Profil Tokoh
Profil Mochtar Riady, Konglomerat Pecat Anak Kandung Tanpa Ampun, Cuma Gegara Lihat Ini di Ruangan
Mochtar Riady konglomerat terkenal Indonesia dikabarkan mengambil tindakan tegas untuk anak kandungnya sendiri, Andrew Riady.
BANGKAPOS.COM - Mochtar Riady konglomerat terkenal Indonesia dikabarkan mengambil tindakan tegas untuk anak kandungnya sendiri, Andrew Riady.
Pendiri Lippo Group ini dikabarkan memecat Andrew Riady lantaran gara-gara sebuah hal yang tak termaafkan.
Mochtar Riady adalah sosok yang dikenal sebagai Bapak Perbankan Indonesia.
Tindakan tegas Mochtar Riady tak pandang bulu sekalipun kesalahan itu dilakukan oleh darah dagingnya sendiri.
Mochtar Riady dikenal sebagai sosok disiplin dan konservatif dalam dunia keuangan.
Baca juga: Profil Halim Kalla, Tersangka Korupsi PLTU 1 Kalbar, Pengusaha Lulusan USA Adik Eks Wapres JK
Ia sama sekali tidak tertarik pada aktivitas trading, bahkan menentangnya secara terbuka.
Baginya, dunia trading seperti forex dan investasi spekulatif bukanlah cara yang sehat untuk membangun bisnis jangka panjang.
Karena prinsip itu pula, ia tidak memberi toleransi sedikit pun terhadap praktik tersebut, bahkan kepada keluarganya sendiri.
Namun, dalam sebuah wawancara ternyata diketahui fakta Mochtar Riady memecat anak kandungnya sendiri tanpa ampun.
Dalam sebuah wawancara yang diunggah akun Instagram @fyifact, Mochtar menceritakan momen ketika dirinya memergoki sang anak sedang bermain trading.

“Suatu hari aku masuk ke ruangan anakku, dan aku menemukan komputer berisi informasi soal forex. Bagiku, ini adalah spekulasi,” ujar Mochtar Riady.
Kecewa dengan tindakan Andrew, ia pun mengambil langkah tegas dengan memecat anak kandungnya sendiri dari perusahaan.
Keputusan Mochtar itu sempat menuai reaksi dari sejumlah kolega bisnisnya.
Banyak yang menilai langkahnya terlalu keras.
“Ada yang bilang, kenapa kamu memecat Andrew? Dia kan sangat mahir, ini masalah kecil, tidak perlu sampai dipecat,” cerita Mochtar menirukan ucapan mereka.
Namun, sang konglomerat tetap teguh pada pendiriannya.
Baca juga: Profil & Motif Meilanie Buitenzorgy Dosen IPB Berani Kuliti Ijazah Wapres Gibran, PhD Lulusan Sydney
“Aku bilang tidak. Ini sangat berbahaya. Andrew harus keluar dan jangan lagi terlibat di bank,” tegasnya.
Langkah tersebut menggambarkan konsistensi Mochtar Riady dalam menegakkan prinsip keuangan yang sehat.
Ia berkeyakinan keberhasilan perbankan dibangun dari kepercayaan, stabilitas, dan kehati-hatian, bukan dari spekulasi atau keuntungan instan.
Sikap tegasnya inilah yang membuat Mochtar dikenal sebagai figur legendaris di dunia perbankan Indonesia.
Sosok Mochtar Riady
Mochtar Riady, lahir dengan nama Tionghoa Lie Moe Tie pada 12 Mei 1929 di Malang, Jawa Timur.
Ia merupakan pengusaha atau salah satu tokoh pebisnis dan bankir paling berpengaruh di Indonesia.
Keluarganya bermula dari migran Tionghoa ayahnya, Liapi (kadang dieja Li A Pi), dan ibunya bernama Sibelau, berasal dari daerah Fujian, Tiongkok.
Sejak kecil ia telah merasakan lingkungan yang sederhana; keluarganya bergerak dalam perdagangan batik ketika menetap di Malang.
Mochtar menikah dengan Suryawati Lidya dan dari pernikahan itu dikaruniai enam anak—tiga putra dan tiga putri.
Di antara anak-anaknya, James Riady adalah yang paling terlihat mengambil alih peranan kepemimpinan dalam Lippo Group.
Keluarga Riady kini telah memasuki generasi ketiga dan keempat: cucu-cucu seperti John, Michael, Henry dan lainnya telah mulai terlibat dalam operasional usaha keluarga.
Karir Mochtar Riady berawal dari usaha yang sangat sederhana.
Baca juga: Moncernya Pendidikan Meilanie, Dosen IPB Sebut Gibran Hanya Lulusan SD, Gelar Doktor dari Australia
Setelah menamatkan sekolah (termasuk sempat belajar di Universitas Nanking, Tiongkok) dan hidup dalam kondisi yang tidak mudah, ia pernah menjadi penjaga toko milik mertuanya di Jember dalam masa mudanya.
Dari situ ia masuk ke dunia perbankan, bekerja di Bank Kemakmuran, dan kemudian di Bank Buana.
Pada tahun 1971, Mochtar memimpin Bank Panin—hasil merger beberapa bank kecil—sebagai bagian dari upayanya memperbesar skala usaha perbankan.
Selanjutnya, beliau juga bergabung dalam pengelolaan BCA, memperoleh saham mayoritas kecil, dan berperan dalam pengembangan bank tersebut sebelum akhirnya lebih fokus mengembangkan grupnya sendiri, yaitu Lippo Group.
Lippo Group dibawah kepemimpinan Mochtar telah berkembang menjadi konglomerasi yang mencakup banyak bidang: properti, ritel, keuangan, perbankan, pendidikan, kesehatan, teknologi, dan lain-lain.
Usaha properti melalui Lippo Karawaci, megaproyek kota terpadu, pusat perbelanjaan, rumah sakit dan institusi pendidikan menjadi beberapa pilar usahanya.
Meskipun usia telah lanjut, Mochtar tetap dihormati sebagai pendiri dan chairman emeritus yang menjadi figur penting dalam menjaga budaya dan arah perusahaan.
Jejaknya dari toko kecil hingga menjadi pemimpin sebuah grup bisnis multinasional menjadi inspirasi banyak orang, apalagi dengan nilai tanggung jawab dan pendidikan yang sering ditekankan olehnya sebagai kunci sukses.
Profil Mochtar Riady
Pria yang memiliki nama lain Lie Moe Tie ini merupakan pengusaha dan bankir Indonesia kelahiran Malang, Jawa Timur, pada 12 Mei 1929.
Dia adalah sosok pendiri Lippo Group, sebuah konglomerasi di bidang properti, ritel, dan bisnis lainnya, yang didirikan pada 1950-an.
Mochtar Riady juga merupakan pendiri Mochtar Riady Institute of Nanotechnology yang bergerak di bidang riset nanoteknologi di Tanah Air.
Dilansir dari Kontan, Rabu (16/3/2022), Mochtar Riady adalah anak dari Li A Pi (1898-1959) yang berasal dari Desa Sin Tian, Provinsi Hokkian, China.
Baca juga: Dua Mister X Muncul, Briptu Rizka Tak Sendiri Habisi Brigadir Esco & Alasan Polisi Rahasiakan Motif
Dikenal sebagai pengusaha dan bankir andal, Mochtar ternyata memang bercita-cita menjadi bankir karena terpesona dengan gedung-gedung megah bergaya Eropa saat pergi ke sekolah.
Namun, saat Mochtar Riady berusia 20-an tahun, dia malah menjadi pengelola toko milik mertuanya di Jember, Jawa Timur.
Dalam memoarnya, Otobiografi Mochtar Riady: Manusia Ide (2016), Mochtar Riady memutuskan untuk meninggalkan toko dan memilih hijrah ke Jakarta demi meraih mimpinya.
Kendati demikian, kesempatan untuk menjaga pegawai bank tak langsung datang. Di Jakarta, dia pun memutuskan untuk berbisnis.
Sayangnya, berbisnis di zaman demokrasi liberal (1950-1959) bukan hal mudah bagi para keturunan sepertinya.
Namun, ia tetap memutuskan untuk berbisnis sepeda, meski tetap ingin bekerja kantoran sebagai pegawai bank.
Pada 1959, Mochtar Riady berkenalan dengan Andi Gappa, kakak kandung dari Andi Muhamad Jusuf yang menjadi Menteri dan Panglima ABRI pada zaman pemerintahan Presiden Soeharto.
Andi Gappa yang merupakan pemilik Bank Kemakmuran mengajak Mochtar Riady bergabung sebagai mitra usaha. Saat itu, aset bank tersebut tercatat sekitar 3 juta dollar AS dengan modal kerja sekitar 100.000 dollar AS.
"Syarat menjadi mitra baru harus menyuntik modal segar 200.000 dollar AS untuk menguasai 66 persen saham,” kata Mochtar dalam memoarnya. Kala itu, posisi Mochtar Riady adalah sebagai presiden direktur, meski dia tidak bisa membaca laporan keuangan.
"Di Bank Kemakmuran, saya banyak mendapat pelajaran dan pengalaman sehingga bisa mengenal sifat manusia yang umumnya serakah dan egoistik,” aku Mochtar.
Jejak Mochtar Riady di Perbankan
Mochtar Riady kemudian berpikir untuk mencari rekan yang berperilaku baik sekaligus memiliki modal yang lebih kuat untuk menjadi mitra dalam membangun bank baru.
Dia lalu mendapatkan mitra yang bertugas membangun perseroan terbatas (PT), sedangkan tugas Mochtar mencari bank yang hendak mereka akuisisi.
Ketika itu, kebetulan kawannya yang bernama Ma Zhong, pemilik Bank Buana, tengah merugi akibat manajemen tidak memadai.
Mochtar Riady bersama para mitra lalu mengakuisisi Bank Buana, serta mulai beroperasi kembali pada 1963.
Baca juga: Skenario Briptu Rizka Habisi Brigadir Esco Tak Kompak dengan Adik dan Alasannya Tolak Reka Adegan
Dalam kurun waktu 1962-1965, Bank Buana berhasil menduduki peringkat enam besar di antara bank-bank yang ada di Indonesia.
Bahkan, ketika krisis perbankan terjadi antara 1965-1966, Bank Buana termasuk salah satu bank yang selamat.
Berbanding terbalik, Bank Kemakmuran yang ditinggalkan Mochtar justru bernasib suram karena terdampak krisis. Akhirnya, Bank Kemakmuran diambil alih oleh Mochtar.
Hingga pada 1971, Bank Industri dan Dagang Indonesia (BIDI), Bank Industri Jaya Indonesia, dan Bank Kemakmuran dimerger menjadi satu bank baru.
Bank itu kemudian dinamakan sebagai Pan Indonesia Bank, yang belakangan dikenal sebagai Panin Bank.
Jejak kepiawaian Mochtar Riady dalam bidang perbankan juga tampak pada Bank Central Asia (BCA).
Dalam sebuah perjalanan pesawat menuju Hong Kong, Mochtar Riady yang duduk bersebelahan dengan Liem Sioe Liong atau lebih dikenal sebagai Sudono Salim, diajak untuk bergabung dengan salah satu banknya.
Saat itu, tawaran datang untuk Bank Windu Kencana, Bank Dewa Ruci, dan BCA.
Mochtar kemudian memilih untuk bergabung dengan BCA yang tengah dalam kondisi kurang lancar.
Mochtar Riady pun berhasil mengembangkan BCA hingga mencapai tingkat clearing house kedua setelah Bank Indonesia.
Resep Adaptif dengan Perkembangan Zaman
Kini, usia yang tak lagi muda tidak menyurutkan semangat Mochtar Riady untuk berbincang mengenai ekonomi digital.
Semasa hidupnya, Mochtar telah mengalami berbagai pergolakan yang menyebabkan perubahan, seperti Perang Dunia, Revolusi 1945, kemunculan Orde Baru, dan Reformasi 1998.
Dia juga menjadi saksi perkembangan globalisasi, perubahan konstelasi politik global, serta revolusi digital.
"Baca buku yang banyak," katanya menjelaskan resep hidup yang membuatnya adaptif terhadap berbagai perubahan, dalam wawancara bersama Kompas.id (13/5/2019).
Mochtar pun menyebut beberapa penulis buku yang sangat memengaruhinya pada masa lalu, seperti Alvin Toffler, Peter Ferdinand Drucker, dan John Naisbitt.
Buku-buku yang dibacanya telah membuatnya adaptif terhadap perubahan lantaran seorang pebisnis harus mengikuti perkembangan zaman jika ingin selamat.
"Hampir semua perubahan zaman dipengaruhi oleh teknologi. Pandai-pandailah melihat perubahan teknologi, perubahan politik, dan perubahan ekonomi," ujarnya.
Harta Kekayaan Mochtar Riady
Berdasarkan laporan Forbes, Jumat (13/12/2024), nilai kekayaan Mochtar Riady mencapai 2,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 33,6 triliun (kurs Rp 16.022 per dollar AS).
Total kekayaan tersebut membuat Mochtar Riady menduduk orang terkaya ke-25 dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia 2024.
Sementara itu, di tingkat dunia, pria berusia 95 tahun tersebut berada di posisi orang terkaya ke-2152.
Sumber kekayaan Mochtar Riady salah satunya berasal dari kelompok usaha Lippo yang dia dirikan.
Namun, saat ini, operasional perusahaan dijalankan oleh anak Mochtar Riady, James dan Stephen Riady.
Usaha Lippo Group kini mencakup properti atau real estate, ritel, perawatan kesehatan, media, dan pendidikan.
(Bangkapos.com, TribunNewsmaker, Tribunnews.com, TribunJatim)
Profil Letjen Bambang Trisnohadi Komandan Upacara HUT ke-80 TNI, Perwira Borong Predikat Terbaik |
![]() |
---|
Profil & Karier Moncer 3 Anak Ahmad Dofiri, Dokter hingga CEO Startup, Tak Ikuti Jejaknya di Polri |
![]() |
---|
Profil Letjen Richard Tampubolon Kasum TNI Turun ke Babel Tertibkan Tambang Timah |
![]() |
---|
Profil dan Harta Irjen Nanang Avinto, Kapolda Jatim Kembalikan Buku Sitaan Aksi Demo, LHKPN Disorot |
![]() |
---|
Profil Brigjen Ade Ary Syam Indradi Jenderal Bintang 1 Polri Viral Gegara Pegang Iphone 17 Pro Max |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.