Advetorial

Komdigi Ajak Masyarakat Tangkal Hoaks di Media Sosial dengan 5 Cara Ini

Agar tidak mudah terjebak, berikut lima langkah praktis dari Kementerian Komdigi untuk menangkal hoaks di media sosial

Editor: Hendra
Kominfo
Gedung Utama Kementerian KOMINFO 

BANGKAPOS.COM, JAKARTA – Derasnya arus informasi di media sosial tak selalu diiringi dengan kebenaran.

Dari klaim palsu “pemutihan utang pinjol” yang mengatasnamakan OJK hingga video manipulasi pejabat negara, hoaks dengan mudah menyebar dan menimbulkan keresahan publik.

Kehadiran teknologi kecerdasan artifisial (AI) kian memperumit situasi, karena mampu menghasilkan konten manipulatif berupa disinformasi, fitnah, kebencian (DFK), hingga deepfake.

Sebagai garda terdepan menjaga ruang digital, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) terus mengajak masyarakat, media, dan platform digital untuk berkolaborasi menciptakan ekosistem informasi yang sehat dan bertanggung jawab.

Agar tidak mudah terjebak, berikut lima langkah praktis dari Kementerian Komdigi untuk menangkal hoaks di media sosial:
 
1.⁠ ⁠Waspada Judul Provokatif atau Sensasional
 
Banyak hoaks menggunakan judul bombastis yang sengaja dibuat untuk memancing emosi dan menyudutkan pihak tertentu. Isinya sering dipelintir dari berita resmi untuk menyesatkan persepsi sesuai yang dikehendaki oleh pembuat hoaks.
 
Oleh karena itu, saat menjumpai berita dengan judul provokatif, sebaiknya cari berita serupa di portal terpercaya lalu bandingkan. Kalau isinya berbeda jauh, besar kemungkinan itu hoaks
 
2.⁠ ⁠Periksa Alamat Situs
 
Banyak tautan beredar di media sosial yang bersumber dari situs yang tidak jelas. Jadi, periksa alamat situs atau Uniform Resource Locator (URL) yang Anda dapat. Jika situs menggunakan domain gratis atau blog pribadi, maka informasinya patut dicurigai.
 
Menurut catatan Dewan Pers dari 43.000 situs yang mengklaim sebagai portal berita di Indonesia, hanya sekitar 300 yang sudah terverifikasi sebagai media resmi  Artinya, Anda harus ekstra hati-hati saat membaca berita dari portal tidak jelas.
 
3. Cek Kredibilitas Sumber
 
Hoaks kerap hanya mengutip satu narasumber atau opini pribadi tanpa data. Sementara, informasi kredibel biasanya datang dari institusi resmi, akademisi, atau pakar dengan rekam jejak jelas. Jadi, bedakan fakta dan opini. Ingat, fakta punya bukti dan data, sementara opini bersifat subjektif.
 
4.⁠ Uji Keaslian Foto dan Video⁠

Selain teks, konten lain berupa foto atau video juga sangat mudah dimanipulasi dengan teknologi editing maupun AI. Anda dapat gunakan Google Images atau alat serupa untuk mengecek apakah foto/video tersebut sudah pernah dipakai di konteks yang berbeda. 
 
5.⁠ Manfaatkan ⁠Grup Diskusi Anti-hoaks

Anda tidak perlu melawan hoaks sendirian. Ada banyak komunitas dan forum anti-hoaks yang bisa membantu menjadi rujukan saat mencari kebenaran dari informasi yang beredar luas, seperti Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Indonesian Hoax Buster, dan Sekoci.

Dengan bergabung dengan komunitas ini, Anda bisa lebih cepat mendapat klarifikasi dan ikut berkontribusi melawan DFK serta konten menyesatkan lainnya.
 
Kementerian Komdigi percaya, ruang digital yang sehat hanya bisa terwujud bila semua pihak terlibat aktif. Mari bersama-sama lebih waspada, bijak dalam bermedia sosial, dan tidak ikut menyebarkan kabar yang belum jelas kebenarannya. 
 
Dengan langkah sederhana ini, Anda tidak hanya melindungi diri sendiri dari hoaks, tetapi juga ikut menjaga Indonesia dari bahaya disinformasi, fitnah, kebencenian, dan deepfake. (*/E0)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA
KOMENTAR

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved