Emmy Saelan, Sosok Perawat yang Lemparkan Granat ke Belanda di Kassi-kassi, Kisahnya Sungguh Heroik

Emmy Saelan Tak menyerah, ia melemparkan granat ke pasukan Belanda. Pasukan Belanda pun bergelimpangan, tetapi Emmy turut gugur dalam pertempuran...

google.com
Emmy Saelan, salah satu pahlawan asal Sulawesi Selatan ( Sulsel). 

Karena perlawanan-perlawanan itulah, terutama karena sudah tidak bisa lagi dikontrol orang NICA, pasukan Belanda mendatangkan pasukan elit Depot Speciale Tropen (DST), dengan pimpinannya adalah Westerling.

Perimbangan kekuatan pun berubah. Dengan kedatangan pasukan tambahan itu, pasukan Belanda pun bertambah kuat.

Westerling pun memulai sebuah operasi pembersihan, yang sasarannya adalah para pejuang republik. Inilah peristiwa yang dikenang sebagai korban 40 ribu jiwa itu.

Sementara itu, Emmy Saelan dan kawan-kawannya terus melakukan gerilya. Akan tetapi, desakan pasukan Belanda sangat kuat.

Pasukan Harimau Indonesia pun terdesak hingga ke Kassi-Kassi, sebuah kampung di Makassar. Pasukan Belanda mengejar dengan kendaraan lapis baja dan tank.

Sore itu, 23 Januari 1947, dalam posisi terjepit, pasukan Wolter Monginsidi pun memilih mundur.

Emmy Saelan, yang telah terpisah dengan Monginsidi, memimpin sekitar 40 orang pasukan bertempur dengan Belanda.

Pertempuran terjadi dalam jarak yang sangat dekat. Seluruh anak buah Emmy gugur dalam pertempuran itu. Tinggal Emmy sendirian.

Pasukan Belanda mendekat dan memerintahkan Emmy menyerah. Tetapi, ia menolak dan terus melawan.

Dan, karena senjata ditangannya tinggal granat, maka dilemparkanlah granat itu ke pasukan Belanda. Pasukan Belanda pun bergelimpangan, tetapi Emmy turut gugur dalam pertempuran jarak dekat itu.

Sementara itu, Wolter Monginsidi yang bertahan di Tidung, tidak jauh dari tempat Emmy gugur, juga kewalahan menahan serangan Belanda. Hampir seluruh pasukannya gugur, kecuali ia dan dua orang kawannya.

Emmy Saelan, perempuan cantik berkulit putih itu, telah memilih gugur dengan jalan sangat terhormat.

Ia adalah salah satu perempuan Indonesia yang telah mengorbankan dirinya di usia sangat muda untuk revolusi nasional.

Meskipun ia anggota palang merah, tetapi ia selalu berpakaian ala laki-laki dan memilih bertempur di garis depan.

(*/ Tribun-Timur.com)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved