Bangka Pos Hari Ini

Fenomena Rohana-Rojali di BTC, Pembeli Intip Harga Sambil Umbar Tanya

Editor: M Ismunadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bangka Pos Hari Ini, Senin (4/8/2025).

Sementara itu, Menteri Perdagangan Budi Santoso menilai masyarakat tak perlu khawatir berlebihan soal Rojali dan Rohana. “Itu biasa saja. Orang bisa memilih mau belanja online atau langsung ke toko. Dari dulu juga sudah begitu,” kata Budi saat ditemui di Jakarta.

Ia juga melihat banyak konsumen yang datang ke mal hanya untuk membandingkan kualitas dan harga, sebelum akhirnya memutuskan membeli secara daring. “Mereka ingin pastikan barang asli, bukan palsu atau rekondisi. Jadi cek langsung ke toko dulu, baru beli online,” jelasnya.

Daya Beli Cenderung Stabil

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencatat daya beli masyarakat selama tahun 2024 hingga 2025 cenderung stabil atau terjaga. Meski terjadi inflasi dan deflasi dalam rentang waktu itu, dan mempengaruhi daya beli masyarakat, BPS menilai perlu dilihat lebih dalam kelompok pengeluaran mana saja yang mengalami inflasi atau deflasi.

“Dan selama inflasi berada pada rentang target yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai Bank Sentral, maka seyogyanya daya beli masyarakat akan terjaga atau stabil,” tulis Kepala BPS Babel, Toto H Silitonga dalam jawaban tertulisnya kepada Bangka Pos, Rabu (30/7).

Toto menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi inflasi atau deflasi yang berpengaruh pada daya beli masyarakat di Babel. Pertama, faktor musiman khususnya cuaca. Sebagai provinsi kepulauan, beberapa kelompok pengeluaran khususnya makanan sangat dipengaruhi oleh faktor musim.

“Misalnya saat gelombang tinggi harga komoditas laut akan cenderung lebih mahal. Saat musim hujan/curah hujan tinggi, harga sayuran hijau akan naik karena banyak petani gagal panen. Saat musim panen harga beras akan turun dan lain sebagainya,” tuturnya

Kedua, momen Hari Besar Keagamaan. Toto mengatakan adat istiadat dan budaya Babel yang unik menyebabkan banyaknya momen peringatan seperti Lebaran Idul Fitri dan Idul Adha, Cengbeng, Maulid, 1 Muharam, Sembahyang Kubur, Ruahan dan momen lainnya yang sangat mempengaruhi konsumsi masyarakat.

Ketiga, tahun ajaran baru dan musim kelulusan atau ujian. “Tahun ajaran baru akan mempengaruhi kelompok pengeluaran pada kelompok pendidikan seperti pengeluaran untuk les, pembelian seragam dan perlengkapan sekolah,” kata Toto.

Keempat, kebijakan Pemerintah. Adanya kebijakan pemerintah seperti penyesuaian tarif BBM, tarif Listrik, Transportasi khususnya angkutan udara sangat berpengaruh pada daya beli dan konsumsi masyarakat.

Kelima, Toto menyebut kondisi perekonomian baik lokal maupun global akan mempengaruhi daya beli dan pola konsumsi masyarakat.

Dengan tren inflasi atau deflasi yang menggambarkan daya beli masyarakat Babel cenderung stabil atau terjaga, Toto menyebut perlu studi atau penelitian khusus agar dapat menyimpulkan secara pasti apakah ada korelasi antara penurunan daya beli dan aktifitas berbelanja Rojali (Rombongan Jarang Beli) dan Rohana (Rombongan Hanya Nanya) di masyarakat Babel.

Dia hanya memastikan pihaknya telah melaksanakan tugas untuk memotret kondisi lapangan untuk melihat perubahan harga barang dan jasa pada periode tertentu di masyarakat.

Sebelumnya, Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Ateng Hartono, menekankan bahwa perilaku seperti Rojali belum tentu mencerminkan kemiskinan secara langsung. Namun, menurutnya, fenomena Rojali dan Rohana adalah sinyal tekanan ekonomi, terutama yang dirasakan oleh kelompok masyarakat rentan.

“Fenomena Rojali memang belum tentu menunjukkan kemiskinan, tapi tetap relevan sebagai gejala sosial. Ini bisa menandakan adanya tekanan ekonomi di lapisan tertentu,” ujar Ateng dilansir Kompas.com, Sabtu (26/7).

Halaman
1234

Berita Terkini