Aliran airnya itu pula yang menentukan lancar tidaknya arus transportasi dari Samarinda, ibu kota Kalimantan Timur hingga ke berbagai pelosok di pedalaman.
Akses lewat darat yang mulus masih sebatas mimpi panjang warga Mahakam Hulu. Sementara, semua suplai kebutuhan pokok bergantung dari Samarinda.
"Jika air sedang pasang, karena ada banjir, perjalanan akan sangat berisiko karena banyak kayu hanyut yang sewaktu-waktu menghantam speed boat. Sementara kalau sedang surut saat kemarau, speed boat tidak bisa jalan, karena bisa menabrak batu," kata Alex Tekwan, pemilik speed boat Irari yang melayani rute Long Bagun hingga ke Tiong Ohang.
Risiko dari ketinggian permukaan air sungai Mahakam itu yang bisa berubah setiap saat membuat biaya transportasi sungai ke Mahakam Hulu menjadi sangat mahal.
Setelah mencari informasi di sana-sini, rombongan akhirnya bersepakat menggunakan ces yang lebih besar dengan mesin katinting 31 PK.
Rombongan mendapat setengah harga, Rp 2,5 juta setelah bernego cukup lama, dan mengutarakan keinginan kami untuk sebuah pendokumentasian.
Namun bagi warga Long Apari, tidak ada pilihan lain kecuali menerima kondisi ini apa adanya.
Perjalanan menegangkan
Ces, sejenis perahu, yang dikemudikan oleh Mansyah (29) dan Belareq (23) secara bergantian itu bertolak dari Tiong Bu'u pukul 12.00 WIB dan menempuh perjalanan selama 3 jam.
Ces itu hanya bisa memuat 5 penumpang yang duduk saling berdesakan tanpa bisa bergerak leluasa. Sementara perjalanan yang ditempuh harus melewati beberapa riam.
Arus yang berputar di beberapa riam serta gelombang yang ditimbulkannya memaksa Mansyah dan Belareq harus cekatan dan tepat mengemudikan ces.
Hilang konsentrasi atau terlambat sedikit, ces bisa terbalik dan akan fatal bagi penumpangnya.
Di salah satu riam yang diberi nama Riam 611 kami diminta turun, karena selain arusnya yang cukup kuat, ombaknya juga besar serta tidak beraturan.
Motoris harus yakin motor katinting kuat mendorong ces melewati riam upstream ini.
"Riam ini dinamakan sesuai dengan nama Batalyon Infanetri 611 yang kala itu menjaga Pos Perbatasan di Long Apari. Waktu itu, anggota TNI yang melewati riam ini, perahu mereka terbalik dan satu anggotanya hilang diseret arus," jelas Mansyah.