Tribunners
Manifestasi Perjuangan Kartini dalam Aktivitas Wanita di Bidang Agribisnis Kini
Kemeriahan peringatan Hari Kartini tidak berarti merupakan sebuah ekspresi dari pendalaman nilai-nilai perjuangan Kartini
Bagaimana cara mendorong lebih banyak wanita terjun ke bidang agribisnis?
Pertama, harus ada role model wanita di bidang itu. Kedua, harus ada stimulan. Berbagai pihak berupaya memperkuat peran wanita. Salah satunya diberitakan oleh HKTI yang memberikan pelatihan pembuatan frozen food dan membina wirausaha lokal, serta Gerakan Tanam Serentak Seluruh Indonesia. Berbagai kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai upaya dalam mendukung peningkatan ekonomi dan ketahanan pangan nasional, dimulai dari keluarga. Kegiatan dijalankan pada kelompok Perempuan Tani HKTI yang tersebar di seluruh Indonesia.
Lalu ketiga, ini tidak ada dalam kebijakan tetapi seperti glass ceiling, jadi tersamar tetapi ada. Misalnya ketika mau menduduki jabatan yang lebih tinggi, perempuan dipandang sebagai tidak mampu atau banyak hambatan. Kasus ini ada di mana-mana bukan hanya di Indonesia. Kebijakan menyatakan laki-laki dan perempuan seimbang dalam hal apa pun tetapi dalam praktiknya ternyata tidak.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia telah melakukan berbagai upaya menyelesaikan permasalahan kesetaraan gender pada sektor pertanian di Indonesia, salah satunya dengan menjalankan Program Pengarusutamaan Gender (PUG). Kegiatan ini dengan konsisten memberikan akses dan partisipasi yang sama kepada laki-laki dan perempuan dalam setiap program dan kegiatannya.
Pemerintah melalui Kementan juga berupaya menjadikan sektor pertanian menjadi sektor yang ramah bagi wanita pekerja. Tujuannya adalah untuk mengangkat peran dan derajat kaum wanita yang bekerja pada sektor pertanian.
Wanita tani dianggap sebagai ibu kedaulatan pangan karena perannya yang cukup besar dalam mengelola lahan pertanian, merawat tanaman sampai kepada tanggung jawab untuk ketersediaan pangan keluarga. Wanita tani patut diapresiasi setinggi-tingginya karena kehadiran mereka mampu meningkatkan produktivitas pertanian Nusantara. Makin banyak wanita tani maka makin banyak pula hasil panen yang akan didapatkan.
Peran keluarga bagi wanita agribisnis?
Manifestasi peran wanita berawal dari perannya di dalam rumah tangga sebagai komitmen antara suami dan istri. Sebagai contoh, misalnya seorang istri yang menjalankan usaha/bisnis padahal suaminya sebagai kepala keluarga sudah mampu menafkahi istri dan keluarganya. Dalam hal ini dituntut kebesaran hati seorang suami yang memberikan izin kepada istrinya untuk menyumbangkan kreativitasnya/pengetahuan ke masyarakat, itulah yang dinamakan komitmen di rumah tangga.
Kalau kita lihat di luar rumah tangga, jumlah pebisnis wanita itu masih sedikit tetapi perempuan yang kuliah bisnis itu banyak. Jadi harus diberi treatment tertentu oleh pemerintah supaya bila nantinya wanita berkecimpung dalam usaha bisnis ini bekerja tidak juga mengganggu ketenteraman rumah tangga. Misalnya di perusahaan ada ruang menyusui, atau penitipan anak agar suami istri yang bekerja bisa melihat anak mereka di jam-jam tertentu. Nah, treatment-treatment seperti itu di negara maju sudah banyak, sedangkan di Indonesia belum semua. Itu yang disebut dengan perspektif gender dari sisi kebijakan.
Manifestasi perjuangan Kartini terlihat dari aktivitas dan kontribusi wanita dalam kegiatan agribisnis yang tidak terbatas. Di tengah peran gandanya, wanita butuh dukungan yang cukup dari keluarga dan juga tempatnya bekerja. Agar wanita dalam aktivitas agribisnis tetap bersemangat tinggi tanpa meninggalkan peran penting dalam keluarga sehingga mampu mewujudkan keberlanjutan usaha.
Wanita mengerjakan hampir semua kegiatan proses produksi. Namun, berbagai perlakuan diskriminatif terkait pembagian jenis kerja, upah, dan curahan waktu sering kali diterima wanita. Hal tersebut sebaiknya dimaknai secara positif sebagai tantangan dan peluang. Kontribusi wanita sebagai pencari nafkah dapat dijadikan peluang meningkatkan produktivitas tenaga kerja wanita dalam upaya meningkatkan pendapatan dan mengurangi tingkat kemiskinan. (*)