Benarkah Menghapus Pesan di Email Bisa Mengurangi Pemanasan Global? Ini Faktanya
Diperkirakan oleh para ahli bahwa suhu tahunan bumi naik hingga 1,5 derajat Celsius selama lima tahun ke depan.
Penulis: Nur Ramadhaningtyas | Editor: M Zulkodri
Pasalnya, server yang digunakan oleh penyedia layanan email akan terus berjalan selama ada aktivitas email.
“Walaupun kita hapus semua email kita, server akan terus berjalan dan mengonsumsi energi listrik yang mengeluarkan emisi karbon selama ada aktivitas surat menyurat para pengguna email,” ujarnya dilansir dari laman Unair.
Apa yang harus dilakukan?
Menurut data dari Dewan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi Nasional (wantiknas) pandemi meningkatkan aktivitas digital masyarakat secara signifikan.
Traffic penggunaan media sosial WhatsApp dan Instagram meningkat 40 persen, belum lagi virtual meeting akibat work from home dan pembelajaran daring.
Ruzza menyebut, daripada penggunaan email, aktivitas sosial media dan virtual meeting jauh lebih memakan banyak energi.
Pasalnya, kebutuhan energi dari sosial media jauh lebih besar karena harus mentransmisikan data berupa gambar dan video.
Ruzza mengungkapkan, aktivitas digital tidak langsung berdampak pada emisi karbon.
Melainkan bergantung pada sumber energi yang digunakan.
Di beberapa perusahaan besar sudah memakai sumber energi yang terbarukan, khususnya di Eropa, sehingga lebih ramah daripada penggunaan bahan bakar fosil.
“Karena pembangkit listrik tenaga surya, air, angin, panas bumi, dan nuklir mengeluarkan emisi karbon yang jauh lebih kecil daripada tenaga fosil.
Saya harap pemerintah sudah mulai mempertimbangkan penggunaan energi baru dan terbarukan tersebut,” ucapnya.
Ruzza mengungkapkan, sebagai digital native yang bisa kita lakukan adalah meminimalisir penggunaan barang elektronik secara berlebihan.
Jika memungkinkan, Ruzza mengajak masyarakat menggunakan perangkat yang sudah berstandar energy star.
(Bangkapos.com/Nur Ramadhaningtyas)