Kisah Desi Bersama Ibu dan Adik-adiknya Selamat dari Neraka Lumpur Gempa Palu, Orang-orang Ditelan

Tak sempat memakai baju, ia sudah terperosok dalam kubangan lumpur yang sangat becek.

Editor: Alza Munzi
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
Petugas gabungan menemukan jenasah korban gempa bumi di Perumnas Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (6/10/2018). Gempa bumi Palu dan Donggala bermagnitudo 7,4 mengakibatkan sedikitnya 925 orang meninggal dunia dan 65.733 bangunan rusak. 

Adik-adik dan ibunya menepuk-nepuk tubuhnya agar siuman. Ia berulang kali pingsan.

“Kami berjalan dalam lumpur setinggi dada orang dewasa, sangat berat dan melelahkan. Kami bisa saja tenggelam jika salah meletakkan kaki,” cerita Desi.

Ibu mereka selalu memberi semangat, mereka harus berzikir dan berkonsentrasi pada setiap langkah.

“Kami mendengar suara minta tolong dari kejauhan, waktu itu sudah larut malam. Namun dari arah suara tiba-tiba muncul api besar, lalu tidak terdengar lagi suaranya,” kenang Desi.

Mereka terus melangkah ke daerah yang lebih tinggi dengan susah payah, wajah mereka sudah penuh lumpur. Kaki mereka terus mencari-mencari pijakan yang keras untuk bisa terus melangkah.

“Kami juga melihat ternak yang sudah tak bergerak, terlihat hanya kepalanya saja,” ujar Anggun, adik Desi.

Pada suatu titik, mereka merasa lumpur makin cair. Tiba-tiba ada yang mengetahui arah mereka. Orang itu menyorotkan lampu senter ke arah mereka. Ia seorang pria yang bertahan di bubungan rumah yang ambruk.

“Jangan ke atas, di sini lumpur semuanya,” kata pria itu.

Mereka pun berpaling arah, mencari bagian yang keras.

Mereka sempat menemukan seorang perempuan tua yang diam dalam genangan lumpur, hanya leher dan kepalanya yang terlihat. Mereka berusaha menolong dengan mengajak jalan.

“Biarlah nenek di sini, nenek sudah tua dan tak mampu berjalan. Jalanlah mencari tempat yang baik,” kata nenek tersebut.

Nenek itu sudah menetapkan pilihannya untuk diam dalam lumpur.

Nani dan keluarganya pun meneruskan perjalanan dengan perasaan sedih. Mereka banyak menjumpai orang-orang yang sudah kelelahan, diam terpaku.

Tanah Keras

Malam makin larut, dinginnya lumpur itu lama-lama mereka tak rasakan lagi. Semangat mencari keselamatan terus bergelora, hingga akhirnya mereka menemukan tanah yang keras.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved