Emmy Saelan, Sosok Perawat yang Lemparkan Granat ke Belanda di Kassi-kassi, Kisahnya Sungguh Heroik

Emmy Saelan Tak menyerah, ia melemparkan granat ke pasukan Belanda. Pasukan Belanda pun bergelimpangan, tetapi Emmy turut gugur dalam pertempuran...

google.com
Emmy Saelan, salah satu pahlawan asal Sulawesi Selatan ( Sulsel). 

Emmy Saelan adalah salah satu pejuang wanita Indonesia. Meskipun statusnya adalah seorang perawat dan kepala bagian palang merah, tetapi ia juga ikut memanggul senjata dan bertempur di garis depan.

Emmy Saelan adalah putri sulung dari tujuh bersaudara. Ayahnya, Amin Saelan, adalah tokoh pergerakan taman siswa di Makassar dan sekaligus penasehat organisasi pemuda.

Salah seorang adiknya yang laki-laki, Maulwi Saelan, adalah tokoh pejuang dan pernah menjadi pengawal setia Bung Karno.

Sekutu Mendarat di Makassar

Pada bulan September 1945, Sekutu sudah mendarat di Makassar. Secara formal, mereka bertugas mengontrol keamanan dan melucuti tentara Jepang.

Akan tetapi, kenyataan memperlihatkan bahwa mereka bekerja untuk mengalihkan kekuasaan dari tangan Jepang ke Belanda.

Baca juga: Kisah Hidup Dina Sanichar, Dibesarkan Serigala di Hutan dan Hanya Bisa Menggeram serta Melolong

Baca juga: Perang Afghanistan Berakhir, Taliban Menang, Inilah Daftar Pemimpin Utama Taliban yang Akan Berkuasa

Baca juga: Inilah Video Taliban Bersantai di Rumah Panglima Perang Afghanistan yang Melarikan Diri

Kamera WhatsApp Anda Ngezoom Sendiri? Jangan Panik, dan Lakukan Hal ini, Mudah Banget!

Rakyat Sulawesi tidak suka dengan hal ini. Pada 17 September 1945, para pelajar perguruan Islam Datu Museng mengibarkan bendera merah-putih di sekolahnya. Berkali-kali terjadi bentrokan antara pasukan NICA dengan pelajar-pelajar Indonesia.

Pada saat itu juga, sekelompok pemuda mendirikan organisasi bernama Pusat Pemuda National Indonesia (PPNI).

Pemimpinnya adalah seorang pemuda Indonesia bernama Manai Sophiaan, kelak ia menjadi Dubes Indonesia untuk Rusia.

PPNI memainkan peranan penting di masa-masa awal perlawanan pelajar Sulawesi terhadap kolonialisme Belanda pasca proklamasi kemerdekaan.

28 Oktober 1945, hanya beberapa saat setelah sekutu mendarat di Makassar, pasukan NICA telah menangkap pemimpin pemuda, Manai Sophiaan.

Ia lalu dibawa ke markas NICA di Empress Hotel. Besoknya, 29 Oktober 1945, para pelajar Makassar menyerbu hotel itu dan mengibarkan bendera merah-putih di sana.

Kakak-beradik, Emmy dan Maulwi, adalah penggerak utama para pelajar yang menyerbu kantor NICA itu.

Para pelajar heroik ini sebagian besar berasal dari SMP Nasional. Sekolah ini merupakan sekolah milik Republik pertama yang berdiri di Makassar pasca proklamasi kemerdekaan.

Latar belakang pendirian sekolah ini pun sangat heroik: sekolah ini merupakan tantangan terhadap usaha Belanda untuk membikin sekolah di Makassar.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved