PLTN Bukan Hanya untuk Listrik, Tapi Juga Peluang Lapangan Kerja

PLTN menjadi pabrik lapangan kerja, pusat pertumbuhan ekonomi daerah, sekaligus sumber listrik paling stabil dalam jangka panjang.

Dok PT Thorcon Power Indonesia
Adinda Azzahra Dwi M, Associate of Engineering & Nuclear Fuel Development PT Thorcon Power Indonesia 

BANGKAPOS.COM - Bayangkan sebuah proyek nasional yang bukan hanya membangun pembangkit listrik, tetapi sekaligus menciptakan ribuan pekerjaan baru, menghidupkan industri lokal dan membuka peluang ekonomi bagi generasi demi generasi. Proyek yang membuat bengkel-bengkel mesin bekerja lebih sibuk, membuka pesanan baru untuk pabrik baja dan beton hingga memberi kehidupan baru bagi warung makan dan indekos di sekitar lokasi pembangunan. Itulah yang bisa terjadi bila Indonesia serius membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Selama ini, sebagian masyarakat mengira PLTN hanya soal teknologi super rumit, “mesin nuklir” yang menyeramkan, dan listrik yang katanya “berbahaya.” Padahal negara-negara maju, seperti Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat, Prancis membuktikan hal sebaliknya. PLTN justru menjadi pabrik lapangan kerja, pusat pertumbuhan ekonomi daerah, sekaligus sumber listrik paling stabil dalam jangka panjang.

Kita terlalu sering berfokus pada sisi negatif dari “nuklir”, sedangkan sisi positifnya seperti ekonomi dan peluang kerja yang luar biasa besar jarang dibicarakan. Indonesia punya tenaga kerja teknik dalam jumlah besar, industri manufaktur yang terus tumbuh dan kampus-kampus teknik yang setiap tahun menghasilkan puluhan ribu lulusan. Kita sebenarnya sudah punya modal, hanya tinggal keberanian untuk mengambil langkah besar.

Pada tahap kontruksi atau pembangunan banyak sekali pihak yang terlibat, sama hal nya membangun rumah, kita perlu pekerja bangunan, mandor yang tidak cukup dilakukan hanya oleh satu orang. Apalagi saat membangun sebuah PLTN dengan bangunan berkali-kali lipat lebih besar dari rumah. Butuh lebih dari ratusan bahkan ribuan orang yang terlibat. Bukan hanya pekerja bangunan, mandor, tetapi butuh juga ahli sipil, teknisi listrik, teknisi las.

Bahan kontruksi yang digunakan untuk PLTN juga pasti jauh lebih besar dari rumah, maka itu diperlukan operator alat berat. Banyak lagi tenaga ahli lain yang dibutuhkan untuk tahap kontruksi ini, seperti tim perencana (engineer), perusahaan EPC, konsultan geologi, dan lainnya.
Contohnya pembangunan PLTN di Bangladesh menyerap sekitar 30 ribu tenaga kerja pada puncak kontruksi tahun 2021.

Selain itu, laporan IAEA menunjukan bahwa sekitar lebih dari 2 ribu personel diberikan bekal melewati pelatihan untuk menjalankan dan merawat PLTN. Dengan begini beribu-ribu orang akan mendapat pekerjaan baru, mendapat gaji. Setiap satu pekerja yang mendapat gaji, perputaran uang juga akan langsung terasa oleh masyarakat sekitar.

Ribuan pekerja mendapatkan energi dan tenaga untuk bekerja bukan dari hanya menghirup udara. Mereka makan tiga kali sehari. Kebutuhan Ini membuka peluang bagi UMKM lokal seperti catering. Setiap hari, ribuan porsi makan harus disiapkan dan jelas tidak mungkin memasok makanan dari luar negeri atau bahkan dari pulau lain. Mau tidak mau, kebutuhan ini harus dipenuhi oleh pelaku usaha di sekitar lokasi pembangunan.

Akibatnya, UMKM katering lokal mendapat pesanan stabil dalam jumlah besar, omzet naik berkali-lipat, penyedia beras, sayur, daging dan bumbu ikut kebanjiran pesanan dan banyak warga sekitar yang akhirnya ikut mendapat pekerjaan. Warga sekitar mendapat pekerjaan tambahan sebagai juru masak, kurir atau tenaga pendukung lainnya.

Tidak hanya itu, kedatangan pekerja dari kota lain atau bahkan pulau lain menciptakan permintaan baru akan hunian sementara. Rumah kontrakan, kos-kosan, hingga penginapan lokal mendadak ramai. Para pekerja juga membutuhkan layanan sehari-hari seperti laundry, warung makan, kedai kopi, hingga kebutuhan transportasi seperti rental motor dan mobil.

Pengalaman dari banyak negara menunjukkan juga bahwa UMKM adalah pihak yang pertama dan paling cepat merasakan dampak positif ketika pembangunan PLTN dimulai. Mereka tidak hanya mendapatkan pelanggan baru, tetapi juga aliran pendapatan yang stabil selama bertahun-tahun.

Industri Nasional Bergerak

Di hampir semua industri, inti dari proses produksinya adalah reaktor. Hal yang sama berlaku pada PLTN. Tetapi penting dipahami, PLTN bukan hanya soal satu reaktor besar. Di sekeliling reaktor itu ada ratusan sistem pendukung yang membuat semuanya bekerja dengan aman dan stabil. Mulai dari bangunan dan struktur penahan, jaringan pipa dan kabel, beton berkualitas tinggi, panel-panel listrik, sistem ventilasi, pompa industri, heat exchanger, hingga berbagai peralatan mekanik yang jumlahnya tak terhitung. Tanpa seluruh sistem pendukung ini, reaktor nuklir hanyalah mesin yang tidak bisa berfungsi.

Misalnya, untuk memenuhi kebutuhan peralatan seperti pompa, valve, kabel, cat industri, hingga panel listrik, Indonesia sebenarnya sudah memiliki industri dalam negeri yang mampu memasok sebagian besar komponen tersebut. Banyak pabrik manufaktur nasional yang selama ini memproduksi peralatan untuk pabrik kimia, kilang, PLTU, dan infrastruktur besar lainnya. Artinya, ketika PLTN dibangun, sebagian besar kebutuhan teknis ini tidak perlu diimpor sepenuhnya.

Industri nasional, baik skala besar maupun menengah, berpeluang besar untuk masuk sebagai pemasok dalam rantai pasok PLTN. Produsen pompa dan valve lokal bisa mendapat pesanan dalam jumlah besar. Perusahaan kabel dan komponen listrik dapat memenuhi kebutuhan ratusan meter kabel dan ratusan panel distribusi. Pabrik cat industri, pelapis anti-korosif, hingga produsen baja pun ikut merasakan permintaan yang meningkat.

Semakin banyak komponen yang diproduksi di dalam negeri, semakin besar pula manfaat ekonominya: industri nasional tumbuh, kapasitas produksi meningkat, kualitas SDM lokal naik dan nilai tambahnya tetap berputar di dalam negeri bukan lari ke luar negeri. Kita lihat kembali proyek pembangunan PLTN di Bangladesh. Lebih dari 60 perusahaan lokal menjalin kerja sama dengan proyek Pembangunan PLTN.

Pekerjaan Stabil 40–60 Tahun Saat PLTN Beroperasi

Setelah PLTN selesai dibangun, roda perekonomian tidak berhenti, justru baru memasuki fase yang stabil dan panjang. Dengan umur operasi 40 hingga 60 tahun, bahkan bisa diperpanjang sampai 80 tahun seperti yang dilakukan banyak negara maju, sebuah PLTN akan terus membutuhkan tenaga kerja tetap dalam jumlah besar selama beberapa dekade. Operasional PLTN bukan hanya soal menjaga reaktor tetap aman, tetapi juga melibatkan rangkaian pekerjaan dari berbagai disiplin ilmu.

Setiap hari, operator reaktor bertugas memastikan seluruh sistem bekerja stabil, teknisi instrumentasi memantau sensor dan perangkat kontrol, teknisi listrik menjaga distribusi daya internal, sementara teknisi mekanik menangani perawatan pompa, valve, heat exchanger, hingga berbagai komponen mekanik penting lainnya.

Di sisi lain, standar keselamatan yang sangat ketat menuntut kehadiran ahli K3 serta spesialis radiasi dan proteksi yang memantau area kerja sesuai regulasi. Fasilitas sebesar PLTN juga membutuhkan tim keamanan yang terlatih, staf administrasi dan logistik untuk mendukung operasional harian, serta tim IT yang mengelola sistem digital dan jaringan kontrol. Dukungan operasional lain seperti petugas kebersihan, teknisi perawatan bangunan, analis laboratorium, hingga ahli kimia industri dan lingkungan juga menjadi bagian penting dari aktivitas harian PLTN.

Seluruh struktur pekerjaan ini menciptakan perputaran ekonomi yang berkelanjutan. Ratusan hingga ribuan keluarga di sekitar lokasi PLTN memperoleh penghasilan tetap, bisnis lokal mendapat pelanggan jangka panjang, dan daerah tersebut berkembang menjadi pusat aktivitas baru. Dengan kata lain, manfaat ekonomi PLTN tidak berhenti pada tahap konstruksi saja, justru berlanjut stabil selama puluhan tahun, memberikan kepastian pendapatan dan peluang karier bagi banyak generasi.

Menariknya, bukan hanya sarjana teknik nuklir yang dibutuhkan. Banyak posisi dapat diisi lulusan SMK, politeknik, atau teknik umum seperti mesin, elektro, mekatronika, hingga administrasi.

Dampak Ekonomi untuk Daerah: Infrastruktur Melonjak Cepat

Daerah yang menjadi lokasi pembangunan PLTN hampir selalu mengalami transformasi besar dalam waktu yang relatif singkat. Kehadiran proyek raksasa ini mendorong pemerintah dan perusahaan untuk membangun berbagai infrastruktur pendukung, mulai dari jalan baru, akses logistik, hingga perumahan bagi para pekerja.

Di banyak lokasi, fasilitas pelatihan dan pusat riset mulai didirikan untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia, sementara sekolah, klinik kesehatan, dan fasilitas keamanan modern ikut dibangun demi mendukung kehidupan masyarakat sekitar.

Perubahan ini berdampak langsung pada ekonomi lokal. Harga tanah meningkat seiring tumbuhnya pembangunan, usaha-usaha kecil dan menengah mendapatkan lebih banyak pelanggan, dan pusat aktivitas baru bermunculan. Masyarakat lokal merasakan manfaat nyata, baik dari terbukanya lapangan pekerjaan maupun dari meningkatnya kualitas layanan publik.

Pengalaman internasional menunjukkan pola yang sama: kota kecil yang awalnya sepi dapat berubah menjadi kawasan modern dengan tingkat pendapatan yang jauh lebih tinggi setelah menjadi tuan rumah PLTN. Warga yang sebelumnya harus merantau ke kota besar untuk mencari pekerjaan kini memiliki peluang tepat di depan rumah mereka sendiri.

Transformasi ekonomi dan sosial ini menjadikan PLTN bukan hanya sebagai pembangkit listrik, tetapi juga motor pembangunan jangka panjang bagi daerah yang menjadi lokasinya.

SDM Indonesia Naik Kelas: Insinyur dan Teknisi Berstandar Dunia

PLTN bukan hanya soal penyediaan listrik; proyek ini pada dasarnya juga merupakan investasi besar dalam pendidikan nasional. Untuk mengoperasikan fasilitas berteknologi tinggi seperti PLTN, Indonesia secara otomatis akan mendorong lahirnya peningkatan kompetensi sumber daya manusia.

Pemerintah dan operator akan mengirim ratusan insinyur serta teknisi untuk belajar dan berlatih di luar negeri, bekerja sama dengan negara-negara yang sudah puluhan tahun berpengalaman mengelola teknologi nuklir. Di dalam negeri, pusat-pusat pelatihan nuklir nasional akan dibentuk, diikuti peningkatan kurikulum dan fasilitas di politeknik serta universitas agar mampu menyiapkan lulusan dengan kompetensi yang sesuai.

Riset dalam bidang material, instrumentasi, teknologi keselamatan, hingga sistem kontrol modern akan berkembang pesat karena kebutuhan mendukung PLTN tidak bisa dipenuhi tanpa inovasi berkelanjutan. Dalam jangka panjang, langkah ini akan melahirkan teknisi dan insinyur Indonesia dengan standar dunia,

SDM yang bukan hanya mampu mengoperasikan PLTN, tetapi juga siap menangani proyek energi, industri berat, hingga teknologi tinggi lain yang menjadi fondasi negara maju. PLTN, dengan kata lain, mendorong peningkatan kualitas intelektual dan keterampilan bangsa secara menyeluruh.

Seperti yang sudah dijabarkan di atas banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan jika PLTN dibangun hari ini, manfaatnya bukan hanya akan dinikmati oleh kita sekarang namun hingga anak cucu. Mulai dari lapangan kerja besar sejak hari pertama, industri nasional yang meningkat kelasnya, tenaga kerja teknis Indonesia semakin unggul, daerah sekitar mengalami lompatan ekonomi, listrik stabil untuk mendukung industri besar, emisi turun dan lingkungan lebih bersih.

PLTN bukan monster. Bukan pula proyek mahal yang tidak berguna. Ia adalah kesempatan. Kita tidak hanya membangun pembangkit listrik, kita membangun masa depan Indonesia. Yang dibutuhkan hanya satu: keberanian untuk melangkah. (*/E0)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
KOMENTAR

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved