Inilah Sosok Penemu Bobibos BBM Diklaim Mendekati RON 98, Alasan Pilih Jerami Jadi Bahan Baku

Inilah Sosok Penemu Bobibos BBM Diklaim Mendekati RON 98, Alasan Pilih Jerami Jadi Bahan Baku

Penulis: Evan Saputra CC | Editor: Evan Saputra
uns.ac.id
SOSOK PENEMU BOBIBOS - Penemu Bobibos, Muhammad Ikhlas Thamrin yang merupakan alumnus UNS angkatan 2001. 

Bensin Bobibos yang terbuat dari bahan baku jerami diklaim lebih ramah lingkungan.

Bahkan, Research Octan Number (RON) mencapai angka 98,1.

Ada beberapa pilihan bahan baku seperti singkong, jarak, tebu atau kelapa sawit, kenapa founder Bobibos memiilih jerami?

Upaya mencari sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan terus berkembang seiring meningkatnya kebutuhan bahan bakar alternatif di dalam negeri.

Berbagai inovasi pun bermunculan, termasuk Bobibos, bahan bakar nabati hasil riset anak bangsa yang belakangan menarik perhatian publik karena berbasis limbah pertanian dan dinilai lebih berkelanjutan.

Popularitas Bobibos meningkat dalam beberapa waktu terakhir setelah muncul klaim efisiensi proses produksi serta pemanfaatan bahan baku non-pangan.

Di balik pengembangannya, tim Bobibos telah mengevaluasi berbagai jenis limbah pertanian sebelum akhirnya menetapkan jerami sebagai bahan baku yang dianggap paling tepat untuk produksi biofuel skala industri.

Menurut M. Ikhlas Thamrin, penggagas Bobibos, keputusan ini bukan muncul tiba-tiba. Setelah mencoba beberapa bahan alternatif lain yang dinilai kurang stabil, sulit diproses, atau tidak tersedia secara konsisten, jerami menjadi pilihan yang paling memenuhi kebutuhan teknis dan logistik.

“Jerami itu limbah pertanian yang selama ini hanya dibakar atau dibuang, padahal kandungan selulosanya sangat ideal untuk diolah menjadi biofuel,” ujar Ikhlas dikutip dari Kompas.com.

Ikhlas menjelaskan bahwa jerami dapat diproses menggunakan teknik fermentasi modern sehingga menghasilkan bahan bakar dengan kualitas tinggi tanpa membutuhkan lahan tanam tambahan.

Selain itu, pemanfaatan jerami tidak menimbulkan konflik dengan sektor pangan, berbeda dengan singkong, tebu, atau tanaman energi lain yang membutuhkan lahan khusus.

“Dari sisi logistik dan rantai pasok, jerami jauh lebih stabil karena tersedia setiap musim panen dan tersebar di banyak wilayah pertanian,” kata Ikhlas.

Hal ini dinilai dapat menekan biaya bahan baku sekaligus membuat produksi biofuel lebih efisien.

Ikhlas menambahkan bahwa inovasi ini juga dapat menjadi solusi atas permasalahan lingkungan akibat pembakaran jerami pascapanen.

Dengan mengalihkan jerami ke industri energi, polusi udara dapat ditekan sementara petani mempero

(Kompas/grid/Bangkapos.com)

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved