Insiden Kapal Terbakar di Minahasa Utara

Kisah Nelayan Gangga Pertama Tolong Penumpang KM Barcelona Terbakar, Tanpa Dikomando Bawa 40 Perahu

Pertolongan pertama justru dilakukan warga pesisir dan nelayan Desa Gangga I dan II.

Penulis: Rusaidah | Editor: Rusaidah
HO via Tribun Manado/ANTARA FOTO/BASARNAS Manado/sgd
KAPAL TERBAKAR - Tangkap layar video viral kebakaran KM Barcelona di Perairan Pulau Talise Minut (20/7/2025). (kanan) Petugas gabungan mendekati KM Barcelona 5 yang mengalami kebakaran di perairan Talise, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Minggu (20/7/2025). 

Roby menilai tindakan heroik ini seharusnya menjadi perhatian khusus dari pemerintah, terutama dalam meningkatkan fasilitas dan infrastruktur dasar di Pulau Gangga. 

"Seperti listrik yang masih sangat terbatas, terus BBM, dan akses jaringan yang masih sangat kurang. Hal-hal ini yang harus diperhatikan oleh pemerintah agar warga Gangga betul-betul merasakan sentuhan pemerintah," ungkapnya.

Lebih lanjut, Roby menyebut bahwa Gubernur Sulawesi Utara (Sulut), Olly Dondokambey, melalui saluran resmi juga telah memberikan apresiasi terhadap tindakan warga Gangga. 

"Saya juga lihat di berita Pak Gubernur Sulut memberikan apresiasi kepada masyarakat Gangga. Sehingga kami berharap juga semoga apa yang menjadi permintaan masyarakat bisa diwujudkan," pungkasnya. 

Pulau Gangga terletak di utara Kota Manado, sekitar 12 km atau sekitar 1 jam perjalanan darat + 40–60 menit naik perahu dari Pelabuhan Likupang, tepatnya di Samudra/Celebes Sea. 

300 Penumpang Tidak Terdaftar di Manifes

Ketua Komisi V DPR RI, Lasarus memandang ada unsur kesenjangan dari berbagai pihak memuat penumpang melebihi kapasitas Kapal Mesin (KM) Barcelona V yang terbakar di perairan Sulawesi Utara.

Hal itu diungkap Lasarus, lantaran terkuaknya jumlah manifes penumpang kapal KM Barcelona V yang hanya 280 orang, tapi ternyata saat kejadian kebakaran tercatat ada 500 lebih penumpang.

"Kalau menurut saya beda tiga ratus ini unsur kesengajaan. Nah, terkait dengan unsur kesengajaan ini, apakah ini melebihi kekuatan kapal atau jumlah penumpang? Harusnya mungkin kapal ini memang muatnya hanya 280, tapi dinaikin orang sampai 580, ini juga belum bisa kita jawab," kata Lasarus kepada awak media di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (22/7/2025).

Atas kondisi ini, legislator dari Fraksi PDIP tersebut beranggapan ada satu pihak yang harus bertanggung jawab penuh.

Lasarus menilai Kepala Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) di lokasi menjadi salah satu pihak yang dimaksud.

"Jadi KSOP itu bertanggung jawab penuh dengan boleh tidaknya berlayar kapal itu, ini memang patut kita sayangkan gitu loh, sebegitu banyak jumlah penumpang beda," beber dia.

Pasalnya menurut Lasarus, KSOP memegang kendali penuh untuk memberikan izin layak atau tidaknya sebuah kapal berpenumpang boleh berangkat.

Apabila memang sudah dikatakan layak berlayar dan mengalami kecelakaan, maka hal itu ditegaskan oleh Lasarus akan menjadi tanggungjawab dari KSOP.

"Iya, harusnya KSOP itu bertanggung jawab penuh, semua kapal sebelum berlayar itu kan harus diautorisasi dulu, ini boleh berlayar, ini tidak boleh berlayar, itu ada penanggung jawabnya, itu ada KSOP, ada kepala pelabuhan, ada yang mengepalai disitunya," ucap dia.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved