Menguak Misteri Jam Raksasa di Candi Borobudur, Ternyata Begini Asal Usulnya

Borobudur tak sekadar bangunan untuk bersembahyang. Ada banyak misteri yang belum banyak diketahui orang. Salah satunya menarik adalah jam raksasa ...

Waisak 2016: Banyak Wisatawan yang Belum Memahami Candi Borobudur Sebagai Tempat Ibadah 

Baca: 5 Artis Senior Ini Tetap Cantik dan Hits Bak Remaja Meski Sudah Berusia Lebih Dari Setengah Abad

Tempat ibadat itu dibangun selama 92 tahun. Ketika selesai, tempat ibadat itu memang tampak seperti bunga teratai di tengah danau. Itulah tempat ibadat bernama candi Borobudur.

Baca: Foto Emak-emak Siram Pelajar yang Sedang Konvoi Kelulusan Beredar, Netizen: Mantab Mak!

Sayangnya, gempa dan letusan gunung berapi membuat danau di sekitar Candi Borobudur hilang. Tumpukan debu gunung berapi menyebabkan danau mengering. Di zaman sekarang, Candi Borobudur tidak lagi dikelilingi danau.

Borobudur dibangun sebelum bangsa Kamboja membangun Candi Angkor Wat. Juga dibangun sebelum orang Eropa membangun gedung-gedung katedral yang megah.

Bentuk candi Borobudur lebih rumit dibanding piramida Mesir. Bayangkan, batu seberat 2 ton disusun satu per satu sampai jadi bukit berlantai 10.

Batu itu juga diukir dengan gambar yang sangat teliti. Gambar itu berkisah tentang kehidupan rakyat Kerajaan Syailendra.

Baca: Bikin Heboh, Tukang Rujaknya Seksi Pakai Tank Top, Netizennya Rela Nambah

Nah, ada satu misteri lain soal Candi Borobudur ini, yakni sebuah jam raksasa

Bagaimana melihat Candi Borobudur sebagai sebuah jam raksasa?

Begini penjelasannya. Candi Borobudur memiliki 72  buah stupa berbentuk lonceng terbalik. Stupa terbesar berada di lantai teratas. Arsitek Borobudur memakai stupa-stupa itu sebagai titik tanda jam. Jarum jam-nya berupa bayangan sinar Matahari yang disebabkan stupa terbesar. Ya, bayangan stupa terbesar selalu jatuh dengan tepat di stupa lantai bawah.

Baca: Heboh, DJ Butterfly Kenakan Bra Saat Manggung di Sampit, Netizen: Itu Apa Yah Item2 Sekilas

Stupa candi Borobudur berfungsi sebagai jam Matahari. Foto: Irma Hariawang/Arkeoastronomi ITB

Stupa candi Borobudur berfungsi sebagai jam Matahari. Foto: Irma Hariawang/Arkeoastronomi ITB 

Tak hanya itu, Candi Borobudur juga merupakan petunjuk arah yang sangat tepat. Tanpa bantuan kompas dan GPS.

Seperti diketahui, Matahari memang terbit di arah timur. Namun, tidak selalu tepat di titik timur. Matahari hanya terbit benar-benar di titik timur dalam dua kali setahun. Yaitu sekitar tanggal 20-21 Maret dan 22-23 September.

Nah, arsitek Borobudur rupanya sudah mengetahui titik timur yang benar. Oleh karena itu, Candi Borobudur juga dibangun menghadap titik utara dan selatan dengan sangat tepat. (*/kidnesia.com)

Sumber: Intisari
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved