Polwan Indonesia Anak Penjual Sayur Siaga 24 Jam Tugas di Sudan, Dicegat Pasukan Kuda Bersenjata
Polwan dari Polda Babel ini mendapatkan tugas ke Sudan, gabung dalam Kontingen Satuan Tugas Garuda Bhayangkara II Formed Police Unit (FPU) XII UNAMID
Penulis: Cepi Marlianto | Editor: Dedy Qurniawan
BANGKAPOS.COM – Bak peribahasa adat pasang berturun naik, itulah yang dialami Polisi Wanita (Polwan) asal Polda Kepulauan Bangka Belitung bernama Briptu Era Septiana.
Ia saat ini dipercaya untuk menjalani misi perdamaian dunia di bawah organisasi Internasional Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) atau United Nations (UN).
Peribahasa tadi berarti kurang lebih berarti nasib seseorang tidak selalu tetap, senang dan susah silih berganti.
Kesuksesan adalah hak semua orang, bukan hanya monopoli dari kaum berada tanpa terkecuali.
Tidak ada yang membatasi kesuksesan kecuali orang itu sendiri.
Berani untuk memulai dan menghadapi halangan, bekerja keras serta tekun berdoa siapa saja bisa meraih cita-cita.
Prinsip seperti itulah yang dipegang oleh Briptu Era Septiana.
Dia adalah seorang anak buruh panggul dan penjual sayur yang berhasil menjadi Polwan.
Baca juga: Jauh Sebelum Ditangkap KPK, Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono Berguling-guling dan Tiduran di Aspal
Baca juga: Mata Kanan Bocah 6 Tahun Dicungkil Orangtuanya Sampai Copot, Dibantu Paman, Kakek dan Nenek
Siapa sangka, dengan paras cantik dan kulit putih ternyata dia memiliki kemampuan yang luar biasa sehingga dipercaya mengemban tugas perdamaian dunia untuk bergabung dalam Kontingen Satuan Tugas Garuda Bhayangkara II Formed Police Unit (FPU) XII UNAMID yang ditugaskan di El Fasher, Sudan, Afrika Bagian Utara.
Gadis kelahiran Batam, 31 Agustus 1995 ini tak menyangka dirinya akan berkarir di dunia Polri, sebab menjadi Polwan bukanlah cita-citanya.
Maklum dia bukan berasal dari keluarga kaya, Era hanyalah anak dari pasangan Adenan Hasan seorang sopir sekaligus buruh panggul harian di Jebus, Bangka Barat dan Inem S seorang penjual sayur rumahan.
“Kedua orang tua tinggal di Jebus, saya numpang lahir saja di Batam karena orangtua merantau. Bapak sendiri seorang buruh panggul harian sedangkan ibu seorang ibu rumah tangga biasa,” kata dia sembari tertawa kepada Bangkapos.com melalui sambungan telepon, Jumat (3/9/2021) pagi.
Sejak lulus Sekolah Menengah Atas 2013 silam, Era sebenarnya ingin melanjutkan ke perguruan tinggi.
Tetapi apalah daya, karena keterbatasan biaya anak ketiga dari empat bersaudara ini terpaksa harus mengubur dalam-dalam mimpinya untuk melanjutkan pendidikan.
Era pun disarankan orang tuanya untuk mengikuti seleksi Bintara Polri.
Berkat doa orangtua, ternyata dia diterima dan lolos seleksi sehingga dilantik menjadi Bintara Polri 13 Desember 2013 di Sepolwan Ciputat, Tangerang, Banten.
Bermula dari itulah cita-citanya menjadi diplomat dapat terwujud, meskipun harus berkarir di Kepolisian.
“Cita-cita sih nggak, karena saya ingin jadi diplomatik luar negeri, pas lulus SMA saya daftar hubungan internasional dan tidak disetujui orang tua, lalu disuruh masuk polisi. Tetapi, saya bangga kerja di bidang ini, karena tidak semua orang bisa di Polri. Meskipun jalannya disuruh muter-muter dulu akan tetapi tujuannya sama,” ucap gadis berhijab ini.
Satu-satunya polwan Polda Babel yang ditugaskan di Sudan
Selama 8 tahun berkarir di Kepolisian, mengemban tugas untuk menjalankan misi perdamaian dunia menjadi kebanggaan tersendiri bagi gadis 26 tahun ini.
Bagaimana tidak, dari ribuan Polwan yang ada diseluruh Indonesia hanya 19 orang yang dipilih untuk menjalankan misi ini.
Beruntungnya Era Septiana terpilih menjadi Polwan satu-satunya dari Polda Bangka Belitung yang mendapatkan tugas ke Sudan untuk bergabung dengan Kontingen Satuan Tugas Garuda Bhayangkara II Formed Police Unit (FPU) XII UNAMID.
“Dari Polda Bangka Belitung hanya lima orang, empat orang Polisi laki-laki dan satu Polwan yakni saya,” ujar alumni Pertiba ini.
Untuk mencapai fase ini, kata Era, banyak sekali hal yang harus ia lalui. Sebelum menjalankan tugas ke Sudan dirinya pun harus menjalani pelatihan yang cukup berat.
Sebagai Srikandi Polri mentalnya harus ditempa dan digembleng di Pusat Pelatihan Multifungsi Polri, Cikeas, Bogor, Jawa Barat selama satu tahun penuh pada 2019 silam.
Baca juga: BI Bersedia Tukar Uang Koin Ini Senilai Rp750 Ribu Walau Peredarannya Sudah Ditarik
Baca juga: Bupati Banjarnegara yang Ditangkap KPK Pernah Jadi Bandar Narkoba dan Mati Suri Karena Over Dosis
Selain itu kemampuan bahasa asing juga wajib dimiliki mereka yang akan ditugaskan ke luar negeri.
“Latihannya berat terutama fisik, pengetahuan bahasa dan kemampuan membawa senjatanya karena tiba-tiba ada situasi urgent (Mendesak-red) itu yang dilatih,” ucap Era.
Lanjut Polwan yang sehari-hari bertugas di Ditreskrimsus Polda Bangka Belitung ini, sejak menginjakan kaki di Sudan, September 2020 lalu banyak sekali tantangan yang harus ia rasakan.
Seperti halnya kesulitan dalam berkomunikasi dengan masyarakat sekitar, lantaran tak semua orang di sana mengerti bahasa Inggris. Namun, beruntungnya ada seorang Liaison Officer atau LO yang dapat berkomunikasi lancar dengan masyarakat sekitar.
“Masyarakat di Sudan mau pakai bahasa inggris juga nggak tahu dan tidak terlalu lancar, begitu juga bahasa arab pun beda, tidak sama yang kita pelajari. Bahasa arab yang bener-bener arab banget. Yang lebih penting bahasa isyarat,” tutur lulusan S-1 Hukum Pertiba Pangkalpinang Bangka Belitung ini.

Perbedaan iklim dan cuaca juga turut menjadi perhatian serius.
Di saat musim panas suhu di Sudan bisa mencapai 40 derajat celcius, belum lagi badai pasir yang bisa datang kapan saja.
Begitu juga saat musim dingin suhu disana mencapai minus dua derajat celcius.
“Sering mimisan juga karena cuaca panas. Minumnya juga kita tidak berani air sumur lokal, kita selalu beli botol kemasan yg bersegel. Karena air bersih untuk makan dan minum terbatas,” sebut Era Septiana
Siaga senjata 24 jam
Sejak September 2020 berada di negara konflik, Era mengaku sudah dua kali dipindah tugaskan di tempat yang berbeda.
Pertama kali Era diterjunkan di daerah terpencil yang memang tidak ada akses internet yakni di Gulu, Sudan bersama 139 personel lainnya.
Kemudian beberapa bulan setelahnya dipindahkan ke El Fasher, Sudan.
Ia juga menjelaskan, bahwa selama bertugas di Sudan, dirinya melaksanakan tugas sebagai Pasukan Taktis pada Pleton Charlie. Dimana dalam 1 Pleton terbagi menjadi 3 regu, 1 regu berjumlah 9 personel gabungan dari Polwan dan Polisi laki-laki.
“Daerah itu merupakan pemukiman terpencil yang rawan konflik. Di sana tidak kenal internet, tidak ada sinyal telepon. Untuk komunikasi dengan keluarga kita hanya mengandalkan dari peralatan dan itu dengan sistem piket, hanya seminggu sekali,” ungkap Era Septiana.
Baca juga: Ingat Elisa Jonathan Mantan Pacar Nicholas Sean? Calon Dokter, Kekasih Baru Tak Kalah Mentereng
Baca juga: Coki Pardede Ditangkap Saat Lagi Nonton Film Cowok, Tretan Muslim Pernah Kaget dengar Pengakuannya
Dia yang berasal dari Polisi umum, mengaku perlu waktu untuk menyesuaikan diri ketika harus siaga 24 jam membawa senjata api.
“Apalagi dasar kita polisi umum tidak setiap hari pegang dan bawa senjata. Terus bawa senjata setiap hari dan jaga di lapangan menjadi tantangan kita juga,” sebutnya.
Apalagi di daerah tersebut memang masih rawan antar suku yang melakukan perang dengan senjata api.
Bahkan suara tembakan menjadi hal yang biasa dirinya dengar menjelang waktu istirahatnya di malam hari.
“Setiap malam ada suara tembakan, tetapi mereka tidak mengganggu kita. Karena tugas kita mengawasi dan melindungi camp UN dan orang-orang didalamnya, nggak perang langsung melawan tentara pemberontak itu tidak,” ucapnya.
Dalam menjalankan tugas, polwan dan polisi laki-laki tidak dibedakan dalam melaksanakan tugas. Sesama anggota juga harus saling menjaga, siapapun yang akan melakukan aktivitas diluar.
“Kami tidak boleh keluar selain dinas. Semua aktivitas dilakukan di dalam lingkungan UN, mulai dari belanja hingga olahraga,” imbuh Era.
Sempat dicegat saat jalankan tugas
Saat menjalankan tugas mengawal para petinggi PBB, ada satu momen yang membuat dirinya merasa was-was.
Yakni saat rombongannya dicegat oleh pasukan berkuda dengan senjata lengkap bak aksi film televisi.
Saat itu, perasaan khawatir berkecamuk di hatinya. Namun beruntungnya tidak terjadi hal yang tak diinginkan.
“Kita tidak tahu kondisi ketika keluar dari camp, itu susah diprediksi. Terkadang ada demo tiba-tiba dan konflik. Pernah mengawal ke tempat terpencil dicegat pasukan bersenjata, naik kuda, kayak di TV. Tapi ada LO kita yang negosiasi, kadang cuma minta air sama rokok,” katanya.
Sementara itu hal lain yang tak kalah membuat dirinya minder, saat mengawal petinggi PBB untuk berkunjung ke markas kepolisian lokal.
“Masuk ke markas polisi kita juga minder, karena senjata mereka lebih canggih, itu yang membuat kita deg-degan hanya bisa mengucap bismilah, bismilah,” lanjut Era.
Rindu makan Lempah Kuning
Saat ini dirinya sudah hampir satu tahun berdinas di luar negeri, berbagai tantangan pun sudah ia lalui.
Era tak menampik bahwa dirinya mengaku rindu dengan makanan khas yang ada di Bangka Belitung, seperti halnya lempah kuning.
Selain menjadi sosok hebat dan perkasa, Polwan ini juga cukup terampil untuk memasak. Hal itu ia lakukan ketika
“Untungnya masih bisa masak lempah kuning yang serupa agak mirip lempah kuning lah rasanya,” ucap Era.
Selain itu, guna mengatasi kerinduannya dengan kampung halaman saat pertama tugas ke Sudan, Era sampai membawa beberapa perbekalan yang tak akan ia temukan di sana.
“Saya kesini sampai bawa rusip, belacan dan calo (Terasi-red) tidak ketinggalan ketinggalan kerupuk sama kretek,” sebutnya.
Namun, ia juga mengakui, selama tugas di Sudan hal yang berat itu saat rindu dengan keluarga. Hal yang harus dia tahan, yaitu rasa rindu kepada keluarga.
“Sering telpon sama video call dengan keluarga, karena perbedaan waktu juga sedikit susah,” kata Era.
Meskipun begitu, di penghujung masa tugasnya Era berpesan kepada semua Polwan yang ada di Polda Bangka Belitung untuk dapat mengikuti jejaknya. Karena dengan hal ini banyak pengalaman yang akan didapatkan.
“Saya juga mengajak adik-adik Polwan di Polda Bangka Belitung untuk ikut serta misi seperti ini, karena seru dan menambah pengalaman dan pastinya tambah wawasan,” tukas Era. (bangkapos.com / Cepi Marlianto)