Selain Lampor, Inilah Mitos Pulung si Bola Api yang Dipercaya sebagai Pembawa Petaka

Selain lampor, tahukah Anda, ada mitos serupa lainnya, yakni pulung. Bola api si pembawa petaka

Editor: Dedy Qurniawan
Kompasiana/Trie Yas
Ilustrasi Pulung atau bola api 

Entah kenapa, pemunculannya sering dihubungkan dengan kedatangan petaka.

Komet adalah bongkahan es atau batu yang tersisa dari kelahiran tata surya. Komet mengorbit matahari. Kalau mendekati matahari ia mengeluarkan uap dan membentuk ekor dari debu dan gas.

Apakah benda ruang angkasa ini bisa dituding sebagai pulung gantung?

Ataukah ada cahaya ajaib jenis lain.

Belum ada yang memverifikasinya secara terang benderang.

Baca juga: Sekampung Menderita Sakit dan Kematian, Warga Daerah Ini Percaya Mitos Keranda Terbang atau Lampor

Pulung di Dunia Barat

Kontroversi tentang bola cahaya sudah muncul sejak abad ke-19. Tahun 1890 sejumlah bola bercahaya muncul dalam tornado, angin ribut yang - berputar dengan kekuatan besar.

Bola cahaya itu lantas menjadi pokok pembahasan Akademi Ilmu Pengetahuan Prancis yang termasyhur dan bergengsi itu.

Bola api itu kalau bukan takhayul, tapi apa dong?

Menurut laporan, ada bola cahaya yang masuk ke rumah lewat cerobong asap dan keluar dengan membuat lubang-lubang bulat di jendela. Perdebatan sengit pun berlangsung. Ada anggota Akademi yang menyatakan bahwa orang-orang yang melihat bola api itu mestinya menderita ilusi. Sebagian besar menyimpulkan, hasil pengamatan petani-petani yang tidak berpendidikan tidak bernilai.

Lalu mantan Kaisar Brazil, Dom Pedro II d'Alcantara yang merupakan anggota Akademi itu buka suara. la melihat sendiri bola api itu. Pernyataannya membuat sidang terdiam. Walaupun demikian,sampai sekarang laporan tentang bola api masih sering dicurigai sebagai takhayul.

Seorang ahli kimia Rusia, M.T. Dmitriev, membuat laporan rinci mengenai pengalamannya tahun 1967. Ketika itu ia sedang berkemah di tepi Sungai Onega di Rusia Barat. Tiba-tiba kilat menyambar. Lalu muncullah sebuah bola api yang mengambang kira-kira 30 cm di atas permukaan air. Bentuknya bukan bundar tapi agak lonjong. Benda itu gemeretak dan berdesir ketika terbang di atas kepalanya lalu pindah ke tepi sungai. Benda itu mengambang diam di udara selama kira-kira 30 detik.

Ketika melewati gerombolan pepohonan ia meninggalkan asap kebiru-biruan yang baunya sangit. Benda itu kemudian melompat-lompat seperti bola biliar dari satu pohon ke pohon lain sambil menyemburkan bunga api. Semenit kemudian ia hilang.

Dari laporannya ini dan laporan-laporan lain, diketahui bahwa bola cahaya biasanya tidak bundar benar, tetapi lonjong atau bentuknya seperti buah jambu klutuk. Tepi-tepinya tidak bergaris tegas, tetapi agak kabur. Ada yang ukurannya sekelereng, ada yang garis tengahnya kira-kira semeter.

Cahayanya secemerlang bola lampu pijar. Warnanya macam-macam, tetapi sering merah, jingga, atau kuning.

Halaman
1234
Sumber: bangkapos.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved