Percakapan Terakhir Arjuna Sebelum Tewas Dianiaya Sempat Pamit ke Adik, Janji Pulang Tahun Depan

Cahaya mengenang sosok Arjuna sebagai pribadi yang tangguh, penyayang, dan sedikit usil, namun selalu punya cara membuat keluarganya tertawa.

Facebok/Anita/Instagram @momen_indonesia
ARJUNA -Malangnya nasib Arjuna Tamaraya seorang pemuda di Sibolga, Sumatra Utara. 
Ringkasan Berita:
  • Terkuak telepon terakhir antara Arjuna dengan adiknya.
  • Arjuna Tamaraya adalah mahasiswa yang tewas setelah dianiaya saat sedang beristirahat di Masjid di Sibolag, Medan, Sumatera Utara.
  • Arjuna berjanji akan pulang tahun depan setelah selesai bekerja di laut. 

 

BANGKAPOS.COM -- Terkuak percakapan terakhir antara Arjuna Tamaraya dan adiknya, Cahaya Amonta.

Arjuna Tamaraya adalah mahasiswa yang tewas setelah dianiaya saat sedang beristirahat di Masjid di Sibolag, Medan, Sumatera Utara.

Kasusnya menyayat hati.

Baca juga: Sosok Pelaku Aniaya Guru, Ancam Bakar Sekolah dan Rumah, Ternyata Suami Anggota DPRD Trenggalek

Hanya numpang istirahat dan tidur sejenak, ia justru jadi bulan-bulanan lima pelaku yang mengeroyoknya secara brutal.

Kini terkuak telepon terakhir antara Arjuna dengan adiknya.

Arjuna berjanji akan pulang tahun depan setelah selesai bekerja di laut. 

Namun takdir berkata lain sang kakak justru berpulang lebih dulu dengan cara tragis.

Cahaya mengenang sosok Arjuna sebagai pribadi yang tangguh, penyayang, dan sedikit usil, namun selalu punya cara membuat keluarganya tertawa.

"Abang saya pribadi yang baik dan tangguh. Kadang menjengkelkan karena suka gangguin adik-adiknya. Tapi ia royal kalau punya uang. Sering kirim uang jajan untuk saya, ajak jalan-jalan. Banyak yang bilang ia baik sering bantu orang sekitar. Namanya saudara, kadang kami juga kelahi, tapi cepat baikan," kata Cahaya, adik Arjuna dilansir dari YouTube Serembinews.com.

Selain dikenal hangat, Arjuna juga menjadi tulang punggung keluarga. Ia bekerja keras demi membantu orang tua dan menyekolahkan adik-adiknya.

Cahaya, yang kini menempuh pendidikan di Jurusan Teknik Komputer Universitas Syiah Kuala (USK), mengaku sangat terpukul setelah mendengar kabar kematian sang kakak.

"Saya tidak menyangka ada orang yang tega mengeroyok abang saya sampai meninggal. Padahal ia hanya menumpang istirahat di masjid. Siapa pun berhak istirahat di masjid. Bahkan untuk ke toilet pun kita kadang permisi ke masjid. Saya sangat terpukul dan tidak terima," katanya.

Menurut Cahaya, sebelum peristiwa tragis itu, Arjuna sempat pamit lewat telepon.

"Pada Rabu (29/10/2025), abang pamit ke saya lewat telepon. Saya saat itu sedang di perpustakaan," kata Cahaya.

"'Dek, abang berangkat ya selama tiga bulan ikut kapal viser.’ Saya jawab, ‘Hati-hati ya bang, baik-baik di sana,’" sambungnya.
Dalam percakapan itu, Arjuna juga sempat berpesan agar sang adik menjaga diri selama di Banda Aceh.

"Saya tanya kapan pulang, katanya mungkin sebelum puasa, sekitar bulan Januari. Itu terakhir kami teleponan," jelasnya.

Biasanya, Arjuna tinggal di kos selama bekerja di Sibolga. Namun kali ini, ia memilih tidur di masjid karena sedang bersiap berangkat melaut dan tak ingin memperpanjang sewa kamar.

"Sebenarnya abang bilang hari Rabu itu berangkat ke laut. Tapi tidak tahu kenapa bisa ada di Masjid Agung. Kami tidak tahu kalau abang tidur di masjid. Ia biasanya ngekos di Sibolga, bayar per bulan. Karena rencana mau melaut, ia tidak bayar kos dan memilih istirahat di masjid, tepatnya di kawasan Gudang Tobu," tandasnya.

Cahaya juga mengungkap, kakaknya sebenarnya memiliki keluarga di Sibolga, namun memilih tidak menumpang karena merasa sungkan.

"Mungkin karena sudah sering ditolong, ia merasa tidak enak. Jadi ia memilih tidur di masjid. Saat kejadian, abang dipukul di kepala dan perutnya diinjak. Saya sendiri belum sanggup menonton videonya," ucapnya lirih.

Kini, keluarga hanya bisa berharap keadilan ditegakkan bagi Arjuna.

"Harapan saya kepada penegak hukum, agar kasus ini diselesaikan dengan tuntas. Berikan hukuman yang setimpal, dengan jujur dan sebaik-baiknya," tegasnya.

Kronologi kejadian

Sebelumnya, Kasat Reskrim Polres Sibolga AKP Rustam Silaban menjelaskan bahwa korban adalah seorang musafir yang hendak beristirahat di masjid.

Namun, seorang pelaku berinisial ZP alias A (57) melarang korban tidur di sana. 

Arjuna tetap ingin beristirahat sehingga memicu kemarahan ZP yang kemudian memanggil empat kawannya, termasuk HB alias K (46) dan SS alias J (40).

Peristiwa bermula saat korban Arjuna Tamaraya hendak beristirahat di area Masjid Agung Sibolga untuk menunggu waktu subuh tiba.

Tiba-tiba seorang pelaku berinisial ZP Alias A (57), melarang korban untuk tidur di area dalam masjid.

Beberapa saat kemudian, ZP melihat korban tetap beristirahat di dalam masjid.

Merasa tersinggung, ZP lantas memanggil empat temannya, termasuk pelaku berinisial HB Alias K (46) dan SS Alias J (40).

Para pelaku lantas memukul dan menyeret tubuh korban keluar.

Dalam keadaan tak berdaya, kepala korban terbentur di anak tangga masjid.

Keberingasan para pelaku tak berhenti di sana.

Tubuh korban pun diinjak dan dilempar menggunakan buah kelapa.

"Korban dipijak dan dilempar menggunakan buah kelapa oleh salah satu pelaku hingga mengalami luka parah di bagian kepala," kata Kasat Reskrim Polres Sibolga AKP Rustam Silaban dilansir dari Tribunmedan.com, Minggu (2/11/2025).

Setelah itu, para pelaku membiarkan begitu saja tubuh korban di tepi jalan dan beberapa jam kemudian tubuhnya ditemukan orang yang melintas.

Marbot masjid, Alwis Janasfin Pasaribu (23) bergegas ke lokasi setelah melihat rekaman CCTV ada orang berkerumun di area parkir melalui CCTV.

Korban kemudian dibawa ke RSUD Dr FL Tobing Sibolga untuk mendapatkan pertolongan medis.

Namun, nyawanya tak tertolong dan korban dinyatakan meninggal dunia  pada Sabtu (1/11/2025) pukul 05.55 WIB.

Kronologi tewasnya Arjuna

Kepergian Arjuna Tamaraya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan orang-orang yang mengenalnya. Di mata keluarga, Arjuna bukan hanya seorang anak atau keponakan, melainkan sosok yang baik hati, santun, dan penuh tanggung jawab.

Pamannya, Kausar Amin, mengenang Arjuna sebagai pribadi sederhana yang selalu menghormati orang lain dan sayang kepada keluarganya.

“Dia anaknya baik, nggak pernah buat masalah. Selalu sopan kalau bicara,” ujar Kausar dengan nada berat.
Arjuna dikenal sebagai abang yang penyayang bagi adik-adiknya. Salah satu adiknya kini tengah menempuh pendidikan di Banda Aceh.

Di tengah keterbatasan, Arjuna berusaha keras membantu keluarga. Ia adalah anak yatim, sementara sang ibu kini menetap di Simeulue, Aceh.

Pemuda kelahiran Simeulue ini merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Tiga saudarinya, dua di antaranya sedang kuliah di Banda Aceh, sangat terpukul mendengar kabar tragis tersebut.

Kausar yang kini menetap di Sibolga dan bekerja sebagai nelayan, mengaku pertama kali mengetahui kabar kematian keponakannya melalui Facebook pada Sabtu pagi, (1/11/2025).

“Saya adik kandung dari ayah korban. Begitu tahu dari Facebook, saya langsung pastikan kabar itu. Jenazah sudah kami semayamkan di Sibolga hari Sabtu kemarin.

 Keluarga di Simeulue nggak sempat datang, jadi kami di sini yang mengurus semuanya,” ujarnya saat dihubungi Serambi dari Banda Aceh, Senin (3/11/2025).

Kausar kemudian bercerita, sekitar seminggu sebelum peristiwa pengeroyokan, Arjuna sempat menghubunginya melalui aplikasi Messenger. Saat itu, Arjuna menyampaikan niatnya untuk segera berangkat melaut seperti biasa.

Usai kembali dari laut, Kausar sempat menghubungi adik Arjuna, Cahaya, yang berada di Banda Aceh.

Dari sanalah ia mendapat kabar bahwa Arjuna memang sudah berangkat melaut beberapa hari sebelumnya. Namun, hanya tiga hari berselang, ia justru mendapat kabar memilukan lewat media sosial: Arjuna menjadi korban pengeroyokan di Masjid Agung Sibolga.

“Dia memang sudah lama di Sibolga. Baru saja pulang melaut dua bulan, lalu rencananya mau berangkat lagi Sabtu pagi itu,” kenang Kausar.

Biasanya, kata Kausar, jika Arjuna tahu pamannya sudah kembali dari laut, ia selalu menyempatkan diri untuk datang bersilaturahmi lebih dulu. Namun kali ini berbeda.

Arjuna tampaknya belum tahu pamannya sudah pulang, dan memutuskan beristirahat sejenak di Masjid Agung Sibolga sambil menunggu jadwal kapal keberangkatan berikutnya.

“Dia cuma istirahat di masjid, nggak tahu kalau saya sudah balik. Niatnya cuma menunggu kapal berangkat,” tutur Kausar lirih.

Berdasarkan informasi yang diterima Kausar, peristiwa tragis itu terjadi sekitar pukul 02.00 WIB, Sabtu (1/11/2025) dini hari.

 Arjuna dikeroyok hingga tewas di tempat yang seharusnya menjadi rumah ibadah.

Kausar bersama keluarga kini hanya berharap keadilan ditegakkan bagi almarhum.

“Kami minta pelaku dihukum seberat-beratnya. Kalau bisa hukuman mati,” tegasnya.
“Kemarin kami juga sudah ke Polres menanyakan perkembangan kasus ini. Polisi bilang, kasusnya sudah ditangani dan laporan sudah dibuat.”

Bagi keluarga, Arjuna bukan hanya korban kekerasan, tapi korban fitnah dan kezaliman.

Ia pergi meninggalkan luka mendalam, namun kisahnya menjadi pengingat keras bagi masyarakat bahwa satu fitnah bisa merenggut satu nyawa yang tak bersalah.

(Bangkapos.com/Tribun Sumsel/Tribun Medan)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved