Kontroversi mengenai Aplikasi World App memuncak ketika viral di media sosial bahwa perusahaan ini membayar Rp800.000 bagi orang yang bersedia data retinanya direkam di Bekasi. Viralnya kejadian ini menarik perhatian otoritas pemerintah, khususnya Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).
Merespon situasi tersebut, Komdigi mengambil tindakan tegas dengan membekukan operasi sementara Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik (TDPSE) layanan World Coin dan World ID.
Langkah ini dinyatakan sebagai tindakan preventif untuk mencegah potensi risiko terhadap masyarakat terkait keamanan data pribadi mereka.
Penelusuran awal yang dilakukan Komdigi mengungkapkan bahwa PT Terang Bulan Abadi, yang diduga terkait dengan operasional World App di Indonesia, belum terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE). Perusahaan tersebut juga tidak memiliki TDPSE seperti yang diwajibkan oleh perundang-undangan Indonesia.
Lebih mencurigakan lagi, Worldcoin tercatat menggunakan TDPSE, tetapi bukan atas nama PT Terang Bulan Abadi melainkan atas nama PT Sandina Abadi Nusantara.
Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Komdigi Alexander Sabar menegaskan bahwa ketidakpatuhan terhadap kewajiban pendaftaran dan penggunaan identitas badan hukum lain untuk menjalankan layanan digital merupakan pelanggaran serius.
Pemindaian retina mirip dengan pemindaian sidik jari
KOMPAS.com menghubungi pakar keamanan siber Vaksin.com, Alfons Tanujaya pada Senin (5/5/2025) untuk memberikan penjelasan mengenai hal ini.
Pemindaian retina, menurut Alfons, adalah aktivitas yang bertujuan untuk mendapatkan sidik retina dengan menggunakan kamera khusus yang digunakan untuk mengidentifikasi seseorang.
"Kira-kira mirip dengan sidik jari, tetapi ini adalah sidik retina,” jelas Alfons.
Alfons menekankan bahwa yang terpenting dari keamanan data bukanlah jenis data biometriknya, tetapi bagaimana data itu dikelola.
"Yang paling menentukan dalam keamanan data itu bukan jenis biometriknya, tetapi bagaimana pengelola biometrik mengamankan datanya," tegas Alfons.
Alfons kemudian menjelaskan mengenai bagaimana teknologi penyimpanan data retina itu dilakukan.
"Penyimpanan data retina dilakukan dalam bentuk digital terenkripsi yang kemudian dipecah dan disimpan di server yang berbeda," jelas Alfons.
Untuk membobol data ini, seseorang harus mengakses beberapa server sekaligus dan memecahkan sistem enkripsinya.