Ibu Muda Diintimi Lalu Dibakar Hidup-hidup Bareng Balitanya oleh Pria Tetangga

Cerita manusia dibakar hidup-hidup bukan lagi cerita baru. Ada saja manusia yang tega berbuat kejam.

Penulis: Alza Munzi | Editor: Alza Munzi
palembang.tribunnews.com
Ilustrasi 

BANGKAPOS.COM - Cerita memilukan tentang manusia dibakar hidup-hidup bukan sesuatu yang baru.

Ternyata masih ada manusia yang tega berlaku kejam, tanpa memikirkan akibatnya.

Baru-baru ini, ada kejadian orang dibakar di  Desa Muara Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.

Baca: Ikut Seleksi CPNS Kemenkumham 2017? Ini Bocoran Agar Lulus Tes yang Beredar Sejak Juli Lalu

Kejadian memilukan tersebut, terjadi kemarin sore Selasa (1/8/2017) sekitar pukul 17.30 WIB.

Dalam video yang juga dibagikan akun ini, terlihat sejumlah warga menyaksikan detik-detik, pelaku dibakar hidup-hidup.

Korban dituduh mencuri ampli masjid yang belakangan oleh seorang netizen bukan pelaku pencurian.

Baca: Viral! Pengendara Genit Ditilang Respon Polisi Ini Tak Diduga-duga, Rekamannya Tersebar Kemana-mana

Dia adalah tukang servis alat elektronik yang menumpang shalat di masjid.

Ibu anak dibakar

Kisah lain juga pernah terjadi di Pulau Bangka.

Beberapa tahun lalu, tepatnya, Kamis (12/4/2012) lalu terjadi peristiwa menggegerkan warga di Dusun Tarom, Desa Kace, Kabupaten Bangka.

Seorang pria bernama Eko Suryono, membakar seorang ibu muda dan anak balitanya di sebuah pondok kebun.

Tak hanya itu, dia juga membunuh suami wanita muda tersebut.

Akhirnya dia divonis penjara seumur hidup oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Sungailiat, Selasa (12/2/2013) petang.

Terjerat asmara jadi motif pembunuhan keji itu.

Eko mengungkapkan, dia mengenal korban yakni pasangan suami istri Supriyono dan Jujuk di Dusun Tarom beberapa bulan silam.

Eko sering bertandang ke rumah keluarga korban, yang bekerja pada perkebunan kelapa sawit di desa setempat.

"Suatu hari, kalau tidak salah waktu itu hari Minggu. Saya mengendong Pipit (4), anak Yuk Jujuk. Saya gendong, dan saya cium-cium pipi Dek Pipit (Puspita)," kata Eko.

Rupanya, istri Supriyono, Jujuk mengetahui apa yang dilakukan oleh Eko.

"Lalu Yuk Jujuk bilang ke saya, kok saya cuma berani cium anak kecil. Coba kalau berani cium orang dewasa," kata Eko mengenang ucapan Jujuk, Minggu tanggal 8 April 2012 silam di Dusun Tarom.

Mendengar ucapan itu, darah Eko mengalir deras.

Apalagi diam-diam, ia memang menaruh hati pada Jujuk, yang menurutnya berwajah mirip penyanyi terkenal era 90-an, Nike Ardila. 

Saat Pipit sudah tidur, Jujuk menurut Eko kembali memanasi-manasinya dengan ucapan serupa.

Eko pun memberanikan diri mendekati Jujuk seraya memegang tangan ibu muda itu.

"Waktu saya pegang tangannya, Yuk Jujuk diam saja, bahkan saya cium bibirnya. Dan kami pun melakukan hubungan intim sebanyak dua kali hari itu. Sumpah pak, baru sama Yuk Jujuk saya melakukan hubungan seks seperti itu," kata Eko seraya mengatakan saat itu, suami Jujuk, Supriyono alias Supri sedang tak ada di rumah.

Empat hari kemudian, Kamis (12/4/2012) malam gairah Eko kembali memuncak.

Ia pun datang lagi ke rumah pasangan Supri-Jujuk, selepas maghrib.

"Tapi saat saya tiba di rumah Mas Supri-Yuk Jujuk, keadaan rumah sepi. Saya SMS ke Mas Supri, tanya mereka di mana. Dan dijawab melalui SMS, bahwa Mas Supri bersama istri dan anaknya sedang ada di PT ( kantor kebun sawit). Saya diminta menunggu karena kata Mas Supri, mereka akan segera pulang," kata Eko seraya mengaku ia dan korban sama-sama orang Jawa Lampung yang merantau ke Pulang Bangka untuk mengadu nasib.

Tak berapa lama Supri, Jujuk dan Puspita tiba di rumah mengendari sepeda motor merek Jialing.

"Saya kemudian disuruh masuk ke dalam rumah oleh Mas Supri. Namun tak berapa lama, Mas Supri kembali lagi ke PT karena kue bolu dan kopi tertinggal di PT. Saya pun menungu di dalam rumah bersama istri Mas Supri, yaitu Jujuk dan anaknya, Pipit," kenang Eko mengaku datang ke rumah Supri berjalan kaki dengan menenteng sebilah parang pendek dari camp TI.

Baru beberapa saat setelah kepergian Supri, Eko pun beraksi.

Ia mulai merayu Jujuk untuk mengulangi perbuatan terlarang yang pernah mereka lakukan empat hari silam.

"Namun Yuk Jujuk menolak karena takut ketahuan Mas Supri, yang sebentar lagi akan pulang ke rumah. Dan ternyata memang tak berapa lama, Mas Supri datang lagi," kata Eko mengaku kesal karena tak berhasil menyalurkan hasratnya terhadap Jujuk ketika itu.

Ia pun pamit kepada Supri dan Jujuk dengan alasan khawatir peralatan TI milik milik majikannya hilang.

"Saya minta diantarkan oleh Mas Supri dengan sepeda motornya. Mas Supri sempat mengambil parang panjang untuk jaga diri di perjalanan saat mengantar saya. Mas Supri suruh saya pegang parangnya, karena posisi saya duduk di boncengan," kata Eko.

Saat tiba di lokasi TI, Eko menebas leher belakang Supri menggunakan parang.

Mengetahui Supri masih hidup, Eko menyerang Supri membabi buta.

Ia bertubi-tubi menyerang ke arah Supri hingga menyebabkan jaringan tangan Supri putus akibat terkena sabetan parang.

"Lalu saya menuju sumur bekas galian PC membersihkan tubuh saya dari noda darah. Saya ganti pakaian, bermaksud kembali menemui Jujuk," kata Eko.

Tidak berapa lama setelah itu, Eko sampai di rumah korban.

"Saya berbohong kepada Jujuk dengan cara mengatakan kalau suaminya (Supri) langsung buru-buru pergi ke Tempilang. Saya juga bilang ke Jujuk, bahwa Mas Supri berpesan agar saya menjaga Jujuk dan anaknya di rumah. Jujuk pun percaya. Saya baring-baring di ruang TV, dengan posisi kepala di paha Yuk Jujuk. Saya rayu Yuk Jujuk untuk berhubungan intim lagi dengan bahasa isyarat 'Yuk bisa ndak kasihku semangat kerja lagi karena panas dan hujan lebat'. Dan malam Jumat itu (Kamis malam) untuk yang ketiga kalinya saya dan Jujuk melakukan hubungan intim di rumahnya," kata Eko.

Puas melepas nafsu, Eko dan Jujuk mengenakan pakaian masing-masing.

"Tapi rupanya, Jujuk salah ambil celana. Ia ambil celana saya, dan saat itulah dia melihat ada bercak darah di celana saya. Dia tanya darah siapa? Lalu saya jawab sejujurnya, bahwa saya telah membunuh suaminya, Mas Supri. Yuk Jujuk marah kepada saya dan mengancam lapor polisi," kata Eko.

Eko merasa ketakutan dengan ancaman itu.

Ia pun mengambil lampu minyak dan memukulnya ke kepala Jujuk hingga perempuan itu pingsan.

Eko semakin kalap, lalu mengambil minyak dari mesin robin di rumah itu dan menyiramkan ke lantai rumah serta seisi ruangan, setelah mengikat tubuh Jujuk dan anaknya (Pipit sedang tertidur) dengan tali.

"Lalu saya lemparkan puntung api rokok sehingga rumah terbakar dan api membakar Jujuk dan juga anaknya. Dari kejauhan saya masih sempat mendengar Jujuk dan anaknya, Pipit memanggil-manggil nama saya," kenang Eko mengaku terus berlalu meninggalkan tempat kejadian perkara (TKP) untuk pulang lagi ke kamp TI-nya.

Namun setibanya di kamp TI, Eko melihat tubuh Supri masih saja bergerak-gerak. Ia pun kalap, dan untuk ketiga kalinya melukai tubuh Supri dengan parang.

"Suasana malam itu gelap, lalu untuk penerangan saya bakar motor Mas Supri (korban) agar ada cahaya. Lalu saya gali lubang sedalam satu meter, dan saya gelindingkan tubuh Mas Supri masuk ke dalam lubang itu, dan saya kuburkan. Keesokan harinya, saya ditangkap polisi," kenang Supri seraya menyebutkan, malam itu ia sendirian di kamp TI tak bisa tidur hingga pagi.



Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved