Tribunners
Manfaat Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga
PJOK bukan hanya tentang menjadi atlet, tetapi tentang menjadi manusia yang utuh.
Oleh: Daryono, S.Pd., M.Or. - Guru PJOK SMKN1 Tanjungpandan, Belitung
PENDIDIKAN jasmani, olahraga, dan kesehatan (PJOK) merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga, dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (Muhajir, M.Pd: 2024).
Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, PJOK yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas PJOK yang terpilih yang dilakukan secara sistematis.
Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Melalui proses pembelajaran yang dilakukan, diharapkan peserta didik terampil dalam berolahraga.
Pendidikan karakter umumnya dipahami sebagai usaha sadar dan terencana untuk membantu individu memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti (moral yang baik), yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona mendefinisikan karakter sebagai integrasi tiga komponen penting:
- Moral knowing (pengetahuan moral) kemampuan untuk mengetahui apa yang benar dan salah. Ini melibatkan kesadaran moral, pengetahuan tentang nilai-nilai, pengambilan perspektif, dan pemikiran moral.
- Moral feeling (perasaan moral) dorongan atau motivasi untuk melakukan kebaikan. Ini mencakup hati nurani, empati, mencintai kebenaran, dan pengendalian diri. Perasaan inilah yang menjadi jembatan antara pengetahuan dan tindakan.
- Moral action (tindakan moral) perilaku nyata dalam melakukan kebaikan. Ini melibatkan kompetensi, keinginan, dan kebiasaan moral yang diwujudkan melalui kemauan keras dan keterampilan.
Ki Hadjar Dewantara (tokoh pendidikan Indonesia), meskipun istilahnya tidak spesifik "pendidikan karakter", konsepnya sangat selaras. Ki Hadjar Dewantara menekankan pada olah rasa, olah pikir, dan olahraga yang bertujuan membentuk insan kamil (manusia seutuhnya). Pendidikan karakter adalah upaya terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga mereka berperilaku sebagai insan kamil (manusia yang sempurna atau berbudi pekerti luhur).
T Ramli (pakar pendidikan), menurut T Ramli, pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengedepankan esensi dan makna terhadap moral dan akhlak sehingga hal tersebut mampu membentuk pribadi peserta didik yang baik dan berkarakter mulia.
Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya kolaborasi edukatif yang terencana dan holistik, meliputi tiga ranah utama: kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan/sikap), dan psikomotorik (tindakan/perilaku) untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan akhlak dan moral yang berguna untuk kehidupan bermasyarakat.
Pandangan ahli PJOK tentang pendidikan karakter
Ahli pendidikan jasmani memandang aktivitas fisik dan olahraga sebagai alat (means) dan tujuan (ends) dalam pembentukan karakter, bukan sekadar pelengkap kurikulum. Daryl Siedentop, sebagai ahli kurikulum PJ, melihat nilai-nilai karakter tertanam kuat dalam budaya olahraga itu sendiri.
Pendapat, pembelajaran PJOK harus difokuskan pada pendidikan sosial dan moral di mana siswa belajar mengenai keadilan, kepemimpinan, dan etika melalui partisipasi aktif dalam kegiatan olahraga. Olahraga menyediakan lingkungan simulasi yang aman untuk menghadapi konflik dan membuat keputusan moral.
Prof Dr Wawan S Suherman mendefinisikan PJOK (yang di dalamnya mencakup pengembangan karakter) sebagai: "Suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi." (Suherman, 2004:23 dan dikutip dalam berbagai karya lain).
Dalam konteks definisi tersebut, elemen pendidikan karakter termuat dalam dua komponen penting:
1. Sikap sportif: Ini adalah nilai karakter utama yang secara langsung berhubungan dengan konteks olahraga, meliputi kejujuran (fair play), disiplin, menghargai lawan, dan taat pada aturan.
2. Kecerdasan emosi: Ini merujuk pada pengembangan aspek afektif/karakter, yaitu kemampuan peserta didik untuk mengelola emosi, menghadapi kekalahan, merespons kemenangan dengan rendah hati, dan berinteraksi secara moral (kerja sama, tanggung jawab).
Secara ringkas, para ahli pendidikan jasmani bersepakat bahwa: PJOK adalah "pendidikan" yang menggunakan "jasmani" (aktivitas fisik) sebagai alatnya. Tujuannya adalah pembentukan manusia seutuhnya, di mana pengembangan fisik berjalan seiring dengan pengembangan karakter moral dan sosial. Nilai-nilai karakter seperti tanggung jawab, kerja sama, kejujuran, dan sportivitas adalah hasil belajar yang sama pentingnya dengan kebugaran fisik dan keterampilan motorik.
Pendidikan jasmani dan olahraga sering kali hanya dipandang sebagai mata pelajaran yang berfokus pada kebugaran fisik dan keterampilan motorik semata. Padahal, PJOK memiliki peran yang jauh lebih mendalam, yaitu sebagai laboratorium sosial yang efektif untuk menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter bagi peserta didik. Dalam setiap gerakan, permainan, dan kompetisi terkandung potensi besar untuk membentuk individu yang tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga kuat secara mental dan moral.
Manfaat utama pendidikan karakter melalui PJOK
Integrasi pendidikan karakter dalam PJOK memberikan dampak positif yang holistik pada perkembangan peserta didik. Berikut adalah beberapa manfaat utamanya:
1. Membangun sportivitas dan fair play
Inti dari olahraga adalah kompetisi yang sehat dalam PJOK, siswa belajar untuk:
- Menerima kekalahan dengan lapang dada dan kemenangan dengan kerendahan hati.
- Menghargai lawan sebagai mitra dalam pertandingan, bukan musuh.
- Mengikuti peraturan yang berlaku (kejujuran dalam bermain), bahkan ketika tidak ada pengawasan nilai-nilai ini menjadi dasar bagi integritas di kehidupan sehari-hari.
2. Menanamkan disiplin dan tanggung jawab
Aktivitas fisik memerlukan kedisiplinan tinggi siswa belajar:
- Disiplin dalam mengikuti instruksi guru, mematuhi jadwal latihan, dan menggunakan perlengkapan.
- Tanggung jawab terhadap diri sendiri (menjaga kesehatan dan keamanan) serta terhadap
tim (melakukan tugas dan peran yang diberikan).
3. Mengembangkan kerja sama (teamwork) dan solidaritas
Kebanyakan cabang olahraga bersifat tim, hal ini menjadi media yang sempurna untuk melatih kerja sama siswa akan belajar:
- Bekerja sama demi mencapai tujuan bersama, menyadari bahwa hasil terbaik dicapai melalui kolaborasi.
- Berempati dan memahami kekuatan serta kelemahan teman setim.
- Komunikasi yang efektif untuk mengatur strategi dan memberikan dukungan moral.
4. Menumbuhkan kepemimpinan dan kepercayaan diri
Dalam situasi permainan, setiap siswa memiliki kesempatan untuk memimpin, baik sebagai
kapten tim, maupun sebagai inisiator gerakan.
- Kepemimpinan dilatih saat mengambil keputusan cepat, memotivasi teman, atau merancang strategi.
- Kepercayaan diri akan meningkat seiring dengan penguasaan keterampilan dan kemampuan untuk mengatasi tantangan fisik.
5. Mengelola emosi dan ketahanan mental
Olahraga selalu melibatkan tekanan, frustrasi, dan momen-momen kritis. Melalui PJOK siswa dilatih untuk:
- Mengendalikan diri saat menghadapi kekecewaan atau provokasi.
- Ketahanan (resiliensi) saat harus bangkit kembali setelah melakukan kesalahan atau mengalami kegagalan. Ini adalah pelajaran penting untuk menghadapi masalah dalam hidup.
Peran sentral guru PJOK
Keberhasilan penanaman karakter ini sangat bergantung pada peran guru PJOK sebagai teladan (role model) dan desainer pembelajaran. Guru tidak hanya mengajarkan teknik, tetapi juga secara eksplisit menyisipkan nilai nilai moral dalam setiap aktivitas.
"Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan laboratorium bagi pengalaman manusia. Oleh sebab itu, guru harus mencoba mengajarkan pendidikan karakter dalam proses belajar mengajar."
PJOK bukan hanya tentang menjadi atlet, tetapi tentang menjadi manusia yang utuh. Dengan mengoptimalkan mata pelajaran ini, kita dapat menghasilkan generasi yang tidak hanya bugar, tetapi juga memiliki karakter mulia, cerdas, dan siap menjadi agen perubahan positif di masyarakat. (*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.