Isi Postingan yang Dihapus Marshel Widianto, Berakhir Penyesalan dan Permintaan Maaf

Isi Postingan yang Dihapus Marshel Widianto, Berkahir Penyesalan dan Permintaan Maaf. Simak selengkapnya

|
Penulis: Evan Saputra CC | Editor: Evan Saputra
Kolase Instagram
MARSHEL WIDIANTO -- (kiri) Permintaan maaf Marshel Widianto usai mengunggah sebuah video kampanye bernama 'AJAKAN DAMAI INDONESIA' / (kanan) Marshel Widianto | Marshel Widianto dituding terima fee sebesar Rp 150 juta untuk jadi buzzer pemerintah, tegas membantah 

Pengakuan Jerome Polin

Sebeulumnya Jerome Polin mengungkap dugaan adanya upaya pencitraan yang dilakukan secara sistematis di tengah situasi politik yang memanas.

Dalam unggahannya, Jerome menyebut bahwa ada tawaran kerja sama promosi dengan bayaran hingga Rp 150 juta untuk satu kali posting.

Upaya pencitraan, termasuk narasi positif itu diungkapkan oleh Pakar Matematika sekaligus Influencer, Jerome Polin.

Dalam postingan instagramnya @jeromepolin pada Jumat (29/8/2025), Jerome mengunggah tangkapan layar whatsapp miliknya.

Dalam percakapan itu, dirinya dihubungi oleh seorang yang tidak dikenal.

Orang itu mengatasnamakan sebuah agency yang menawarkan Jerome Polin untuk ikut serta dalam kampanye bernama 'AJAKAN DAMAI INDONESIA'.

Apabila berminat, Jerome hanya cukup mengikuti SOW (Scope of Work) dalam endorsement dengan fee sebesar Rp 150 juta.

SOW adalah dokumen formal yang merinci semua rincian kerja sama antara merek dan influencer, mencakup tujuan, jadwal, jenis konten yang harus dibuat, pesan kunci yang harus disampaikan, jumlah postingan, platform, biaya, dan metrik keberhasilan

Penawarannya adalah mengunggah satu konten lewat reels instagramnya pada Senin, 1 September 2025.

Sesuai dengan skema, seluruh influencer yang ikut serta diwajibkan untuk mengunggah konten tersebut secara serentak pada pukul 15.00 WIB.

Dalam caption, influencer diminta untuk membuat keterangan postingan berisi ajakan untuk damai dari pemerintah, DPR, Brimob, ojol dan Masyarakat.

Influencer pun diwajibkan untuk mengikuti arahan, seperti tidak menggunakan sound lain, menggunakan hashtag 'menyusul', serta tidak menggunakan kata negatif, porno, sara.

"Ada tawaran fee 150 juta untuk jadi buzzer," tulis Jerome Polin. 

"Uang rakyat dipake buat bikin narasi2 untuk pencitraan seolah semua baik2 saja. Jangan sampai lengah, jangan terpecah belah, kawal terus," tegasnya

(Tribunstyle/Tribunnews/Banjarmasin post/Wartakota)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved