini makin menguat setelah melihat hasil kurang memuaskan saat ia menangani timnas Curacao.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.