Diplomat Kemlu Tewas di Menteng

UNGKAP Sosok Dalam Kamar Diplomat Arya Daru, Temuan Sidik Jari dan DNA Jadi Bukti Penyidik

Adapun misteri soal sosok yang dicurigai ada dalam kamar Arya Daru Pangayunan akhirnya terjawab.

Penulis: Rusaidah | Editor: Rusaidah
ig/ddaru_chee
INDEKOS DIPLOMAT KEMLU - Diplomat dan Staf di Kementerian Luar Negeri RI Arya Daru Pangayunan semasa hidup dan potret indekos almarhum di Jalan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025) pagi. 

Bagus kemudian mengungkap percakapan terakhirnya dengan Arya Daru.

"Kebetulan malam minggu kemarin sebelum peristiwa ketemu almarhum di Jogja, bercerita tentang rencana kepindahan almarhum mau dinas ke Finlandia di akhir bulan ini, persiapan anak-anak, bercerita akan ke borobudur mengajak keluarganya piknik. Enggak ada yang aneh," ungkap Bagus.

"Jadi 100 persen anda melihatnya normal?" tanya Hotman heran.

"Ya, 100 persen," kata Bagus.

Misteri 3 Barang Arya Belum Ditemukan

Misteri kematian Diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan (39) yang tewas dengan kepala dililit lakban dalam kamar indekos, Menteng, Jakarta Pusat hingga saat ini belum juga terpecahkan.

Penyebab kematiannya pun seolah-olah menjadi teka-teki yang membuat publik penasaran.

Apalagi, sampai sekarang ponsel milik Arya belum ditemukan.

Polisi masih mencari ponsel milik Arya Daru hingga saat ini masih belum ditemukan.

"(Ponsel Arya) belum ditemukan," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi kepada wartawan, Jumat (25/7/2025). 

Hal yang sama juga disampaikan oleh Komisioner Kompolnas, Choirul Anam.

Informasi terakhir yang pihaknya dapatkan, jika ponsel Arya belum ditemukan.

"Kemarin kami mendapat penjelasan soal HP. HP ini belum ditemukan. Oleh karenanya masih ada proses soal jejak digital itu. Penting untuk peristiwanya tapi apakah ini menentukan penyebab kematian, saya kira penyebab kematiannya tidak di situ," ujarnya. 

Anam menyebut ponsel tersebut penting untuk diperiksa.

Petunjuk dari Laptop Sudah Terang

Sementara pemeriksaan digital forensik dari barang elektronik korban lain termasuk laptop sudah terang.

Meski begitu, terkait penyebab kematian korban masih harus menunggu hasil autopsi. 

"Rekam jejak digital lain dan beberapa benda digital lainnya saya kira sudah cukup terang. Tinggal penyebab kematiannya dengan autopsi," ungkapnya.

Diketahui, diplomat muda ADP (39) ditemukan tewas di kamar kos kawasan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025) pagi.

Saat ditemukan, kepala korban terbungkus plastik dan terlilit lakban.

Posisi tubuh korban berada di atas tempat tidur. 

Pintu kamar dalam keadaan terkunci dari dalam.

Kepolisian juga mengungkapkan tidak ada tanda-tanda kerusakan atau kehilangan barang di kosan ADP.

Sempat Berada di Rooftop Kemlu

Terbaru, polisi mengungkap fakta rekaman CCTV aktivitas diplomat Kementerian Luar Negeri Arya Daru Pangayunan saat sebelum kembali ke indekosnya.

Arya Daru sempat berada di rooftop Kementerian Luar Negeri pada Senin (7/7/2025) malam.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi menjelaskan Arya Daru berada di rooftop lantai 12 selama selama lebih dari satu jam.

Menurutnya, fakta itu didapat setelah penyelidik melakukan pendalaman terhadap CCTV yang ada di gedung Kemlu.

"Pendalaman tempat korban bekerja, kemudian hasil pemeriksaan saksi-saksi, maka diduga tanggal 7 Juli 2025, jam 21.43 WIB sampai jam 23.09 WIB, atau sekitar 1 jam 26 menit diduga korban berada di rooftop lantai 12 gedung Kemlu," ujar Ade Ary di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Kamis (24/7/2025).

Dalam rekaman CCTV, Arya Daru terlihat naik ke rooftop sambil membawa tas ransel dan tas belanja. 

Namun, saat terekam turun, tas-tas tersebut sudah tidak lagi dibawa korban.

“Ini fakta yang kami temukan. Proses pengumpulan data dan bukti-bukti lainnya masih terus dilakukan,” tambahnya.

Meski demikian, pihak kepolisian belum mengungkap secara pasti apa yang dilakukan Arya selama berada di rooftop. 

Proses penyelidikan masih berlanjut guna memastikan penyebab kematian dan apakah ada unsur tindak pidana dalam kejadian tersebut.

“Kami masih menelusuri dan mencocokkan semua bukti yang ada. Pembuktian harus lengkap dan menyeluruh,” kata Ade Ary.

Posisi Pintu Terkunci dari Dalam

Misteri kematian Diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan (39), yang tewas dengan kepala terlilit lakban di kamar indekos berlokasi di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025) lalu masih belum terungkap. 

Bukti dan rekam jejak digital Arya masih dalam penyelidikan. Bahkan, teka-teki kematian Arya mendapat sorotan dari berbagai pihak dan tak luput dari perhatian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas).

Kompolnas mendatangi tempat kejadian perkara tewasnya diplomat Kementerian Luar Negeri, Arya di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (22/7/2025). 

Sejumlah keterangan didapatkan, mulai dari kondisi kamar, rekaman kamera pemantau, hingga aktivitas penjaga saat kejadian. Polisi diimbau untuk profesional dalam pengusutan kasus.

Kompolnas tiba di lokasi, yakni di Gondia International Guest House, Menteng, sekitar pukul 09.45 WIB. Rombongan dipimpin oleh anggota Kompolnas, Mohammad Choirul Anam.

Penelusuran ke lokasi tewasnya Arya Daru ini dilakukan seusai tim Kompolnas meminta keterangan keluarga Arya di Yogyakarta beberapa waktu lalu.

Seusai tinjauan itu, Anam mengatakan, kedatangannya untuk memastikan polisi agar berfokus pada substansi dari kasus tersebut.

Untuk itu, Kompolnas mengunjungi sejumlah tempat yang berkaitan dengan tewasnya Arya untuk mencari keterangan pembanding.

Pada tinjauan ini, Kompolnas meminta konfirmasi sejumlah hal kepada penjaga yang pertama kali membuka kamar Arya.

Anam mengatakan, dari keterangan penjaga, ada dua sistem penguncian untuk pintu di kamar Arya, yaitu dengan lubang kunci di gagang pintu dan gerendel. 

Penjaga menyebut, saat masuk ke kamar Arya dengan mencongkel jendela, pintu tertutup dari dalam dengan posisi gerendel terkunci. 

Gerendel ini hanya bisa dibuka dan ditutup dari dalam.

"Posisi kunci ini krusial. Kami cek secara fisik dan kami konfirmasi kepada penjaga indekos. Kami minta untuk ditunjukkan posisi kunci saat kamar dibuka. Posisinya terkunci gerendel dari dalam," ujarnya di Jakarta, Selasa.

Selain itu, pihaknya juga memeriksa kondisi plafon, saluran air, dan kasur. Dari kesemuanya, tidak ada satu pun dalam kondisi rusak. 

Isi kantong sampah yang dibuang Arya sebelum kejadian juga ditelusuri.

Ia juga bertanya kepada tetangga kamar Arya terkait kejadian pada malam tersebut. 

Dari keterangan yang diberikan, tetangga mengaku sama sekali tidak mendengar suara mencurigakan dari dalam kamar.

Riwayat Pesan Penjaga dan Istri Diperiksa

Selain itu, rekaman dan jumlah kamera pemantau (CCTV) yang ada juga diperiksa. 

Pihaknya ingin mengetahui apakah CCTV tersebut aktif dan berfungsi dalam durasi waktu kapan saja. Dari temuan sementara, tidak ada CCTV yang hilang.

"Kami mengecek TKP untuk mengonfirmasi mengenai CCTV dan bagaimana kepolisian mengambilnya, lalu juga mengecek kondisi kamar kepada penjaga indekos," ujarnya di Jakarta, Selasa.

Selain itu, Kompolnas sudah memeriksa riwayat pesan antara penjaga indekos dan istri sebelum adanya permintaan membuka kamar. 

Termasuk di dalamnya terkait mengapa penjaga tidak mengetuk pintu, sebelum mendobrak masuk ke kamar. 

Riwayat pesan antara Arya dan istri beberapa hari sebelumnya juga diperiksa.

"Kami sudah mendapat detailnya, menit per menit apa yang dibicarakan termasuk mengapa penjaga masuk tanpa mengetuk pintu dan sebagainya, kami tahu konteksnya," ujar Anam.

Kepala Subbidang Penerangan Masyarakat Bidang Humas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Reonald Simanjuntak mengatakan, sejauh ini, penyidik sudah memeriksa lima saksi. 

Mereka adalah VD dan DMS yang merupakan rekan kerja korban.

Selanjutnya, ada S yang adalah penjaga indekos tempat Arya Daru ditemukan tewas, dan tetangga indekos berinisial FM. 

Penyidik juga sudah memeriksa istri korban berinisial MAP.

Arya menempati kamar paling ujung. Akses masuk ke area penghuni terbatas, yakni melalui satu pintu depan yang menggunakan sidik jari atau akses khusus.

Pada Jumat (11/7/2025), kepolisian menyebut, kasus ini bisa rampung dalam waktu sepekan. 

Namun, hingga kini, penyebab kematian Arya belum bisa dipastikan karena polisi masih menunggu hasil dari laboratorium forensik. 

Ia menyebut, forensik rata-rata membutuhkan waktu hingga dua minggu sehingga masih ada beberapa hari lagi hingga hasil bisa didapatkan.

"Penyidik sedang menunggu hasil pemeriksaan dari laboratorium forensik, lebih kurang enam hari lagi," kata Reonald di Jakarta, Sabtu (19/7/2025) lalu.

Menanggapi hal tersebut, Anam mengatakan, pihaknya tidak ingin meminta kepolisian berburu-buru menuntaskan kasus ini. 

Dikhawatirkan, bila terus didesak untuk segera terungkap, kinerja kepolisian menjadi tidak optimal. 

Pemeriksaan forensik bisa memakan waktu lama bila proses dilakukan dengan semakin spesifik untuk mengetahui hasil yang lebih tepat.

"Intinya kami mendorong kepolisian profesional dan kredibel, kalau diburu-buru nanti rugi," kata Anam.

Rekan Kerja Turut Diperiksa

Kepala Subbidang Penerangan Masyarakat Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Reonald Simanjuntak, Sabtu (19/7/2025), mengatakan, sampai saat ini penyidik sudah memeriksa lima saksi. 

Mereka adalah VD dan DMS yang merupakan rekan kerja korban.

Kemudian, S yang merupakan penjaga indekos tempat Arya Daru ditemukan meninggal dan tetangga indekos korban berinisial FM. 

Dari pihak keluarga, penyidik juga sudah memeriksa istri korban berinisial MAP.

Reonald mengatakan, penyelidik masih menunggu sekitar enam hari lagi untuk merilis kesimpulan itu. 

"Penyidik sedang menunggu hasil pemeriksaan dari laboratorium forensik, lebih kurang enam hari lagi," ujar Reonald.

Dia menjelaskan, pemeriksaan laboratorium forensik memerlukan waktu minimal dua pekan. Dari pemeriksaan itu, ahli akan mengungkap hasil pemeriksaan organ tubuh Arya Daru

"Kami perlu mengumpulkan semua keterangan, semua data terlebih dahulu," ujarnya.

Selain itu, Reonald mengatakan, tim dari psikologi forensik juga masih bekerja sehingga dia yakin kesimpulan yang nanti diperoleh sudah teruji secara ilmiah.

Minim Saksi

Kriminolog Universitas Indonesia, Haniva Hasna, menilai, kematian Arya Daru merupakan kasus kompleks. Korban adalah diplomat yang mungkin saja menyimpan sejumlah informasi sensitif.

"Polisi mungkin sangat berhati-hati menelusuri kemungkinan motif lain, terutama terkait pekerjaan korban," kata Haniva.

Menurut Haniva, sebagai diplomat, Arya Daru pasti menyimpan banyak informasi penting. Apalagi, ia aktif bertugas dalam misi kemanusiaan dan perlindungan warga negara Indonesia.

"Ada kemungkinan tugasnya berkaitan dengan kasus diplomatik yang rumit ataupun kasus bersinggungan dengan kepentingan besar," ujar Haniva.

Bahkan, ada kemungkinan di balik kematian Arya Daru ada upaya pembungkaman.

"Bisa saja, korban mengetahui sesuatu yang jika diungkap akan berbahaya bagi pelaku," kata Haniva.

Situasi ini kian rumit kala kasus ini minim saksi dan terjadi di lokasi dengan akses terbatas. Jika kasus ini memang pembunuhan, pelakunya sangat ahli.

"Pelaku bisa saja bukan orang awam. Cara pembunuhan yang bersih dan minim jejak mengindikasikan pelaku cukup terlatih," katanya.

Oleh karena itu, ucap Haniva, penyidik harus lebih cermat mencari alat bukti. Penyidik perlu menjalankan audit digital forensik secara menyeluruh dan komprehensif. Jika perlu, acak pesan dan panggilan terakhir, lokasi ponsel, dan aktivitas terakhir.

Di sisi lain, penyidik perlu melakukan rekonstruksi waktu secara presisi. Tentukan waktu pasti kematian korban, lalu cocokkan dengan keberadaan penghuni lain dan CCTV pada kurun waktu tersebut.

Lalu, kata Haniva, polisi bisa menggali informasi kepada setiap saksi secara mendalam, baik di sekitar indekos, keluarga, maupun teman sekerja. Orang-orang yang pernah berkonflik dengan korban dalam beberapa bulan terakhir juga wajib diperiksa.

(Tribunnews.com, Wartakota, Bangkapos.com)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved