Emmy Saelan, Sosok Perawat yang Lemparkan Granat ke Belanda di Kassi-kassi, Kisahnya Sungguh Heroik

Emmy Saelan Tak menyerah, ia melemparkan granat ke pasukan Belanda. Pasukan Belanda pun bergelimpangan, tetapi Emmy turut gugur dalam pertempuran...

google.com
Emmy Saelan, salah satu pahlawan asal Sulawesi Selatan ( Sulsel). 

Belanda sendiri mencap sekolah ini sebagai sekolah ‘ekstremis’.

SMP Nasional melahirkan banyak tokoh pejuang, diantaranya: Emmy Saelan, Robert Wolter Mongisidi dan Maulwi Saelan, adik Emmy.

Sejak pemogokan Stella Maris, lalu penyerbuan Empress Hotel, Emmy Saelan telah memilih jalan hidupnya: sebagai pejuang Republik Indonesia.

Pada bulan Juli 1946, 19 organisasi pemuda se Sulawesi Selatan telah berkumpul di Polombankeng, sebuah daerah di Takalar, Sulawesi Selatan.

Emmy Saelan dan adiknya, Maulwi Saelan, turut dalam pertemuan itu. Hadir pula pelajar-pelajar SMP nasional seperti Wolter Monginsidi, Lambert Supit, Abdullah, Sirajuddin, dan lain-lain.

Salah satu kesepakatan dari konferensi organisasi pemuda itu adalah pembentukan sebuah wadah bernama Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS).

Panglimanya adalah seorang pejuang pemberani, Ranggong Daeng Romo.

Lalu, seiring dengan semakin banyaknya senjata hasil rampasan, para pelajar SMP nasional lalu membentuk organisasi gerilya bernama ‘Harimau Indonesia’.

Emmy Saelan ditunjuk sebagai pimpinan laskar wanita dalam organisasi ini dan sekaligus memimpin Palang Merah.

Mantan komandan pasukan wanita Makassar, Sri Mulyati, pernah menulis perihal pengalamannya bersama Emmy Saelan.

Menurut Mulyati, Emmy dikenal sebagai seorang yang ahli menggunakan sandi. Sebagai misal, untuk mengenal mana kawan dan mana lawan, maka diperkenalkan sandi dengan memegang rambut.

Jika seseorang berkenalan dengan memegang rambut, maka ia adalah kawan seperjuangannya.

Semasa berjuang bersama Harimau Indonesia, Emmy menggunakan nama samaran Daeng Kebo. Organisasi Harimau Indonesia ini adalah semacam organisasi gerilya. Hampir setiap hari mereka menyergap patroli pasukan Belanda.

Suatu hari, Wolter Monginsidi, pimpinan Harimau Indonesia yang dikenal pemberani, menyergap jeep Belanda.

Ia lalu merampas senjata dan melucuti pakaian pasukan Belanda itu. Lalu, dengan mengenakan seragam pasukan Belanda, Wolter Monginsidi mendatangi kantor KNIL dan memberondongnya dengan senjata.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved