PPDB Jadi Polemik di Pangkalpinang, Sekolah Swasta Ditingalkan, Ini Penyebabnya, Aturan Longgar
Hal itu diperparah dengan engannya orangtua menyekolahkan anaknya ke swasta, lantaran longarnya aturan dari dinas Pendidikan di Kota Pangkalpinang.
Penulis: M Zulkodri CC | Editor: M Zulkodri
Satu dari sekolah swasta yang juga dulu dikenal sangat baik adalah Sekolah SMP Depati Amir Pangkalpinang.
Namun mirisnya sudah dua tahun belakangan ini sekolah yang membawa nama pahlawan Bangka Belitung ini tidak ada siswa SMP sama sekali.
Seperti diceritakan oleh Raynitaria, Kepala Sekolah SMP Depati Amir Pangkalpinang
Matanya berkaca-kaca saat menceritakan perjuangannya selama dua tahun terakhir.
Hanya tersisa 10 pelajar kelas IX yang ada di sekolah swasta terlama di Kota Pangkalpinang itu.
Sudah dua tahun ini, kelas VII dan VIII tidak ada siswa yang mengisi. Jika 10 siswa-siswi ini dinyatakan lulus, habis sudah peserta didik di SMP Depati Amir.
"Kalau tahun ini kami tidak lagi mendapatkan siswa-siswi, habis sudah sekolah kami, terancam juga saya jadi pengangguran. 10 orang siswa-siswi kami lulus tahun ini. Harapan kami tinggal PPDB saat ini saja," tutur Raynitaria dalam Dialog Ruang Tengah bersama Bangka Pos, Rabu (22/6/2022).
Ia tak ingin sekolah swasta dengan nama pahlawan Bangka Belitung itu hilang begitu saja karena tak lagi mendapatkan limpahan siswa.
"Rasanya sangat miris sekali kalau kita harus berakhir di tahun ini karena tidak memiliki siswa-siswi. Dan otomatis guru-guru yang ada di sekolah kami akan kehilangan pekerjaannya," sebutnya.
Selama dua tahun ini SMP Depati Amir tak mendapat jatah peserta didik, kata Raynitaria, sebab ada beberapa sekolah negeri yang favorit menambah rombongan belajar (rombel).
Pertama, tahun 2020, saat Covid-19 masih melanda, yang membuat penghasilan para orang tua terbatas. Sehingga mereka tetap mengupayakan agar anak-anak banyak sekolah di negeri yang gratis tanpa biaya sedikit pun.
Kemudian, di tahun 2021, hal serupa juga terjadi di mana rata-rata sekolah negeri melebihi kapasitas yang semestinya. Akibatnya, beberapa sekolah swasta tidak mendapatkan murid sedikit pun.
"Misal, sekolah negeri itu menerima enam rombongan belajar dari juknis pemerintah untuk Juknis PPDB, pada akhirnya rombel di sekolah negeri itu bertambah. Setelah itu. jumlah satu kelas itu normalnya 32 orang. Nah ini melebihi itu. Kalau seperti kami tidak lagi dapat siswa-siswi, mirisnya ini ke kami yang sekolah swasta," tuturnya.
Dia berharap betul tahun ini sekolah yang ia pimpinan itu masih bisa bertahan. Mengingat tahun 2022 Covid-19 sudah mereda, bahkan sejumlah ekonomi juga sudah baik.
"Kami minta tahun ini jangan sampai lah kami berakhir ya. Tahun ini Covid-19 sudah mereda, pekerjaan para orang tua sudah mulai baik. Setelah ekonomi membaik seperti ini, masak kami tidak bisa mendapatkan lagi murid, " bebernya.