Virus Corona di Bangka Belitung
Tak Satupun yang Tertular Covid-19 Meski 15 Anggota Keluarga Dekat dengan Solwati
Kalau memang benar alm kakak saya positif covid-19 harusnya kita sebagai keluarga dekat yang jelas berinteraksi dengannya ikut terpapar. Tapi buktinya
"Saya yang dekat dengan istri saya juga negatif. Saya yang mengangkat dia, makan sama-sama, sebelum dirawat di rumah sakit. Makan bekas istri saya juga pernah. Tapi Alhammdulillah, negatif juga. Tinggal nunggu swab kedua," imbuhnya.
Menurut Sayyid, istrinya tersebut juga sangat dekat dengan salah satu keponakannya yang usianya masih 7 bulan. Itu dilakukan untuk membuang sepi setelah Solwati sakit-sakitan, ia tak lagi berdagang di pasar dan memilih menyibukkan diri dengan keponakannya yang usianya masih tujuh bulan. Kebetulan, adiknya yang lain yaitu Solbiah jika siang berjualan di pasar.
“Jadi kami ini memiliki empat anak, namun istri saya masih mengasuh keponakan kami,” kaya Sayyid.
Layaknya anak sendiri, keponakannya tersebut jika siang lebih dekat dengan Solwati. Baru kalau malam tidur bersama orangtuanya yang tinggal tak jauh dari rumah Solwati.
"Keempat anak saya, saya, dan juga keponakan saya Alhammdulillah semuanya negatif,” kata Sayyid. (Andin/rama)
Diminta Isolasi dan Dibantu 5 Kg Beras
STIGMA terhadap orang yang terpapar covid-19 tak bisa dihindari. Ini dirasakan oleh keluarga Solwati (42), warga kelurahan Temberan, Air Itam, Pangkalpinang.
Setelah Solwati dinyatakan meninggal dunia dan kebetulan berstatus terpapar covid-19, keluarganya tak bisa bekerja mencari nafkah.
Mereka semua diwajibkan untuk melakukan karantina dan hingga berita ini diturunkan, belum ada pemberitahuan resmi bahwa mereka boleh mengakhiri masa karantina.
“Hingga saat ini kami masih tidak boleh kemana-mana. Kami masih harus menjalani masa karantina,” kata Sayyid Abbdurrahman, suami Solwati.
Lantaran harus menjalani karantina, Sayyid yang berprofesi sebagai nelayan tak bisa lagi melaut. "Sudah lama tidak ke tengah (laut), ke bagan. Saya nelayan bagan. Jadi, selama tidak melaut,” katanya.
Ia mengaku memang mendapat bantuan dari pemerintah. Namun bantuan tersebut dirasakan tak mampu menutup kebutuhan ekonominya. “Saya hanya dapat bantuan beras 5 kilogram (kg), gula 2 kg dan 2 liter minyak goreng," katanya.
Sampai saat ini, Sayyid tak tahu harus berbuat apa dengan situasi yang dihadapinya. Yang jelas, ia mengaku sudah tak punya apa-apa lagi.
"Bantuan pemerintah hanya itu. Tidak ada lagi bantuan yang datang. Anak saya juga mau sekolah sebentar lagi. Saya tidak punya uang, tapi mau bagaimana, harus di rumah dikarantina, meskipun sudah dua kali hasil swab saya negatif,” imbuhnya.
Tak cukup sampai disitu, selain harus menjalani karantina mandiri, pihak keluarga mengaku sempat dikucilkan. Bahkan stigma ini juga dialami oleh hampir semua pedagang di Pasar Air Itam yang mendadak sepi setelah kasus Solwati.
Lurah Temberan, Iswansyah mengakui, pascameninggalnya Solwati, Pasar Air Itam berubah menjadi sepi.