Warung itu buka setiap hari kerja di waktu jam makan siang. Penjung pun boleh makan sepuasnya sampai kenyang.
Anak Angkat Buya Hamka
Jusuf Hamka juga dikenal sebagai anak angkat Buya Hamka.
Buya Hamka adalah seorang sastrawan, ulama, sekaligus Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama yang menjabat pada 1977-1981.
Hal ini bukannya tanpa alasan. Saat Jusuf Hamka mualaf tahun 1981 lalu, Buya Hamka adalah tokoh yang memberikan nama Jusuf padanya.
Sepanjang hidupnya, Jusuf Hamka dikenal sebagai sosok yang dermawan karena sering melakukan aksi kemanusiaan.
Saat pandemi beberapa tahun lalu misalnya, ia pernah mewakafkan tanah miliknya untuk menjadi lokasi pemakaman jenazah pasien Covid-19 di Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara.
Awalnya, Jusuf tidak lahir sebagai seorang muslim. Dia baru memeluk Islam saat usianya menginjak kepala dua setelah diangkat sebagai anak oleh sastrawan, budayawan, sekaligus ulama Buya Hamka.
Setelah dibimbing masuk Islam, pria kelahiran 5 Desember 1957 itu pun berganti nama dari yang awalnya Alun Josef menjadi Mohammad Jusuf Hamka.
Jusuf Hamka menjadi mualaf tanpa penolakan keluarga karena tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga Tionghoa yang terpelajar.
Ayahnya, Joseph Suhaimi (Jauw To Tjiang) adalah seorang dosen di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta. Sementara ibunya, Suwanti Suhaimi (Siaw Po Swan) adalah seorang guru.
Hamka pernah menempuh pendidikan di sejumlah perguruan tinggi ternama namun tidak ada yang Ia tuntaskan sampai selesai. Hal ini dilatarbelakangi oleh ketidaksukaannya terhadap formalitas.
Jusuf terkenal sebagai sosok yang dermawan. Selain pendiri Warung Nasi Kuning untuk kaum duafa, dia juga mendirikan Masjid Babah Alun di bawah jalan tol Ir. Wiyoto-Wiyono, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Jusuf juga dikenal dengan impiannya membangun 1.000 masjid di Indonesia.
Dalam bidang agama, Jusuf Hamka dikukuhkan menjadi salah satu Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmah 2022-2027.
(Bangkapos.com/Tribunnews.com/Tribunjakarta.com)