Media Asing Soroti Program Pendidikan Militer Dedi Mulyadi dan Wacana Vasektomi

Agence France-Presse (AFP) menyoroti kebijakan barak militer Dedi Mulyadi lewat tulisan berjudul ...

Penulis: Fitri Wahyuni | Editor: Evan Saputra
Kolase KOMPAS.com/Farida Farhan/YouTube/Kang Dedi Mulyadi Channel
DEDRI MULYADI -- Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi melakukan gebrakan dengan membuat kebijakan pendidikan militer untuk anak bermasalah dan juga wacana wasektomi. Kini kedua program Dedi Mulyadi tersebut disorot media asing 

BANGKAPOS.COM -- Tidak hanya sukses menjadi sorotan di dalam negeri, program Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi juga menjadi sorotan media asing.

Resmi menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi banyak membuat gebrakan baru untuk program kerja di era kepemimpinannya.

Yang paling menjadi sorotan yakni pendidikan militer ala Dedi Mulyadi dan juga wacana vasektomi.

Di dalam negeri, kedua program Dedi Mulyadi tersebut menuai pro dan juga kontra.

Baca juga: Kalender 2025: Banyak Tanggal Merah dan Ada 2 Long Weekend di Bulan Juni, Catat Tanggalnya

Namun bagaimana media asing menilai dua program Dedi Mulyadi tersebut?

Berikut sorotan beberapa media asing terhadap program Dedi Mulyadi yang dikutip TribunJatim.com dari Kompas.com, Rabu (14/5/2025).

1. AFP: program barak militer Dedi Mulyadi tuai pro dan kontra 

Agence France-Presse (AFP) menyoroti kebijakan barak militer Dedi Mulyadi lewat tulisan berjudul "Indonesia Could Expand Programme Sending Troublesome Students to Military Barracks: Minister" yang diterbitkan pada Jumat (5/5/2025).

Kantor berita yang berkantor pusat di Paris, Perancis, itu menyebutkan simulasi mengirim remaja yang sering membolos dan bermain video gim ke kamp pelatihan militer sedang dilakukan di Jawa Barat oleh lebih dari 270 siswa bermasalah.

Diberitakan, Dedi Mulyadi meluncurkan program tersebut untuk mendorong perubahan gaya hidup setelah mengamati banyak pelajar yang begadang untuk membolos, bermain video gim, dan terlibat perkelahian.

Program ini mendapat pujian dari Menteri Hak Asasi Manusia, Natalius Pigai, yang mengungkapkan pada AFP terkait dukungannya untuk perluasan program ke seluruh negeri.

"Jika berhasil dari perspektif hak asasi manusia ... yang berarti pendidikan berlangsung dengan baik dan benar serta peningkatan yang baik dalam kapasitas mental, kompetensi, disiplin dan tanggung jawab, maka hal itu dapat dilakukan secara nasional," terang Natalius Pigai.

Dalam berita itu, AFP juga menyertakan pendapat kontra dari Wakil Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) yang mengatakan, kebijakan tersebut keliru.

Unit-unit pendidikan dan pelatihan militer dianggap KontraS bukan tempat untuk mendidik para siswa.

"Tujuan dari menempatkan siswa di unit pendidikan dan pelatihan militer adalah untuk memberikan hukuman. Ini jelas salah karena tidak didasarkan pada proses hukum pidana untuk anak," jelas Andrie kepada AFP.

Pihak Andrie pun meragukan bahwa program barak militer Dedi Multyadi dapat berjalan efektif.

Baca juga: Diancam Hercules, Dedi Mulyadi Akan Kirim Preman ke Barak Militer TNI: Preman Berbaju Ormas

2. CNA: kebijakan-kebijakan Demul, termasuk pendidikan militer untuk dewasa

Sementara itu, media yang berkantor pusat di Singapura, Channel NewsAsia (CNA) tampak telah beberapa kali menerbitkan artikel di situs web mereka yang menyoroti soal kebijakan Dedi Mulyadi.

Bukan hanya soal barak militer, tapi juga terkait vasektomi sebagai syarat warga menerima bansos, serta larangan siswa membawa motor dan HP ke sekolah.

Pemberitaan terbaru mengulas soal program barak militer Dedi Mulyadi. Dalam artikel berjudul "Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengambil langkah berani dengan memperluas program pembinaan berbasis militer yang sebelumnya hanya ditujukan bagi pelajar bermasalah", disebutkan bahwa orang dewasa akan ikut disasar.

CNA menulis, pembinaan yang akan dilakukan Dedi Mulyadi akan menyasar individu dewasa yang kerap mabuk-mabukan, nongkrong tidak produktif, bergabung geng jalanan, hingga menelantarkan keluarga.

Dalam pemberitaan tersebut, dituliskan bahwa peserta pendidikan akan dibentuk dengan pendekatan militer, serta dibekali dengan pelatihan pertanian, perikanan, hinggan konstruksi.

Selain itu, mereka juga akan diberdayakan mengikuti proyek Pemerintah Jawa Barat terkait irigasi, pembangunan jalan, dan sebagainya.

Nantinya, disebutkan bahwa gaji pekerja hasil binaan akan dikirimkan langsung ke keluarga masing-masing untuk menghindari penyalahgunaan.

Sebelumnya, program pembinaan berbasis militer ini telah diterapkan terhadap pelajar yang dikenal sulit dikendalikan.

3. SCMP: kebijakan vasektomi Dedi Mulyadi ditentang 

Sementara itu, surat kabar yang berbasis di Hong Kong, South China Morning Post (SCMP) telah menerbitkan artikel berjudul "Indonesian Governor’s ‘Ridiculous’ Vasectomy Plan Sparks Debate on Poverty, ‘Body Politics’" pada Kamis (8/5/2025).

Dalam pemberitaan itu, SCMP menyinggung bahwa usulan Dedi Mulyadi untuk menjadikan vasektomi sebagai prasyarat bagi laki-laki menerima program kesejahteraan sosial pemerintah menuai berbagai kritik.

Dedi Mulyadi dikatakan telah melempar wacana bahwa vasektomi akan menjadi prasyarat bagi keluarga miskin yang mencari sambungan listrik baru, bantuan pangan, beasiswa, atau perumahan umum.

Media tersebut juga mengungkapkan bahwa mereka yang menyetujui vasektomi akan menerima uang Rp 500.000.

"Wacana itu dengan cepat mendapat reaksi keras dari tokoh-tokoh Isalm, salah satunya Ketua Majelis Ulama Indonesia, Cholil Nafis dan Menteri Sosial Saifullah Yusuf," tulis SCMP.

Selain itu, dikatakan, rencana ini juga mendapat penolakan dari profesor madya di Sekolah Ilmu Sosial di Universitas Teknologi Nanyang Singapura, Sulfikar Amir yang menyebutkan bahwa kebijakan tersebut menggelikan.

Dia mengungkapkan, kemiskinan tidak dapat diatasi dengan mengendalikan hak reproduksi keluarga miskin.

SCMP juga menyoroti bahwa hal ini bukan pertama kalinya politisi di Indonesia mendapat kecaman atas pernyataannya terkait kemiskinan. Disebutkan, Muhadjir Efendy dan Ridwan Kamil pernah mendapat kecaman serupa.

(Bangkapos.com/TribunJatim.com/Kompas.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved