Energi untuk Semua: Dari Fosil ke Nuklir
Banyak orang sering salah kaprah: nuklir hanya dihubungkan dengan kecelakaan. Padahal, nuklir salah satu sumber listrik paling efisien dan bersih
BANGKAPOS.COM - Di beberapa daerah pesisir, rumah-rumah tahfiz Al-Qur’an sering mengandalkan donasi listrik seadanya. Lampu yang redup kadang membuat para santri kesulitan belajar di malam hari. Bayangkan jika ada listrik yang lebih stabil, bukan hanya lampu yang menyala terang, tapi kipas angin juga berputar dengan tenang, membuat suasana belajar lebih nyaman.
Di tempat lain, pompa air bisa bekerja tanpa henti, memastikan warga tidak perlu khawatir kehabisan persediaan air bersih ketika musim kemarau datang. Pos kamling yang biasanya gelap gulita juga bisa terus menyala, memberi rasa aman bagi masyarakat yang berjaga malam.
Nah, semua kenyamanan itu bergantung pada sumber listrik. Pertanyaannya, listrik kita selama ini datang dari mana?
Selama ini, sebagian besar listrik kita datang dari PLTU batu bara. Batu bara ibaratnya seperti pakai kayu bakar untuk masak. Banyak, murah, dan panasnya besar. Tapi asapnya menyesakkan, meninggalkan jelaga dan lama-lama bikin rumah berdebu. Begitu juga batu bara, murah dan melimpah, tapi menyisakan polusi dan gas rumah kaca yang membebani lingkungan.
Ada juga PLTG berbahan gas, mirip seperti pakai kompor gas elpiji. Lebih bersih, lebih cepat, dan praktis. Tapi gas juga bisa habis, harganya naik-turun, dan tetap menghasilkan emisi, walau lebih sedikit dari batu bara.
Lalu ada PLTA tenaga air. Indonesia punya banyak sungai besar, sehingga air bisa dipakai memutar turbin dan menghasilkan listrik. Ramah lingkungan, tak ada asap. Namun, membangun bendungan berarti butuh lahan luas, kadang membuat masyarakat sekitar harus pindah. Kalau musim kemarau panjang, air surut, listrik pun berkurang.
Di sisi lain, PLTS tenaga surya adalah bintang baru. Panel surya bisa dipasang di atap rumah atau lahan terbuka, lalu sinar matahari langsung jadi listrik. Ibaratnya seperti menjemur pakaian: kalau cerah, cepat kering. Kalau mendung atau hujan, jemuran bisa bau apek. Begitu juga listrik surya, butuh baterai cadangan untuk malam hari, dan biayanya masih mahal.
Kini, mari kita bicara tentang PLTN tenaga nuklir. Banyak orang sering salah kaprah: nuklir hanya dihubungkan dengan bom atau kecelakaan. Padahal, dalam dunia energi, nuklir adalah salah satu sumber listrik paling efisien dan bersih. Dari sepotong kecil uranium, listrik yang dihasilkan bisa menyalakan ribuan rumah.
Reaktor nuklir bisa bekerja siang-malam, tak peduli hujan atau kemarau. Tidak ada asap hitam, tidak ada polusi karbon. Kalau PLTU ibarat kayu bakar, PLTG ibarat kompor gas, maka PLTN bisa dibilang seperti rice cooker: tinggal pencet tombol, bisa masak nasi berkali-kali, uapnya tenang, dan rumah tetap bersih tanpa jelaga.
Dari sinilah kita melihat betapa pentingnya pembangkit listrik yang andal. Energi matahari (PLTS) memang bagus dan ramah lingkungan, tapi hanya bisa optimal saat siang hari. Tenaga air (PLTA) efektif di daerah dengan aliran sungai besar, namun terbatas di wilayah yang kering. PLTU (batu bara) sudah lama menopang kebutuhan energi kita, tetapi meninggalkan jejak emisi yang besar.
PLTG (gas) relatif cepat dibangun, namun sangat bergantung pada pasokan bahan bakar yang harganya fluktuatif. Di tengah semua itu, PLTN hadir menawarkan kelebihan: mampu menghasilkan energi besar, stabil, dan tidak menghasilkan emisi karbon yang merusak udara.
Tentu saja, setiap teknologi ada tantangannya. Nuklir sering dikhawatirkan soal limbah dan keselamatan. Namun dengan perkembangan teknologi modern, masalah itu bisa dikelola dengan aman. Sama seperti dapur rumah kita: ada kompor gas, ada kompor listrik, bahkan ada tungku tradisional. Masing-masing punya cara kerja, kelebihan, dan risiko. Yang terpenting adalah bagaimana kita menggunakannya dengan benar, memastikan keamanan, sekaligus memaksimalkan manfaatnya.
Ketika listrik bukan lagi sekadar penerangan, melainkan menjadi penggerak ekonomi, pendidikan, dan kesehatan, maka kita perlu bijak memilih sumber energi. Nuklir bukan untuk menggantikan yang lain, melainkan melengkapi.
Seperti lauk pauk di meja makan Indonesia: ada nasi, ada sayur, ada ikan, ada sambal. Semua saling mengisi, sehingga kebutuhan tubuh terpenuhi. Begitu pula energi, kombinasi dari berbagai sumberlah yang akan memastikan Indonesia berdiri kokoh, mandiri, dan bercahaya. (*/E0)
| Peringati Hari Pahlawan, PLN Beri Diskon 50 Persen Bagi Pelanggan yang Ingin Tambah Daya Listrik |
|
|---|
| PLN UIW Babel Gelar Diskon 50 Persen Tambah Daya Listrik, Cukup Akses Lewat Aplikasi PLN Mobile |
|
|---|
| PLN Hadirkan Terang Bagi Negeri, 104 KK di Ende Nikmati Sambungan Listrik Gratis |
|
|---|
| PLN UIW Babel Kobarkan Semangat Kepahlawanan: Melayani Sepenuh Hati untuk Indonesia Terang |
|
|---|
| DPRD Babel Gelar RDP Bersama Thorcon Bahas Rencana Pembangunan PLTN di Pulau Kelasa |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/Elvira-Fidelia-Tanjung-orang-Thorcon.jpg)