Tribunners

QRIS Makin Sakti di Tengah Persaingan Global, Bagaimana Dampaknya terhadap UMKM Indonesia?

Kesaktian QRIS juga berdampak positif dan signifikan kepada UMKM, antara lain, pada perluasan pangsa pasar, peningkatan omzet, efisiensi operasional

Editor: suhendri
Istimewa/Dok. Reniati
Dr. Reniati, S.E., M.Si. - Ketua ISEI Cabang Pangkalpinang, Ketua Program Studi Magister Manajemen FEB-UBB 

Oleh: Dr. Reniati, S.E., M.Si. - Ketua ISEI Cabang Pangkalpinang, Ketua Program Studi Magister Manajemen FEB-UBB

JUJUR, ketika Amerika Serikat (AS) mempersoalkan QRIS dan GPN sebagai salah satu hambatan perdagangan membuat saya terkejut. Ternyata kebijakan yang made in Bank Indonesia (BI) sangat seksi dan berdampak terhadap sistem pembayaran negara besar seperti AS. Kebijakan Presiden AS Donald Trump memang membuat banyak negara terguncang, bukan saja karena mendobrak konsep globalisasi dan free trade yang digaungkan oleh Amerika sendiri di tahun 2000-an, tetapi pengingkaran terhadap komitmen tersebut sengaja ditorehkan oleh AS sendiri.

Salah satu yang mengusik rasa nasionalisme adalah ketika AS menyentuh sebuah kebijakan terkait sistem pembayaran Indonesia yang dikeluarkan oleh BI yaitu pada April 2025, sistem pembayaran QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) dan GPN (Gerbang Pembayaran Nasional) dimasukkan ke dalam laporan National Trade Estimate (NTE) oleh Office of the U.S. Trade Representative (USTR) sebagai hambatan perdagangan. Amerika Serikat mengklaim bahwa kebijakan ini menutup akses operator internasional seperti Visa dan Mastercard. Namun, data menunjukkan pertumbuhan masif adopsi QRIS dan GPN menegaskan kekuatan kedaulatan digital Indonesia.

Berdasarkan data adopsi dan pertumbuhan QRIS dan GPN menunjukkan angka yang selalu meningkat jumlah merchant QRIS: 34,7 juta pada Maret 2025, naik 28 persen YoY dari 27,1 juta merchant tahun sebelumnya (Bank Indonesia, 2025). Volume transaksi QRIS: 1,5 miliar transaksi senilai Rp1.200 triliun pada Q1 2025, meningkat 30 persen YoY. Pangsa pasar QR Code vs kartu debit: QRIS menguasai 42 persen volume valas transaksi ritel, sedangkan kartu debit hanya 8,3 persen (UGM, 2025). Transaksi GPN: 1,1 miliar transaksi senilai Rp850 triliun pada Maret 2025, tumbuh 18 persen dibanding periode sama tahun lalu.

Khusus untuk QRIS berdasarkan data dari Bank Indonesia (2025), adopsi dan transaksi QRIS  terus meningkat. Ini ditunjukkan dengan peningkatan jumlah merchant mencapai 38,1 juta pada akhir triwulan I-2025. Pertumbuhan merchant ini didorong usaha mikro (UMI). Hal ini karena kebijakan BI yang mendorong pemakaian QRIS tanpa dikenakan biaya. 

Implementasi kebijakan MDR untuk  QRIS usaha mikro Indonesia (UMI) terbukti efektif. Hal ini karena sudah menjadi komitmen BI untuk menjadikan inisiatif digitalisasi sebagai tools untuk mendorong percepatan perputaran uang. Velositas perputaran yang makin tinggi dan transaksi makin efisien diharapkan mampu mendorong perekonomian untuk tumbuh lebih dinamis dan lebih inklusif.

Seperti kita ketahui persaingan antara QRIS dan Visa/Mastercard ternyata sudah terbaca oleh Amerika, ini dibuktikan dengan kekhawatiran mereka akan perkembangan QRIS dan GPN yang makin agresif. Data menunjukkan bahwa Visa dan Mastercard mendominasi 90 persen pangsa pasar kartu global, dengan merchant fee rata-rata 2,1–2,5 persen. Adapun merchant fee QRIS hanya 1,5 persen flat rate dan GPN 0,7–1,0 persen memberikan insentif biaya hingga 40 persen lebih rendah untuk pelaku UMKM dan toko ritel. Menurut studi Prasetyo & Lestari (2025), biaya transaksi rata-rata per merchant menurun dari Rp15 juta/bulan menjadi Rp9 juta/bulan setelah mengadopsi QRIS.

Dari sisi interoperabilitas, QRIS menghubungkan 40 penyelenggara jasa sistem pembayaran (PJSP) domestik, sedangkan Visa hanya beroperasi pada 1,2 juta merchant khusus kartu. Hal ini berarti cakupan pembayaran digital QRIS lebih luas, terutama di daerah terpencil. Inilah kesaktian QRIS, yang ampuh dan tidak tertandingi. 
Respons dan prospek ke depan, makin inklusif, BI menyatakan terbuka untuk kerja sama dengan Visa dan Mastercard melalui integrasi GPN dan skema aliansi regional seperti SGQR (Singapura) dan PromptPay (Thailand). BI membuka 3 pilot project cross-border QRIS yang melibatkan 500 merchant per wilayah, diperkirakan melayani 200 ribu transaksi per bulan pada akhir 2025. 

QRIS telah membuktikan bahwa kedaulatan digital dan kedaulatan sistem pembayaran bisa  kita raih dengan kebijakan yang tepat dan tools yang merakyat. Dengan target 50 juta merchant QRIS di tahun 2026, Indonesia makin menegaskan posisi sebagai pemimpin pembayaran QR Asia Tenggara. Ini berarti QRIS makin sakti, tentunya karena kontribusi usaha mikro Indonesia juga yang terus bertambah menggunakan QRIS dalam transaksi pembayaran mereka. Dengan demikian, antara BI dan UMKM sangat erat hubungannya, saling men-support.

Penggunaan QRIS memperluas inklusi keuangan dan UMKM sangat jelas akselerasinya. Inklusi keuangan meningkat dari 81 persen pada 2023 menjadi 88 persen pada Maret 2025, terdorong adopsi QRIS di rural area (World Bank, 2025). Sebanyak 63 persen UMKM melaporkan peningkatan penjualan hingga 15 persen berkat kemudahan pembayaran QRIS, menurut survei SMESCO (2025). Hal ini terkonfirmasi juga dari beberapa penelitian yang fokus kepada pengaruh penggunaan QRIS terhadap kinerja bisnis UMKM ternyata memiliki dampak yang positif signifikan. Paling tidak, ada 6 poin yang saya catat bisa dirasakan oleh para pelaku bisnis. 

(1) Perluasan pasar dan penambahan konsumen baru. Implementasi QRIS secara signifikan menambah jumlah pelanggan baru UMKM, meski belum langsung berdampak pada omzet atau laba bersih.  

(2) Peningkatan pendapatan dan omzet. Studi mencatat rata-rata peningkatan omzet UMKM sebesar 15–25 persen setelah mengadopsi QRIS. Hal ini menunjukkan QRIS efektif meningkatkan pendapatan usaha melalui optimalisasi transaksi digital.  

(3) Efisiensi operasional: QRIS terbukti menurunkan waktu dan biaya operasional transaksi, misalnya meminimalkan kesalahan pencatatan manual dan mengurangi kebutuhan pengelolaan tunai sehingga meningkatkan produktivitas dan akurasi pelaporan keuangan UMKM. 

(4) Literasi digital dan inklusi keuangan. Penelitian terkini menegaskan bahwa adopsi QRIS meningkatkan literasi digital pelaku UMKM dan mempermudah akses mereka ke layanan keuangan formal (rekening bank, pinjaman mikro), mendorong inklusi keuangan yang lebih luas. 

(5) Kepuasan pelanggan dan loyalitas. Kepuasan konsumen atas kemudahan penggunaan QRIS berkontribusi positif pada loyalitas dan frekuensi transaksi, yang pada gilirannya mendukung pertumbuhan pendapatan berkelanjutan bagi UMKM. 

Halaman
12
Sumber: bangkapos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved