Tsunami Banten dan Lampung
Ahli Vulkanologi: Erupsi Anak Krakatau Tak Cukup Besar Untuk Hasilkan Longsoran yang Memicu Tsunami
Ahli tsunami Abdul Muhari mengatakan Anak Krakatau bisa memicu tsunami tetapi mekanismenya mungkin tak seperti yang dikira.
Ahli tsunami dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Abdul Muhari, mengatakan, Anak Krakatau bisa memicu tsunami tetapi mekanismenya mungkin tak seperti yang dikira.
Baca: 4 Fakta Penemuan Jenazah Dylan Sahara Istri Ifan Seventeen yang Jadi Korban Tsunami Banten
Dia mengatakan, Anak Krakatau berbeda dengan ibunya, Krakatau.
"Postur gunungnya sekarang sudah berbeda. Kubah dulu sudah terbongkar. Sehingga kita perlu hati-hati apakah mekanismenya memicu tsunami masih sama," jelas Muhari.
Anak Krakatau juga dikitari 3 pulau kecil.

Jika tsunami dipicu material erupsi secara langsung, maka gelombangnya pasti sudah terhalang pulau yang mengelilinginya.
"Asumsi tsunami terjadi seperti saat letusan 1883 tak bisa dipakai," katanya.
Erupsi bisa memicu tsunami tetapi secara tidak langsung, misalnya karena longsoran yang terjadi di luar pulau sekitar gunung.
Namun untuk bisa memicu tsunami, longsoran juga harus dalam jumlah besar.
"Sampai saat ini kita belum punya data, jadi semua masih hipotesis," ungkap Muhari.
Surono mengatakan, jika memang tsunami disebabkan longsoran, maka letusannya juga harus besar.
Menurutnya, erupsi kemarin tak cukup besar untuk menghasilkan longsoran yang bisa memicu tsunami.
Dia menambahkan, kalau ada longsoran, luruhnya material ke dasar laut pasti menimbulkan getaran.
"Kalau ada alat yang bisa membaca getaran, seharusnya itu terbaca," katanya.
Muhari punya dugaan lain.
Salah satu dasarnya adalah waktu sampai gelombang tsunami yang acak.
Baca: Epi Kusnandar Peluk Bayi Aa Jimmy yang Selamat dari Bencana Tsunami Banten