Profil Tokoh
KH Yusuf Hasyim Kiai Militer dari NU yang Berjasa Besar bagi NKRI
Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH. Muhammad Yusuf Hasyim diusulkan menjadi Pahlawan Nasional pada 2025 karena jasa besarnya bagi NKRI.
Ringkasan Berita:
- KH. Muhammad Yusuf Hasyim diusulkan menjadi Pahlawan Nasional pada 2025.
- Tokoh Nahdlalul Ulama (NU) ini berperan besar bagi perjuangan NKRI dan pendidikan di Indonesia.
- KH. Muhammad Yusuf Hasyim adalah sosok kiai militer yang ikut berjuang langsung pada pertempuran melawan penjajah.
BANGKAPOS.COM - Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH Muhammad Yusuf Hasyim atau KH Yusuf Hasyim diusulkan menjadi Pahlawan Nasional pada 2025.
Namanya masuk daftar sederet tokoh nasional yang akan menerima gelar Pahlawan Nasional tahun ini.
Penerima gelar Pahlawan Nasional diumumkan oleh Presiden Prabowo Subianto pada peringatan Hari Pahlawan, Senin (10/11/2025).
Baca juga: Daftar 10 Nama Yang akan Diumumkan jadi Pahlawan Nasional Oleh Presiden Prabowo, ada Nama Soeharto
Pemerintah melalui Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menyerahkan berkas 40 nama usulan untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional ke Menteri Kebudayaan (Menbud) sekaligus Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan tanda Kehormatan (GTK) Fadli Zon.
Gus Ipul menjelaskan, tahap pengusulan nama-nama ini berawal dari masyarakat serta Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD).
Kemudian nama ini diajukan dan ditandatangani oleh bupati atau wali kota setempat.
Selanjutnya, dokumen ditandatangani gubernur, lalu diteruskan ke Kemensos.
"Kami melakukan pengkajian yang dikaji oleh tim (TP2GP). Hasilnya, hari ini saya teruskan kepada Pak Fadli Zon selaku Ketua Dewan Gelar. Ya tentu ini nanti selanjutnya akan dibahas sepenuhnya dan kita tunggu hasilnya secara bersama-sama," jelas Gus Ipul.
KH. Muhammad Yusuf Hasyim masuk daftar empat nama baru tokoh nasional yang diusulkan pemerintah pada 2025 untuk mendapat gelar Pahlawan Nasional.
Sedangkan deretan nama tokoh lainnya adalah usulan tunda tahun 2024 dan usulan tahun 2011-2023 yang memenuhi syarat diajukan kembali pada 2025.
Profil KH Muhammad Yusuf Hasyim
KH Muhammad Yusuf Hasyim adalah tokoh Nahdlatul Ulama (NU), dan pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur sampai 2006.
Ia juga merupakan seorang politisi, mendirikan Partai Kebangkitan Umat pada tahun 1998.
KH Yusuf Hasyim merupakan putra bungsu pendiri NU KH Hasyim Asy'ari dengan Nyai Nafiqoh dari Sewulan Madiun.
KH Yusuf Hasyim lahir di Jombang, Jawa Timur pada 3 Agustus 1929, dan meninggal dunia dalam usia 77 tahun pada 14 Januari 2007.
Kiai yang biasa disapa dengan panggilan Pak Ud ini menikah dengan Nyai Siti Bariyah, dikarunia dua putra dan tiga putri.
Paman dari Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini merupakan sosok kiai militer.
Ia memiliki perjalanan hidup luar biasa dalam berkontribusi besar bagi NKRI serta kemajuan bangsa Indonesia.
Pimpin Pasukan pada Pertempuran Suroboyo
Kisah hidup dan perjuangannya diabadikan dalam buku Biografi KH M Yusuf Hasyim (2025) yang diterbitkan Pustaka Tebuireng.
Melansir laman resmi jombang.nu.or.id, berbagai peran telah dilakoni Pak Ud dalam berjuang dan mengabdi bagi Indonesia.
Pada usia 16 tahun, sudah bergabung dengan Laskar Hizbullah. Termasuk menjadi komandan kompi dari sisi barat dalam pertempuran Arek-arek Suroboyo 10 November 1945 yang sangat heroik itu. Markasnya di daerah Gunungsari, yang sekarang menjadi Kodam V/Brawijaya.
Pertempuran Suroboyo (Surabaya) pada 10 November menjadi peran besar Pak Ud di dunia militer.
Tiga pekan sebelumnya, yaitu tanggal 22 Oktober 1945, NU secara resmi mengeluarkan Resolusi Jihad.
Sebagai putra Rais Akbar NU, Pak Ud tentu menjadi motivasi tersendiri bagi para Nahdliyin untuk ikut berperang melawan Belanda ketika itu.
Di kalangan NU, Pak Ud pernah menjadi Sekretaris Jenderal PBNU periode 1967-1971.
Ia juga pernah menjadi komandan pusat pertama Barisan Ansor Serbaguna (Banser).
Di pimpinan pusat GP Ansor, Pak Ud pernah menjadi salah satu ketua di periode 1958-1967.
Pada Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI), Pak Ud pernah menjadi Wakil Sekretaris Jenderal periode 1958-1965. Termasuk menjadi ketua umum Ikatan Bekas Pejuang Islam Jawa Timur periode1957-1958.
Tidak heran jika darahnya langsung mendidih saat mendengar kata komunisme. Ini karena Pak Ud berhadapan langsung dengan PKI pada pemberontakan Madiun 1948 maupun pengkhianatan G30S/PKI 1965. Pak Ud tahu persis kekejaman yang dilakukan PKI.
Di dunia politik, Pak Ud pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR) periode 1967-1977.
Berlanjut menjadi anggota DPR RI di tahun 1980. Keduanya dilakoni sebagai perwakilan dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Pada orde baru, Pak Ud pernah menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung.
Pada orde reformasi, Pak Ud pernah mendirikan Partai Kebangkitan Ulama (PKU). Meskipun perolehan suaranya belum signifikan mengantarkan wakilnya duduk di Senayan.
Dalam karier militer, Pak Ud pada tahun 1949 memperoleh pangkat letnan satu (lettu) TNI sebelum pensiun.
Dulu dia bergabung di Batalyon Condromowo, cikal bakal Kodam V/Brawijaya, bersama para eksponen Laskar Hisbullah.
Salah satu atasan awalnya adalah KH Moenasir Ali Mojokerto. Termasuk Kolonel Hambali, yang akhirnya menjadi kakak iparnya.
Saat peristiwa agresi militer satu dan dua dari Belanda, Pak Ud juga tercatat berjuang di garis depan. Termasuk meletusnya pengkhianatan PKI 1948 Madiun yang saat itu sudah menguasai Pesantren Gontor Ponorogo. Pak Ud bersama pasukannya mampu memukul mundur pasukan PKI dari Gontor.
Pembaharu Pesantren
Pak Ud juga berkontribusi besar bagi kemajuan dunia pendidikan Indonesia. Terutama dari perspektif pesantren.
Pesantren saat itu masih diidentikkan dengan kaum tradisionalis yang sulit menerima kemajuan. Stigma itu hendak dipatahkan Pak Ud. Caranya dengan membuka pesantren terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
Gagasan itu diwujudkan Pak Ud dengan mendirikan sekolah di lingkungan Pesantren Tebuireng.
Lembaga itu untuk jenjang sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA).
Meski saat itu masih sangat asing jika sebuah pesantren mendirikan sekolah. Terlebih di lingkungan pesantren sebesar Tebuireng. Ini karena saat itu budaya pesantren masih cukup mendirikan madrasah saja.
Langkah Pak Ud ini menuai banyak kritik dari berbagai pihak. Bahkan dari sesama pengasuh pesantren.
Kebijakannya dianggap kontraproduktif dalam peran pesantren untuk menghasilkan ulama. Tapi Pak Ud, menurut Masud Adnan (2025), tetap tidak bergeming. Beberapa dekade kemudian, idenya disadari memberikan manfaat.
Pak Ud mendirikan perguruan tinggi di Tebuireng bernama Universitas Hasyim Asyari (Unhasy) pada 1965. Ide itu juga cukup aneh pada zamannya.
Pendirian kampus di pesantren dikhawatirkan oleh banyak pihak akan berbenturan dengan tradisi ilmiah pesantren.
Di penghujung pengabdian menjadi pengasuh Pesantren Tebuireng, Pak Ud merintis pendirian Ma'had Aly yang mampu melahirkan para ahli hadits dari Pesantren Tebuireng.
(Bangkapos.com/Tribunnews.com)
| Profil & Harta Ali Alwi Anggota DPD Sebut Purbaya Berani Tampil di Tengah Serigala, Legislatif '99 |
|
|---|
| Profil Kombes Budi Hermanto yang Umumkan Bakal Ada Tersangka di Kasus Dugaan Ijazah Palsu Jokowi |
|
|---|
| Profil & LHKPN SF Hariyanto Wagub Riau Terancam Diperiksa KPK, Hartanya Fantastis dari Abdul Wahid |
|
|---|
| Profil Biodata Kak Seto, Psikolog Anak Kena Stroke Ringan Sempat Dibully karena Terlalu Aktif |
|
|---|
| Profil Brigjen Roberthus De Deo, Perwira Tinggi Asal Babel Kombes 3 Tahun Baru Pecah Bintang |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/20251110-KH-Muhammad-Yusuf-Hasyim.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.