Bangka Pos Hari Ini

Fenomena Rohana-Rojali di BTC, Pembeli Intip Harga Sambil Umbar Tanya

Editor: M Ismunadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bangka Pos Hari Ini, Senin (4/8/2025).

Serupa disampaikan  Yuri, penjual alat mengaji dan busana muslim, yang tampak duduk di depan lapaknya dengan peci resam dan senyum menyambut pelanggan. Dia juga merasakan penurunan yang sama. “Kalau ramai biasanya pas libur panjang atau hari raya saja. Selebihnya sepi, karena saya juga enggak jualan online,” kata Yuri yang lapaknya tidak jauh dari toko Liana.

Yuri juga berusaha berpikir positif saat berhadapan dengan Rohana dan Rojali pada saat ini. 

"Mereka niatnya memang jalan-jalan, tapi siapa tahu kalau lihat harga cocok, mereka jadi beli. Itu yang kami harapkan," katanya.

Nasib Penjual Makanan

Sementara itu, Siti, penjual makanan ringan seperti sosis dan camilan lainnya, menyebut bahwa penjualan makanannya masih cukup stabil. “Alhamdulillah rame sih, apalagi di hari libur seperti Sabtu dan Minggu. Memang ada penurunan sedikit kalau bukan hari libur atau saat sekolah aktif, tapi masih wajar untuk makanan,” kata Siti yang berdagang di sekitar gedung BTC Pangkalpinang.

Siti berjualan sendiri dari pukul 10.00 hingga pukul 16.00 WIB. Menurutnya, fenomena Rohana dan Rojali tidak terlalu berdampak pada jenis jualan seperti miliknya. 

“Mungkin karena makanan murah, jadi mereka langsung beli. Kalau sekadar lihat-lihat, jarang. Jadi alhamdulillah, masih jalan,” katanya. 

Sudah Ada Sejak Dulu

Mulanya istilah Rombongan Hanya Nanya (Rohana) dan Rombongan Jarang Beli (Rojali) ramai diperbincangkan di media sosial. Istilah unik yang viral ini mencuri perhatian di dunia ritel dan pusat perbelanjaan karena merujuk pada tipe pengunjung mal atau pusat perbelanjaan yang sering ditemui di akhir pekan atau musim liburan.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, mengungkapkan bahwa perilaku Rohana dan Rojali adalah fenomena yang sebenarnya sudah berlangsung lama.

“Ini bukan tren baru. Sejak dulu memang ada pengunjung yang datang hanya untuk jalan-jalan tanpa berbelanja,” ujarnya dilansir Kompas.com pada Sabtu (26/7).

Namun, menurut Alphonzus, intensitasnya kini meningkat, seiring dengan tekanan ekonomi yang belum sepenuhnya mereda.

“Sekarang jumlahnya makin terasa, karena daya beli belum kembali seperti sebelum pandemi. Apalagi di kalangan bawah,” tambahnya.

Meski begitu, ia menegaskan bahwa fenomena ini belum sampai mengguncang kinerja pusat perbelanjaan secara keseluruhan. Di luar Pulau Jawa, kondisi masih cukup stabil. Tapi Alphonzus mengingatkan, bila daya beli tak segera membaik, efek domino bisa menjalar ke sektor lain seperti ritel, manufaktur, bahkan keuangan.

Untuk menjaga minat belanja masyarakat, para pengelola pusat belanja kini berlomba-lomba menggelar promo menarik, apalagi menjelang momen belanja besar seperti Natal dan Tahun Baru. Selain itu, strategi promo juga digunakan untuk memperpendek masa "low season" yang lebih panjang tahun ini karena Ramadan dan Lebaran datang lebih awal.

Halaman
1234

Berita Terkini